Di HUT PDIP ke 48, Megawati Curhat Soal Ini ke Jokowi

Megawati Soekarnoputri meminta agar Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengerahkan para pembantunya untuk secara khusus memperhatikan pembangunan desa.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 10 Jan 2021, 20:35 WIB
Diterbitkan 10 Jan 2021, 20:35 WIB
Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri.
Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri saat menghadiri webinar dengan penerima Kalpataru.(Foto: Dokumentasi PDIP).

Liputan6.com, Jakarta Ketua Umum DPP PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri meminta agar Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengerahkan para pembantunya untuk secara khusus memperhatikan pembangunan desa dan perbaikan data agar programnya lebih sukses.

Megawati awalnya bicara soal peranan desa, kampung, dusun, yang penting sebagai ujung tombak pemerintahan. Wilayah inilah yang berada di garda terdepan pelayanan publik. Ia juga sekaligus tempat hidupnya tradisi dan adat istiadat.

"Desa adalah taman sari kearifan lokal nusantara. Itulah sumber kebudayaan dan kepribadian bangsa," kata Megawati dalam pidato politiknya di acara Peringatan HUT PDIP ke-48 yang digelar secara virtual, Minggu (10/1/2021).

Apalagi di masa pandemi Covid-19, Presiden RI Kelima itu menilai peran desa semakin penting. Namun, dia mengingatkan agar semuanya harus didasari oleh data yang lebih presisi serta akurat.

"Dimulai dengan pendataan desa yang presisi, data yang akurat. Sudah waktunya Indonesia memiliki data yang komprehensif," imbuh  Megawati.

Lantas Megawati menyampaikan kepada Jokowi soal data di Indonesia yang masih belum baik. Dia menyebutnya curhat dengan Presiden.

"Yang namanya dari zaman dulu sampai sekarang, sudah 75 tahun merdeka, yang namanya dokumentasi kita, yang namanya data itu, masih saja akurasinya tidak berjalan dengan tidak benar. Kalau mencari data, rasanya, mbok ya data kita itu, seperti agak bermimpi. (Seharusnya) Kita bisa seperti Youtube, dibuka, langsung gelar," kata Megawati.

Dia mengingat dirinya pernah menelepon Menteri PUPR untuk menanyakan mata air Kali Ciliwung. Menurutnya, itu hanya pertanyaan sekilas. Namun ketika si menteri menelepon balik, yang dijelaskan justru soal pengairan di seluruh Indonesia.

"Bayangkan itu data dari sebuah data dari kementerian waktu itu. Mudah-mudahan, ini ada menteri PUPR Pak Basuki, itu maunya cepat gitu lho. Masa tidak begitu cepat?" kata Megawati.

Baginya, isu desa dan data yang akurat ini sngat strategis. Megawati menceritakan pengalamannya saat berkomunikasi dengan pimpinan MPR-nya Kuba. Elite Kuba itu menyampaikan jawaban ketika ditanya mengapa Kuba bisa menghalau AS ketika terjadi konflik Teluk Babi.

Dijelaskan kepada dirinya, salah satu faktor utama adalah karena orang-orang Kuba di pedesaan langsung bisa berkomunikasi dengan aparat ketika ada upaya dari pihak AS.

"Bukan maksudnya mau tiru-tiru. Tapi desa itu adalah garda depan," kata Megawati.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Peran Perguruan Tinggi

Megawati juga menyampaikan harapannya agar perguruan tinggi ikut dilibatkan dalam menangani isu ini.

Megawati mengatakan, Presiden RI pertama Soekarno, melibatkan insinyur asli Indonesia untuk pembangunan Gelora Bung Karno.

Baginya, Indonesia memiliki banyak putra-putri yang memiliki kemampuan diandalkan untuk kepentingan dan kemajuan nasional. Termasuk untuk kepentingan sistem pendataan nasional.

"Sudah saatnya Indonesia memiliki data tunggal yang digunakan oleh seluruh kementerian dan lembaga negara, juga Pemerintah Daerah. Sekali lagi, pendataan tersebut harus dimulai dari desa, dengan melibatkan partisipasi warga, agar mampu menggambarkan kondisi dan kebutuhan rakyat yang sesungguhnya, memetakan potensi ekonomi desa untuk dijadikan kekuatan ekonomi bangsa," jelas Megawati.

Dia pun mengutip ulang pernyataan Bung Karno yang mengingatkan bahwa desa merupakan salah satu benteng pertahanan negara.

"Kebijakan dan program pembangunan haruslah menitik-beratkan pada pemberdayaan desa," pungkas Megawati.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya