IPW Sebut Ada 3 Kejanggalan di Rekonstruksi Baku Tembak dengan Laskar FPI

Ketua Presidium Indonesian Police Watch (IPW), Neta S Pane, menyebut ada kejanggalan dalam rekonstruksi baku tembak antara polisi dan laskar Front Pembela Islam (FPI).

oleh Nanda Perdana Putra diperbarui 14 Des 2020, 13:01 WIB
Diterbitkan 14 Des 2020, 12:47 WIB
Jenazah Laskar FPI Dibawa ke Rumah Duka di Petamburan
Mobil ambulans yang membawa jenazah laskar Front Pembela Islam (FPI) memasuki Jalan KS Tubun, Jakarta, Selasa (8/12/2020). Sebanyak 6 jenazah laskar FPI yang baku tembak di Jalan Tol Jakarta-Cikampek pada Senin (7/12) lalu diserahkan kepada pihak keluarga untuk disalatkan. (merdeka.com/Imam Buhori)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Presidium Indonesian Police Watch (IPW), Neta S Pane, menyebut ada kejanggalan dalam rekonstruksi baku tembak antara polisi dan laskar Front Pembela Islam (FPI) di Tol Jakarta-Cikampek yang dilakukan Bareskrim Polri.

Neta melihat terdapat setidaknya ada tiga kejanggalan dalam rekonstruksi itu, terutama dalam kasus kematian empat anggota FPI di dalam mobil polisi.

Pertama, kata dia, saat keempat anggota FPI yang masih hidup. Sebagaimana dalam rekonstruksi, keempatnya digiring ke mobil polisi tanpa diborgol.

"Ini sangat aneh, Rizieq sendiri saat dibawa ke sel tahanan di Polda Metro Jaya tangannya diborgol aparat. Kenapa keempat anggota FPI yang baru selesai baku tembak dengan polisi itu tangannya tidak diborgol saat dimasukkan ke mobil polisi?" tanya dia, dalam siaran tertulisnya, Jakarta, Senin (14/12/2020).

Pada SOP Polri, pemborgolan dapat dilakukan ketika tersangka/terduga dirasa berpotensi melawan atau melarikan diri.

Kedua, lanjut dia, polisi memasukkan keempat anggota FPI yang baru selesai baku tembak dengan polisi ke mobil polisi yang berkapasitas delapan orang. Menurut dia, tindakan ini tidak masuk akal.

"Ketiga, anggota Polri yang seharusnya terlatih terbukti tidak promoter (profesional, modern dan terpercaya) dan tidak mampu melumpuhkan anggota FPI yang tidak bersenjata, sehingga para polisi itu main hajar menembak dengan jarak dekat, hingga keempat anggota FPI itu tewas," ujarnya.

"Dari ketiga kecerobohan ini terlihat nyata bahwa aparatur kepolisian sudah melanggar SOP yang menyebabkan keempat anggota FPI itu tewas di satu mobil. Dari penjelasan Kadiv Humas Polri itu terlihat betapa cerobohnya anggota polisi tersebut," kata Neta.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Desakan IPW

Neta pun menyoroti keterangan yang disampaikan, Kadiv Humas Polri Irjen Argo Yuwono soal penembakan keempat orang itu karena mereka melakukan perlawanan.

"Namun, saat keempat orang itu diamankan di rest area KM 50 dan dibawa ke mobil oleh petugas, di perjalanan melakukan perlawanan. Pelaku mencoba merebut pistol dan sempat mencekik petugas saat mobil baru berjalan 1 kilometer di jalan tol Jakarta-Cikampek. Kemudian terjadi pergumulan di dalam mobil yang akhirnya memaksa petugas melakukan tindakan tegas terukur. Keempatnya tewas setelah polisi melakukan tindakan tegas terukur," kata Argo yang jadi sorotan Neta.

Dari penjelasan Argo tersebut, IPW mempertanyakan sikap promoter Polri.

Oleh sebab itu, lanjut dia, Komnas HAM dan Komisi III perlu mendesak pembentukan Tim Independen Pencari Fakta agar kasus ini terang benderang. 

 

Reporter: Bachtiarudin Alam

Sumber: Merdeka

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya