Epidemiolog Sarankan Pemerintah Beri Vaksin Covid-19 Dosis Ketiga ke Nakes

Jenis vaksin Covid-19 untuk dosis ketiga ini harus berbeda dengan dosis kedua atau kombinasi.

oleh Liputan6.com diperbarui 04 Jul 2021, 12:48 WIB
Diterbitkan 04 Jul 2021, 12:48 WIB
Tenaga Kesehatan Lansia Terima Vaksin di Puskesmas
Petugas mengecek suhu tubuh tenaga kesehatan berusia lanjut sebelum menerima suntikan vaksin COVID-19 Sinovac di Puskesmas Kecamatan Jagakarsa, Jakarta, Kamis (11/2/2021). Sekitar 11 ribu nakes lansia berusia di atas 60 tahun menjadi prioritas penerima vaksin covid-19. (merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta Ahli epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), Pandu Riono meminta pemerintah memberikan vaksin Covid-19 dosis ketiga kepada tenaga kesehatan. Jenis vaksin Covid-19 untuk dosis ketiga ini harus berbeda dengan dosis kedua atau kombinasi.

"Pak Jokowi mohon lindungi nakes (tenaga kesehatan) kita dengan vaksinasi ketiga dengan vaksin berbeda, Pfizer atau Moderna, demi menyelamatkan nyawa nakes yang terdampak lonjakan kasus yang semakin tak terbendung," kata Pandu, Minggu (4/7/2021).

Alumni University of Pittsbrug Amerika Serikat ini mengatakan, pemberian vaksin Covid-19 dosis ketiga dengan kombinasi sangat penting untuk membentuk kekebalan tubuh tenaga kesehatan.

"Kombinasi vaksin yang beda memberikan respons imun lebih baik," ujar Pandu.

Dia kemudian menyinggung hasil studi di Inggris yang menunjukkan pencampuran dua jenis vaksin Covid-19 yang berbeda menambah kekebalan terhadap virus SARS-CoV-2 itu. Dua vaksin tersebut adalah AstraZeneca dan Pfizer.

"Studi di UK (United Kingdom), kombinasi AZ (AstraZeneca) dan Pfizer sudah dipublikasi," ucap Pandu.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Penelitian

Sebelumnya, penelitian Universitas Oxford menyatakan suntikan vaksin Covid-19 Pfizer yang diberikan empat pekan setelah suntikan pertama vaksin AstraZeneca memberikan respons imun yang lebih baik, ketimbang satu dosis lagi AstraZeneca.

Penelitian yang diberi nama Com-COV ini membandingkan kombinasi dua dosis vaksin Pfizer dan AstraZeneca. Kombinasi dua vaksin ini menghasilkan konsentrasi antibodi yang cukup tinggi dalam melawan mahkota protein virus corona.

Dikutip dari laman South China Morning Post, Selasa (29/6/2021), data itu menjadi rujukan keputusan sejumlah negara Eropa yang mulai menawarkan suntikan vaksin kedua dengan AstraZeneca setelah ada kasus penggumpalan darah terhadap sejumlah pasien yang disuntik dengan vaksin Pfizer.

Matthew Snape, profesor di Universitas Oxford yang melakukan penelitian mengatakan temuan ini bisa dipakai untuk menjadi landasan penentuan penggunaan vaksin yang lebih fleksibel.

"Sungguh melegakan bahwa respons antibodi dan sel T cukup bagus dengan kombinasi vaksin ini," kata dia.

Satu dosis AstraZeneca diikuti satu dosis Pfizer memberikan respons sel T yang terbaik dan juga antibodi yang tinggi ketimbang Pfizer dulu baru kemudian AstraZeneca.

Kombinasi vaksin ini diberikan dengan rentang jarak waktu suntikan pertama dan kedua selama empat pekan kepada 830 sukarelawan.

Com-COV juga mengamati jarak pemberian waktu antar dosis selama 12 pekan. Menurut Snape, vaksin AstraZeneca memberikan respons imun yang lebih baik ketika jarak dengan dosis kedua lebih lama.

 

Reporter: Titin Supriatin

Sumber: Merdeka

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya