Epidemiolog Ungkap Masih Ada Potensi Penyebaran Covid-19 Saat Nataru

Epidemiolog dari Griffith University Dicky Budiman menjelaskan, agar efek Nataru tidak berdampak buruk dalam penanganan Covid-19,

oleh Nanda Perdana Putra diperbarui 13 Des 2021, 17:22 WIB
Diterbitkan 13 Des 2021, 17:03 WIB
Ilustrasi Covid-19, virus corona
Ilustrasi Covid-19, virus corona. Kredit: Miroslava Chrienova via Pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Epidemiolog dari Griffith University Dicky Budiman mengungkapkan, potensi penyebaran covid-19 saat Nataru masih bisa terjadi. Hal tersebut lantaran cakupan vaksinasi covid-19 masyarakat yang belum mencapai target maksimal.

"Tentu ada, selama kita masih memiliki jumlah orang populasi yang belum memiliki imunitas, belum memiliki vaksinasi penuh. Nah ini, dan dalam durasi yang efektif, kisaran tujuh bulanan, ini yang harus disadari potensinya. Kecuali kita sudah mencapai di dunia ini mungkin kawasan ASEAN ini rata-rata 70 persenan saja sudah jauh lebih terkendali dengan kontrol 3T nya," terang dia kepada Liputan6.com, Senin (13/12/2021).

Ia mendukung kebijakan pemerintah yang menerapkan level PPKM kepada masing-masing wilayah. Kendati begitu, penerapan protokol kesehatan harus tetap digalakkan.

"Dengan PPKM kembali ke level masing-masing ini sudah benar, tapi yang mesti dijaga kualitas kuantitas dari intervensinya. Jangan abai 3T 5M nya," ujarnya. 

Agar efek Nataru tidak berdampak buruk dalam penanganan Covid-19, dia meminta pemerintah untuk harus terus melakukan literasi tentang pentingnya 5M. Langkah ini dinilai efektif dalam menangkal virus covid-19.

"Kita konsisten dengan aturan. Misalnya 80 persen kapasitas ya, tapi harus dipastikan juga itu bukan hanya mengacu pada jumlah kapasitas, tapi siap nggak baik sarana prasarana, infrastrukturnya, kemudian SDM-nya dan juga masyarakatnya untuk disiplin. Kalau nggak, ya jangan 80 persen, 50 persen," kata dia.

Dia menegaskan itu yang harus dilakukan pemerintah. Langkah ini dinilainya memerlukan peran semua elemen masyarakat.

"Semua harus mau mengukur diri. Kalau saya nggak sehat ya jangan pergi. Kalau saya belum divaksinasi lengkap ya jangan, kalau saya sudah divaksinasi lengkap tapi sudah lebih 6-7 bulan jangan memaksakan diri ke tempat berbahaya dan lain sebagainya. Ini harus dimulai dari diri sendiri," jelas dia.

Karena itu, Ia memandang perlu adanya role model atau percontohan agar imbauan pemerintah dilaksanakan masyarakat. Termasuk juga memberikan insentif kepada masyarakat.

"Yang pegawai negeri misalnya kalau nggak keluar selama Nataru ini ya dapat apalah atau apresiasi," ujar Dicky.

 

** #IngatPesanIbu 

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

#sudahdivaksintetap3m #vaksinmelindungikitasemua

Sosialisasi kepada masyarakat

Selain itu, ada juga mekanisme monitoringnya. Masyarakat diberikan informasi tentang tempat yang tak aman karena ventilasi buruk. Dengan demikian, mereka akan mengetahuinya dan terhindar dari penyebaran virus covid-19.

"Itu yang harus dilakukan sosialisasinya dan juga disampaikan melalui media yang tepat melibatkan tokoh," ujar dia.

Dicky meminta semua pihak untuk mensyukuri kondisi saat ini, yang mana kasus covid-19 sudah dapat dikendalikan. Diharapkan hal ini terus dijaga dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat.

"Kita harus apresiasi dan syukuri kondisi yang ada, harus dijaga bahkan harus ditingkatkan responnya dari semua stakeholder dengan 3T, 5M vaksinasi," ujar dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya