BRIN Sebut Sumber Parasetamol di Teluk Jakarta Bisa Jadi dari Daerah Penyangga

Tim peneliti dari BRIN dan University of Brighton, Inggris, menemukan konsentrasi Parasetamol yang tinggi di perairan Teluk Jakarta. Ada sejumlah dugaan terkait sumber pencemaran tersebut.

oleh Ika Defianti diperbarui 04 Okt 2021, 13:48 WIB
Diterbitkan 04 Okt 2021, 13:39 WIB
Teluk Angke dan Ancol Tercemar Paracetamol
Suasana Kali Adem, Muara Angke, Jakarta Utara, Sabtu (2/10/2021). Kandungan paracetamol yang terkandung di Angke bahkan mencapai 610 nanogram per liter. Sedangkan di Ancol kandungannya mencapai 420 nanogram per liter. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Zainal Arifin menyatakan pihaknya belum dapat memastikan sumber pencemaran kadar parasetamol yang tinggi di perairan Teluk Jakarta. 

Pencemaran yang terjadi belum tentu berasal dari Jakarta saja. Namun, kemungkinan ada kontribusi dari daerah penyangga.

"Jadi karena ini di Teluk Jakarta, Pemda Jakarta mungkin, tapi enggak. Kita harus tahu bahwa kita peneliti hampir setuju bahwa 60 sampai 80 persen pencemaran itu datangnya dari daratan sumbernya, dari daratan itu kan bisa sampai Bodetabek," kata Zainal dalam konferensi pers, Senin (4/9/2021).

Kendati begitu, dia menyebut ada tiga kemungkinan penyebab pencemaran paracetamol di perairan Jakarta. Bisa terkait gaya hidup hingga terkait obat-obatan kedaluwarsa yang tidak terkontrol.

"Dengan jumlah penduduk yang tinggi di kawasan Jabodetabek dan jenis obat yang dijual bebas tanpa resep dokter, memiliki potensi sebagai sumber kontaminan di perairan," paparnya.

Lalu, lanjut Zainal, bisa terkait pengelolaan limbah farmasi dari rumah sakit belum optimal. Akibatnya, limbah yang terbuang ke lautan terkontaminasi dengan zat paracetamol.

"Sehingga sisa pemakaian obat atau limbah pembuatan obat masuk ke sungai dan akhirnya ke perairan pantai," jelas dia soal pencemaran di Teluk Jakarta.

 

Pebaikkan Sistem Pengelolaan Limbah

Sementara itu, peneliti BRIN, Wulan Koagouw, menyatakan perlu adanya perbaikan sistem pengelolaan limbah farmasi di Indonesia.

"Jadi misalnya kita di sini bicara tentang teknologi penanganan limbah, kita perlu teknologi penanganan limbah yang baik supaya mudah-mudahan itu bisa mereduksi paracetamol itu," ucap dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya