Polri Periksa Tiga Gudang Importir Kedelai, Apa yang Ditemukan?

Bareskrim Polri melalui Satgas Pangan mendalami dugaan adanya penimbunan kedelai sebagai bahan baku tempe dan tahu yang membuat menjadi langka.

oleh Liputan6.com diperbarui 06 Jan 2021, 11:39 WIB
Diterbitkan 06 Jan 2021, 11:39 WIB
Bareskrim Polri Beberkan Peran 3 Tersangka Baru Kasus Kebakaran Kejagung
Kadiv Humas Polri Irjen Argo Yuwono (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Bareskrim Polri melalui Satgas Pangan mendalami dugaan adanya penimbunan kedelai sebagai bahan baku tempe dan tahu yang membuat menjadi langka.

Kadiv Humas Polri Irjen Argo Yuwono menyatakan jika pihaknya tak segan memproses secara hukum bagi importir kedelai yang mencoba melakukan penimbunan dan memainkan harga sehingga diduga menyebabkan kelangkaan dan mahalnya bahan baku tersebut.

"Polri merespon kelangkaan kedelai di pasar terutama importir, apabila di temukan ada dugaan pidana maka Satgas Pangan akan melakukan penegakan hukum," kata Argo Yuwono, Jakarta, Rabu (6/1/2020).

Menurut Argo, Satgas Pangan Bareskrim Polri sendiri sudah melakukan pengecekan ke gudang-gudang importir kedelai pada Selasa (5/1/2021) kemarin. Pertama dengan mendatangi gudang yang berada di Bekasi, yakni, PT. Segitiga Agro Mandiri. Dalam temuannya, bahwa perusahaan itu bergerak di bidang impor kedelai ex Amerika dengan kapasitas antara 6.000 hingga 7.000 ton per bulan.

"Bahwa kedelai impor tersebut selain diperuntukan guna pemenuhan industri tahu dan tempe untuk kualitas II juga dipergunakan untuk proses pakan ternak dan proses pembuatan minyak kedelai serta produk turunan lainya," ujar Argo.

Lalu, distribusi ke UMKM industri tahu dan tempe ke wilayah Jabodetabek dan Bandung Jawa Barat dengan pendistribusian antara 250-300 ton per hari dan stok tersisa saat ini sebanyak 2.500 ton. Sementara kacang kedelai yang disalurkan melalui distributor dengan harga saat ini Rp 8.600/kg terjadi kenaikan sekitar Rp 1.000 sejak pertengahan bulan Desember 2020.

"Didapat informasi dari staff perusahaan tersebut kenaikan harga disebabkan karena selain harga beli di negara asal terjadi kenaikan yang sebelumnya Rp 6.800 menjadi Rp 8.300 juga disebabkan dikarenakan sejak pertengahan bulan Oktober-Desember 2020 kapal yang langsung tujuan Indonesia sangat jarang sehingga menggunakan angkutan tujuan singapura dan sering terjadinya delay dikarenakan menunggu waktu dalam konekting ke Indonesia sehingga keterlambatan antara 2- 3 minggu," papar Argo.

Kemudian lokasi lain yang diperiksa yaitu, PT. FKS Mitra Agro di Pasar Kemis Pasir Jaya Cikupa Tangerang. Dari pemeriksaan itu diketahui bahwa pada tanggal  31 Desember 2020 kedelai masuk sebanyak 533,29 ton dan sudah didistribusikan sebanyak 79 ton, sisa stok per 31 Desember 2020 sebanyak 474,29 ton.

"Bahwa pada tanggal 4 Januari 2021 kedelai masuk sebanyak 460,22 ton dan sudah didistribusikan sebanyak 76 ton, sisa stok per 4 Januari sebanyak 384,22 ton. Sisa stok per tanggal 5 Januari 2021 sebanyak 858,51 ton," ucap Argo.

Selanjutnya, PT. Sungai Budi di Daan Mogot, Kota Tangerang, Banten. Ditemukan fakta bahwa, pada tanggal 4 Januari 2021 kedelai masuk sebanyak 400 ton dan sebanyak 300 ton sudah siap didistribusikan ke konsumen, sehingga sisa stok saat ini per 5 Januari 2021 sebanyak 100 ton.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Dugaan Penimbunan Kedelai

Sebelumnya, Kabareskrim Polri Komjen Listyo Sigit Prabowo bersama Kasatgas Pangan Polri Brigjen Helmy Santika telah melakukan pemeriksaan di sejumlah gudang importir dan distributor kedelai di wilayah Cikupa, Cengkareng, dan Bekasi.

"Satgas juga telah menginstruksikan satgas kewilayahan di tiap Polda untuk melakukan pengecekan harga, ketersediaan kedelai serta sentra-sentra pengolahan khususnya UMKM yang memproduksi tempe dan tahu," tutur Listyo dalam keterangannya, Selasa (5/1/2021).

Berdasarkan data yang dikumpulkan, harga kedelai mengalami kenaikan mulai awal 2021. Akibatnya, sejumlah perajin tahu tempe pun mogok produksi selama tiga hari dan pasokan tahu tempe terdeteksi menghilang di pasaran selama 1 Januari sampai 3 Januari 2021.

"Kenaikan harga kedelai dinilai membebani pengusaha. Kenaikan harga kedelai di kisaran angka Rp 9.000. Dari semula sekitar Rp 7.000 per kilogram," jelas dia.

Kasatgas Pangan Polri Brigjen Helmy Santika menambahkan, pihaknya memiliki catatan dan analisa ketersediaan kebutuhan kedelai secara nasional.

"Kami telah koordinasi dengan Kementerian Perdagangan, Kementerian Pertanian, dan sejumlah pihak lain untuk menelusuri dugaan adanya penimbunan dan permainan harga kedelai yang melonjak sejak beberapa hari lalu," ujar Helmy.

Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan mengklaim telah menurunkan tim untuk mencari sumber masalah mogok produksi oleh produsen tahu tempe. Pemerintah juga menjamin pasokan kedelai akan segera stabil.

Helmy menyebutkan, perkembangan global di masa pandemi Covid-19 sebenarnya turut mempengaruhi harga kedelai di pasar dunia.

"Berdasarkan data FAO, pada Desember 2020 ada kenaikan harga kedelai di pasar global sebesar 6 persen dari harga awal USD435 menjadi USD461 per ton," ucap Helmy.

Reporter: Bachtiarudin Alam

Sumber: Merdeka

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya