Idul Fitri Jatuh pada 13 Mei 2021, 88 Titik Pantauan Tak Lihat Hilal

Menag Yaqut berharap, dengan hasil sidang isbat ini, maka seluruh umat Islam Indonesia dapat melaksanakan Idul Fitri bersama-sama.

oleh Nanda Perdana Putra diperbarui 11 Mei 2021, 19:22 WIB
Diterbitkan 11 Mei 2021, 19:21 WIB
Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas
Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas (dokumentasi Kementerian Agama)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas mengumumkan Hari Raya Idul Fitri 1442 H jatuh pada Kamis, 13 Mei 2021. Kesimpulan dalam sidang isbat tersebut diambil berdasarkan metode hisab dan rukyat.

"Baik metode hisab dan rukyat bukanlah metode yang dibenturkan, keduanya melengkapi satu dengan lainnya," tutur Yaqut dalam konferensi pers sidang isbat, Selasa (11/5/2021).

Menurut Yaqut, pihaknya menentukan 88 titik pantau melihat hilal 1 Syawal 1442 H atau Idul Fitri 2021. Namun begitu, keseluruhannya tidak melaporkan adanya temuan penglihatan hilal.

"Dan dari 88 titik itu tidak ada yang melaporkan melihat hilal," jelas dia.

Lebih lanjut, secara metode hisab, posisi hilal berada di bawah ufuk antara -5 derajat 36 menit, -4 derajat 39 menit. Sebab itu, penetapan Hari Raya Idul Fitri 1442 H diistikmalkan atau digenapkan.

"Mudah-mudahan dengan hasil sidang isbat ini seluruh umat Islam Indonesia dapat melaksanakan Idul Fitri bersama-sama," Yaqut menandaskan.

 

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Kemenag: Tak Ada Referensi Hilal 1 Syawal 1442 H Teramati di Indonesia Secara Astronomis

Pemantauan Hilal Ramadan 1438 H
Petugas melakukan pemantauan hilal di atap gedung Kanwil Kementrian Agama, Jakarta Timur, Jumat (26/5). Pemantauan tersebut untuk menentukan jatuhnya bulan Ramadan 1438 H yang nantinya akan di putuskan melalui sidang Isbat. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Pakar astronomi dari Tim Unifikasi Kalender Hijriyah Kementerian Agama Cecep Nurwendaya menegaskan tidak ada referensi empirik visibilitas atau ketampakan hilal 1 Syawal 1442 H yang teramati di seluruh wilayah Indonesia pada Selasa, 11 Mei 2021.

Hal ini disampaikan Cecep saat memaparkan data posisi hilal menjelang awal Syawal 1442 H pada Sidang Isbat Awal Syawal 1442 H, di Auditorium HM Rasjidi, Gedung Kementerian Agama, Jakarta.

"Semua wilayah Indonesia memiliki ketinggian hilal negatif antara minus 5,6 sampai dengan minus 4,4 derajat. Hilal terbenam terlebih dahulu dibanding matahari," terang Cecep dalam keterangannya, Jakarta, Selasa (11/5/2021).

Dia menuturkan, Kementerian Agama melakukan pengamatan hilal di 88 titik di seluruh Indonesia. Sidang Isbat Awal Syawal 1442 H ini digelar secara daring dan luring dengan menerapkan protokol kesehatan.

Hadir secara fisik dalam Sidang Isbat Awal Syawal 1442 H/2021M Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid Sa’adi, Wakil Ketua Komisi VIII TB Ace Hasan Sadzily, Ketua MUI KH Abdullah Jaidi, serta Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kamaruddin Amin. Tampak hadir pula beberapa perwakilan Duta Besar negara sahabat.

Sementara para pimpinan ormas, pakar astronomi, Badan Peradilan Agama, serta para pejabat Eselon I dan II Kementerian Agama lainnya mengikuti jalannya sidang isbat melalui media konferensi video.

Menurut Cecep, penetapan awal bulan hijriyah didasarkan pada rukyat dan hisab. Proses hisab sudah ada dan dilakukan oleh hampir semua ormas Islam. “Saat ini, kita sedang melakukan proses rukyat, dan sedang menunggu hasilnya,” terang Cecep.

Menurut perhitungan hisab, lanjut Cecep, awal Syawal 1442 H jatuh pada Kamis, 13 Mei 2021. Data ini menurutnya bersifat informatif.

"Secara hisab, awal Syawal 1442 H jatuh pada hari Kamis, 13 Mei 2021. Ini sifatnya informatif, konfirmasinya menunggu hasil rukyat dan keputusan sidang isbat," tambahnya soal hilal 1 Syawal.

Dikatakan Cecep, rukyat adalah observasi astronomis. Karena itu, lanjut Cecep, harus ada referensinya. Cecep mengatakan bahwa kalau ada referensinya diterima, sedang kalau tidak berarti tidak bisa dipakai.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya