Sambut Program READSI Kementan, Labotan Siapkan Demplot Pertanian KWT

Mereka menyiapkan lahan khusus untuk budidaya pertanian demi pemberdayaan Kelompok Wanita Tani (KWT).

oleh Liputan6.com diperbarui 22 Jun 2021, 14:35 WIB
Diterbitkan 21 Jun 2021, 19:16 WIB
banggai
Penyiapan lahan khusus oleh Kementan untuk budidaya pertanian demi pemberdayaan Kelompok Wanita Tani (KWT) di Desa Labotan, Banggai, Sulawesi Tengah. (Ist)

Liputan6.com, Jakarta Respons positif daerah diberikan kepada Program Rural Empowerment Agricultural and Development Scaling Up Initiative (READSI) Kementan. Mereka menyiapkan lahan khusus untuk budidaya pertanian demi pemberdayaan Kelompok Wanita Tani (KWT).

"Daerah sangat mengerti posisi strategis READSI. Sebab, dengan READSI produktivitas akan maksimal dan kesejahteraan petani naik. Melalui produktivitas dan kualitas, ketahanan pangan nasional akan tercapai. Kami apresiasi semua elemen yang berkontribusi besar terhadap pertanian," ungkap Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL).

Salah satu respons positif terhadap READSI Kementan ditunjukkan Desa Labotan, Banggai, Sulawesi Tengah. Mereka mengizinkan penggunaan lahan desa untuk keperluan demplot. Luasannya mencapai 0,5 hektare. Nantinya lahan tersebut akan ditanami sayuran dan buah-buahan.

"Optimalisasi produktivitas pertanian bisa dilakukan dengan luas lahan sempit. Contohnya, pekarangan yang bisa dioptimalkan menghasilkan beragam komoditi dan bagus secara ekonomi. Untuk itulah READSI hadir untuk mengoptimalkan semua lahan agar produktif dan memiliki value ekonomi tinggi," terang SYL.

Secara umum, Banggai memiliki profil pertanian positif. Hasil pertanian yang biasa dihasilkan adalah kopra, sawit, coklat, kacang mente, beras, dan lainnya. Banggai juga menghasilkan beragam jenis sayur-sayuran hingga buah-buahan. Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi mengatakan, READSI juga sebagai jawaban industri 4.0.

"READSI mengoptimalkan semua potensi yang ada. Menjawab semua kebutuhan dan tantangan industri 4.0. Pertanian harus berjalan, penyuluhnya harus pintar, karena bersentuhan langsung dengan petani, penting untuk meningkatkan kapasitas Penyuluh Pertanian. Sehingga petani pintar, pertanian terus maju dan ketersediaan pangan nasional terpenuhi," tegas Dedi.

READSI Kementan sejauh ini efektif sebagai pendorong produktivitas dan kesejahteraan petani. Menjadi pilar terciptanya ketahanan pangan lokal dan nasional, READSI digulirkan di 6 provinsi dan 18 kota/kabupaten, termasuk 342 desa. Selain Sulawesi Tengah, READSI hadir juga di Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Gorontalo.

"Ketahanan pangan lokal dan nasional menjadi tantangan yang harus direalisasikan. Bukan hanya menyangkut produktivitas, tapi kualitas juga harus dinaikkan. Untuk itu, inovasi selalu diberikan melalui program READSI," papar Dedi.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Pemberdayaan Kaum Wanita

Mendukung penuh program READSI Kementan, lahan demplot pun diberikan kepada KWT di Desa Labotan. Apalagi, lahan demplot tersebut sudah disiapkan Poktan sejak 2019. Pemberdayaan KWT dinilai sangat efektif, terutama karena ketersediaan waktu mereka yang memadai. Kebijakan tersebut juga sebagai upaya pemberdayaan kaum wanita di Banggai, terutama Labotan.

"Pertemuan dengan KWT sudah dilakukan dan mereka akan mengerjakan demplot yang sudah disiapkan sejak awal. Komoditas sayuran dan buah potensial dalam luasan lahan di sekitar Kantor Desa. Dengan lokasi strategis, lahan mudah dijangkau dan aktivitas pertanian semakin efektif di sana," kata Kepala Desa Labotan Aidin Salam.

Sementara, Fasilitator Desa Kartini Ronte menuturkan, sinergi terus dilakukan untuk mengembangkan pertanian berbasis READSI Kementan. KWT di Labotan dijamin sejahtera dan target perbaikan gizi keluarga terpenuhi.

"Kebijakan ini merupakan bukti besarnya dukungan Pemdes terhadap pelaksanaan program READSI serta visi misi Pemerintah Daerah dalam mewujudkan Kabupaten Banggai yang maju, mandiri dan sejahtera berbasis kearifan lokal melalui pertanian," tutup Martono.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya