6 Ribuan Sekolah Ditutup Akibat Pandemi Corona Covid-19

Dampak lainnya, orangtua siswa yang terpaksa menjadi guru bagi anaknya di rumah bisa menyebabkan stres.

oleh Liputan6.com diperbarui 20 Mei 2020, 14:26 WIB
Diterbitkan 20 Mei 2020, 14:26 WIB
Ilustrasi Sekolah
Ilustrasi sekolah (dok. Pixabay.com/Wokandapix/Putu Elmira)

Liputan6.com, Jakarta - Pandemi Covid-19 di Indonesia telah melumpuhkan aktivitas belajar-mengajar di instansi pendidikan. Setidaknya ada 1,3 miliar sekolah di dunia tutup akibat virus asal Wuhan ini.

"Terjadinya musibah Covid-19 ini sangat berpengaruh terhadap proses pendidikan secara keseluruhan," kata Analis Kebijakan Ahli Madya Ditjen PAUD Dikdasmen, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Suhadi dalam Dialog Publik YLKI secara virtual, Jakarta, Rabu (20/5/2020).

Di Indonesia, ada 646,2 sekolah ditutup dari jenjang pendidikan PAUD sampai perguruan tinggi. Akibatnya, 68,8 juta siswa belajar di rumah dan 4,2 juta guru dan dosen mengajar dari rumah.

Hasil survei yang dilakukan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada April 2020 menunjukkan 97,6 persen sekolah telah melaksanakan kegiatan belajar dari rumah. Hanya menyisakan 2,4 persen sekolah yang masih tetap menjalankan kegiatan belajar-mengajar di instansi pendidikan.

Dari 2,4 persen tersebut, sebanyak 30,8 persen sekolah tetap melakukan aktivitas belajar-mengajar di sekolah karena belum adanya jaringan internet atau perangkat pendukung pelaksanaan belajar dari rumah. Kondisi ini biasa terjadi di daerah dengan kualitas jaringan internet yang buruk meski berada di pinggiran kota.

"Daerah pedalaman untuk daerah jaringan internet tidak bagus misalnya sinyalnya naik turun jadi putus-putus," kata Suhadi.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Orangtua Stres

Lalu sebanyak 23,1 persen sekolah berada di daerah khusus, pedalaman. Masing-masing 11,5 persen sekolah bukan daerah yang terjangkit Covid-19, tidak ada kebijakan dari pemerintah daerah dan tidak ada kebijakan dari kepala sekolah. Selain itu ada 7,7 persen sekolah yang diliburkan dan 3,8 persen dengan alasan lainnya.

Dalam kondisi ini, Suhadi mengatakan banyak efek lanjutan yang terjadi. Misalnya orangtua siswa yang terpaksa menjadi guru bagi anaknya di rumah. Keterpaksaan ini bisa menyebabkan stres pada orangtua.

Tak hanya orangtua, anak di rumah pun berpotensi mengalami stress yang sama ketika diajarkan oleh orangtua yang tidak terbiasa.

"Biasanya orangtuanya stres atau siswanya stres karena orangtua bukan guru dan harus dipaksa jadi guru lalu mengalami kesulitan dalam mengajar," kata Suhadi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya