Liputan6.com, Jakarta Ribuan sekolah menjadi klaster Covid-19 saat pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas diberlakukan. Namun Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Nadiem Makarim memastikan, pembelajaran tatap muka tidak dihentikan.
Hanya saja, Kemendikbudristek akan terus memonitor kasus penyebaran dan penularan Covid-19 di sekolah yang menggelar pembelajaran tatap muka terbatas.
"Itu terus kita monitor. Bukan berarti PTM-nya akan diundur, masih harus jalan. PTM Terbatas masih dilanjutkan," ujar Nadiem kepada wartawan di DPR RI, Kamis (23/9/2021).
Advertisement
Sekolah yang tetap menggelar pembelajaran tatap muka terbatas diminta Nadiem untuk menguatkan protokol kesehatan. Sekolah juga diminta terbuka kepada pemerintah kondisi di lingkungannya.
Nadiem mengatakan, sekolah yang menggelar pembelajaran tatap muka terbatas harus segera menutup sekolah jika ditemukan kasus Covid-19 di lingkungan sekolah.
"Protokol kesehatan harus dikuatkan, tapi sekolahnya masing-masing kalau ada kasus klaster ya harus ditutup segera," ujar Nadiem Makarim.
Â
** #IngatPesanIbuÂ
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
#sudahdivaksintetap 3m #vaksinmelindungikitasemua
Temuan Kemendikbud
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mencatat ada 2,8 persen atau 1.296 satuan pendidikan penyelenggara pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas yang menjadi klaster Covid-19. Hasil itu berdasarkan survei yang dilakukan pihaknya terhadap 46.500 sekolah hingga 20 September 2021.
"Kasus penularan itu kira-kira 2,8 persen yang melaporkan," kata Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah (Dirjen PAUD Dasmen) Kemendikbudristek, Jumeri, dalam diskusi daring, dikutip Rabu (22/9).
Jumlah 2,8 persen itu sama dengan 1.296 sekolah yang menyatakan ada klaster Covid-19 pada pelaksanaan PTM terbatas yang telah dilakukan. Jumlah tersebut sudah mencakup seluruh jenjang yang ada, mulai dari PAUD, SD, SMA, SMK dan Sekolah Luar Biasa (SLB).
Jumeri menuturkan, untuk jenjang pendidikan SD, dari 20.913 sekolah yang menjadi responden, 2,78 persen di antaranya atau 581 sekolah menyatakan terdapat klaster Covid-19 pada pelaksanaan PTM terbatas. Jumlah PTK yang terpapar Covid-19 ada sebanyak 3.174 orang dan jumlah peserta didik yang terpapar Covid-19 ada sebanyak 6.908 orang.
Selanjutnya jenjang pendidikan SMP, dari 7.085 sekolah yang menjadi responden, 241 sekolah di antaranya menyatakan terdapat klaster Covid-19 pada kegiatan PTM terbatas atau 3,40 persen dari keseluruhan responden di jenjang pendidikan SMP. Untuk jumlah PTK dan peserta didik yang terpapar Covid-19 ada sebanyak 1.502 orang PTK dan 2.220 orang peserta didik.
Kemudian, jenjang pendidikan dengan persentase terbesar ditemukan klaster Covid-19 adalah SMA. Dari 2.358 SMA yang menjadi responden, 107 sekolah menyatakan ada klaster pada kegiatan PTM terbatas atau 4,54 persen dari keseluruhan responden di jenjang pendidikan SMA. Ada 794 PTK dan 1.915 peserta didik yang menjadi bagian dari klaster tersebut.
Lalu, di tingkat SMK, dari total 2.267 responden, 70 di antaranya atau 3,09 persennya menyatakan terdapat klaster Covd-19 di sekolah setelah kegiatan PTM terbatas. Ada 609 PTK dan 1.594 peserta didik yang terpapar Covid-19 pada jenjang pendidikan SMK ini.
Di tingkat PAUD, dari 12.994 sekolah yang menjadi responden, 1,94 persen di antaranya atau 252 sekolah menyatakan ada klaster Covid-19 pada kegiatan PTM terbatas yang telah dilaksanakan. Dari angka tersebut, ada 953 PTK dan 2.007 peserta didik yang berstatus positif Covid-19.
Berikutnya, untuk di SLB, dari 391 sekolah yang menjadi responden, ada 13 sekolah yang menyatakan terdapat klaster Covid-19 setelah PTM terbatas dilaksanakan. Dari klaster tersebut terdapat 131 PTK dan 112 peserta didik yang berstatus positif Covid-19.
Reporter: Ahda Bayhaqi
Sumber: Merdeka.com
Â
Advertisement