Liputan6.com, Jakarta - Staf Ahli Divisi Respirologi dan Penyakit Kritis Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) dr Telly Kamelia mengungkapkan, secara alamiah virus Corona sudah ada di dalam tubuh binatang, seperti kelelawar, tikus, dan lainnya.
"Binatang seperti kelelawar, tikus, musang, monyet, babi punya Coronavirus. Nah ketika pada binatang itu terjadi virus yang bermutasi itu bukan Corona alami," ujar Telly di Kantor Euro Management, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (6/3/2020).
Anggota Dewan Pakar Ikatan Alumni Program Habibie (IABIE) itu menjelaskan, Corona yang bermutasi akan berubah menjadi patogen. Dan patogen inilah yang bisa menyerang manusia mana kala hidup di sistem pernafasan.
Advertisement
Coronavirus yang berubah menjadi patogen, kata Telly, tak bisa hidup tanpa adanya sebuah inang dari zat biologis. Oleh karenanya, Telly menjelaskan, bahwa patogen ini akan mati jika terkena sinar matahari.
"Dia akan hidup ketika kita makan makanan yang tidak matang, mentah. Sehingga virus itu akan tetap hidup. Masuk ke dalam perut ke rongga napas berkembang biak lah di situ," jelas Telly.
Telly pun mengimbau supaya masyarakat tidak mengonsumsi daging yang belum matang atau mentah untuk mencegah penyebaran virus Corona. Utamanya daging dari jenis hewan yang telah disebutkan tadi.
"Tidak boleh makan daging yang mentah ataupun setengah matang, karena virusnya masih ada di situ," imbuhnya.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Kenapa Coronavirus Mudah Bermutasi?
Telly menjelaskan, struktur virus berbeda dengan mahluk hidup lain, seperti manusia. Jika manusia tersusun dari asam deoksiribonukleat atau DNA, virus justru tersusun dari RNA atau asam ribonukleat.
Yang membedakan antar keduanya adalah, jika mahluk hidup yang tersusun dengan DNA ia akan sulit untuk bermutasi. Sementara virus yang susunan tubuhnya terdiri dari RNA ia begitu mudah untuk bermutasi menjadi jenis virus lain.
Hal ini jugalah yang membuat obat dari suatu virus begitu sukar ditemukan dan tidak permanen.
"Jadi dia cepat sekali berubah kalau tipenya RNA. Sehingga (bisa saja) 10 tahun lagi ini (Covid-19) menjadi monster yang berbeda," beber dia.
Advertisement