Liputan6.com, Jakarta Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian menyarankan agar pembelajaran tatap muka di sekolah menerapkan simulasi kedisiplinan protokol COVID-19 terlebih dahulu.
Sehingga pemerintah dapat mengambil kesimpulan program tersebut dapat dilanjutkan atau tidak, seandainya nanti ditemukan klaster baru atau tidak pada proses pembelajaran tatap muka tersebut.
"Itu ditentukan dahulu sekolah-sekolah di setiap zona yang akan dijadikan role model, dijadikan model simulasi. Mungkin 2 minggu atau 1 bulan, 1 atau 2 sekolah yang dianggap berkesan menerapkan protokol. Setelah itu, peninjauan baik untuk keberangkatan sekolahnya, di tempat sekolahnya, maupun setelah kembalinya. Nah, kalau seandainya tidak terjadi klaster baru, kemudian baru diberlakukan bertahap direplikasi di tempat-tempat lain," ujar Tito seperti dikutip dari Antara, Senin, 3 Agustus 2020.
Advertisement
Mendagri mengatakan bahwa penting menekankan pembelajaran tatap muka dengan kedisiplinan protokol kesehatan, baik dari pihak pemerintah, masyarakat, dan lembaga terkait, sehingga proses pembelajaran tatap muka nantinya tidak menjadi media penyebaran COVID-19.
Hal itu disampaikan dalam rapat mempersiapkan metode persiapan pembelajaran tatap muka berdasarkan Surat Keputusan bersama 6 Kementerian Lembaga (K/L) terkait melalui Video Konferensi di Ruang Rapat Mendagri, Jakarta Pusat, Senin.
Selain itu, Mendagri berharap ada arahan lebih lanjut dari Gugus Tugas, khususnya rekomendasi Gugus Tugas masing-masing daerah untuk menganalisa lokasi yang dapat dijadikan sebagai tempat pertemuan bertatap muka dengan risiko untuk terpapar COVID-19 rendah.
"Namun, diskresinya tetap kepada dinas daerahnya masing-masing, karena mereka yang tahu persis juga masalahnya. Tidak semua daerah yang dilihat warnanya kuning, hijau itu betul-betul menggambarkan situasi yang terjadinya," tuturnya.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Data yang Tak Proporsional
Menurut Tito, fenomena tidak proporsional nya data yang diterima saat ini mungkin akibat jumlah testing COVID-19 tidak sebanding dengan populasi yang ada, sehingga membuat data yang disampaikan tidak valid.
Oleh sebab itu, peran Gugus Tugas di daerah menjadi sangat penting untuk memberikan arahan daerah atau tempat mana yang terisolasi seperti pegunungan ataupun pulau terpencil. Namun, perlu digarisbawahi juga bahwa lokasi seperti itu sistem kesehatan nya masih rendah.
"Itu gugus tugas daerah dan dinas daerah ini menjadi penting, menjadi kunci untuk penentuan apakah di tempat itu boleh dilakukan pertemuan tatap muka, sebagai gambaran bahwa daerah-daerah yang hijau itu rata-rata adalah daerah yang terisolasi baik di pegunungan ataupun di pulau-pulau," tuturnya menjelaskan.
Advertisement