Liputan6.com, Jakarta Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi melalui Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan melakukan rapat koordinasi dan tinjauan lapangan terkait pengembangan Mega Mangrove Project (MMP) pada 19-20 November 2020.
Tarakan merupakan salah satu dari tiga lokasi di Indonesia yang merupakan salah satu kandidat lokasi MMP di Indonesia. MMP sendiri merupakan hamparan persemaian yang luas dan beraneka ragam jenis mangrove yang dapat dijadikan sebagai pusat kegiatan mangrove dalam arti luas termasuk ekowisata.
Baca Juga
Untuk diketahui, ekosistem mangrove di Tarakan memiliki total luas area sebesar 1.065,05 hektare dengan beberapa jenis spesies, yaitu Avicennia sp., Bruguiera sp., Ceriops sp., Rhizopora sp., dan Sonneratia sp.
Advertisement
Berdasarkan data yang disampaikan oleh BPDASHL bahwa rencana luas area persemaian mangrove di Kota Tarakan terdiri dari sarana persemaian seluas dua hektare.
Juga sarana pendukung seluas dua hektare, dan taman seluas stu hektare. Untuk kapasitas produksi bibit mangrove akan ditanam sebanyak satu juta bibit per tahun.
"Nantinya akan dikembangkan menjadi pusat persemaian beragam spesies mangrove sebagai sarana pendidikan dan pelatihan sekaligus kawasan ekowisata. Oleh karena itu, kami juga akan melibatkan masyarakat agar dapat menyukseskan rehabilitasi mangrove ini," ujar Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan Nani Hendiarti dalam pertemuan dengan Wali Kota Tarakan, Sekretaris Daerah, Asisten Perekonomian dan Administrasi Pembangunan dan para Kadis terkait beberapa waktu lalu.
Selain itu, Pemerintah juga akan menghadirkan program yang mencakup sosialisasi dan pendampingan masyarakat, serta pengolahan produk berbasis mangrove serta pelatihan ekosistem pesisir.
Untuk diketahui, kegiatan ini dilakukan sesuai arahan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan.
(*)