Liputan6.com, Jakarta Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar mengatakan, pihaknya tengah memperjuangkan penambahan kuota untuk pendamping haji resiko tinggi Indonesia. Pasalnya, kuota yang ada masih dianggap kurang.
Hal ini disampaikannya saat rapat kerja dengan Komisi VIII DPR RI di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (4/3/2025).
Advertisement
Baca Juga
"Kami juga perjuangkan ke pemerintah Saudi Arabia agar pendamping haji ini jangan hanya sekitar 2.000 seperti yang menjadi ketentuan internasionalnya," kata Nasaruddin.
Advertisement
Dia mengungkapkan, ada alasan meminta penambahan kuota haji tersebut. Di mana sudah melakukan pembicaraan dengan Menteri Haji dan Kesehatan Arab Saudi.
"Kami memberikan alasan yang sangat masuk akal bahkan juga menteri hajinya dan juga menteri kesehatanya kemarin juga kami yakinkan bahwa betapa perlunya kami mendapatkan tambahan pendamping ini," jelas Nasaruddin.
Dia pun menuturkan, dengan adanya penambahan kuota pendamping haji dari Indonesia akan mempermudah komunikasi dengan jemaah.
"Kan yang tahu bahasa jemaah haji kami adalah orang kami sendiri, tidak mungkin bahasa arab mereka itu," ujarnya.
Tak hanya itu, Nasaruddin menilai, penambahan kuota pendamping haji akan meringankan kinerja pemerintah Arab Saudi.
"Jadi itu sesungguhnya banyaknya pendamping haji itu akan memudahkan tugasnya pemerintah Saudi Arabia karena kalau tidak kan itu (pendampingan) akan diantisipasi oleh pemerintah Saudi Arabia," ungkap dia.
"Jadi saya yakinkan betul bahwa sesungguhnya penambahan kuota tambahan untuk pendamping haji ini itu akan meringankan beban aparat dan pemerintahan Saudi Arabia sendiri," imbuh Nasaruddin.
Jenis Pesawat Lion Air yang Akan Angkut Jemaah Haji Indonesia 2025 dari 2 Embarkasi
Lion Air secara resmi ditunjuk Kementerian Agama melalui Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah untuk menjadi salah satu maskapai yang melayani penerbangan haji di musim haji 1446H/2025. Maskapai yang dimiliki Wakil Ketua MPR RI Rusdi Kirana itu pun menyiapkan pesawat berbadan lebar, Airbus A330-300CEO dan Airbus A330-900NEO, yang selama 13 tahun digunakan untuk melayani rute non-stop umrah.
Lion Air total memiliki 12 pesawat berjenis Airbus A330 untuk melayani penerbangan jarak jauh. Tidak disebutkan berapa pesawat yang akan dioperasikan dalam melayani penerbangan haji asal Indonesia dari embarkasi Padang (PDG) dan Banjarmasin (BDJ) pada tahun ini. Rata-rata usia pesawat masih muda, berkisar antara 5 hingga 7 tahun, sehingga memberikan performa optimal dan efisiensi bahan bakar yang lebih baik.
Menurut Corporate Secretary Strategic Lion Air Danang Mandala Prihantoro, ada sejumlah kelebihan menggunakan pesawat jenis Airbus A330. Pertama adalah kursi yang ergonomis dengan jarak antarkursi yang lega.
Airbus A330 memiliki 436 kursi kelas ekonomi yang dirancang dengan jarak antarkursi sesuai dengan panjang kaki masyarakat Asia, termasuk Indonesia, sehingga memberikan kenyamanan maksimal saat perjalanan panjang. Desain kursinya memungkinkan jemaah melaksanakan shalat dengan nyaman selama penerbangan.
"Sebelumnya, jenis pesawat ini telah berpengalaman melayani penerbangan haji di Afrika, Timur Tengah, Asia Selatan dan Asia Barat. Jemaah dari wilayah tersebut memiliki postur tubuh yang lebih tinggi, namun tetap mendapatkan ruang kaki yang lega dan nyaman," klaim Danang dalam rilis yang diterima.
Advertisement
Fasilitas di Kabin Pesawat
Berikutnya terkait fasilitas kabin. Danang menyatakan bahwa sistem pencahayaan yang canggih dapat disesuaikan penumpang untuk memberikan kenyamanan. Bentuk jendela lebih besar yang memungkinkan jemaah menikmati pemandangan lebih luas.
"Desain dinding kabin (side wall) yang memberikan kesan ruang lebih lapang. Sementara, kompartemen bagasi kabin luas, memudahkan penyimpanan barang bawaan," katanya.
Dengan daya jelajah jauh, jemaah juga dapat terbang langsung ke Jeddah, Arab Saudi, tanpa perlu transit. Durasi penerbangan rata-rata 8 hingga 12 jam, tergantung dari kota keberangkatan.
Pesawat itu juga dilengkapi dengan delapan toilet yang bersih dan mudah diakses. Sementara, teknologi peredam suara menjadikan kabin lebih tenang, memberikan kenyamanan ekstra bagi jemaah selama perjalanan.
"Kru pesawat dilatih secara profesional dan memiliki kemampuan berbahasa daerah, sehingga dapat membantu jemaah dari berbagai wilayah di Indonesia," kata Danang lagi.
Pada Gelombang I, jemaah diberangkatkan ke Madinah dan dipulangkan melalui Jeddah. Sementara pada Gelombang II, jemaah haji diberangkatkan ke Jeddah dan dipulangkan melalui Madinah. Lion Air diperkirakan akan mengangkut 11.762 jemaah haji, dengan rincian 6.293 orang jemaah dari Embarkasi Padang (PDG) dan 5.469 orang jemaah dari Embarkasi Banjarmasin (BDJ).
Reporter: Alma Fikhasari/Merdeka.com
