Liputan6.com, Jakarta - Epidemiolog dari Griffith University Dicky Budiman menilai saat ini belum tepat dikatakan Indonesia telah keluar dari Pandemi Covid-19. Menurutnya, saat ini Indonesia hanya sudah melewati masa krisis varian covid-19 Delta.
"Belum ada negara yang bisa, sudah mengklaim keluar dari krisis covid-19. Nggak ada, apalagi negara Indonesia dengan cakupan testing atau 3T yang rendah dan survailance genomik yang lemah. Ini harus dipahami, belum (keluar dari pandemi)," jelas dia kepada Liputan6.com, Jakarta, Senin (13/12/2021).
"Artinya, lagi pandemi ini akan bisa setiap semua negara bisa keluar kalau WHO sudah menyatakan status pandemi dicabut. Kapan itu, ya nanti," dia mengimbuhkan.
Advertisement
Dicky menjelaskan indikator suatu negara keluar dari krisis. Pertama yaitu dicabutnya status pandemi covid-19 oleh WHO. Kondisi itu akan dilakukan manakala lebih dari 50 persen populasi dunia sudah tervaksinasi lengkap.
Baca Juga
"Kapan itu keluar dari krisis Covid-19? Ya nanti ketika setidaknya 70 persen dari total populasi di mayoritas negara sudah tervaksinasi dosis lengkap, terutama dua dosis. Itu yang akan membuat kriteria pertama terpenuhi ya. Karena ini bicara ancaman covid ya bicara imunitas," ujarnya.
Kemudian yang kedua kasus infeksinya rata-rata masuk kategori terkendali satu per 100 ribu per hari. Selain juga tes positivity rate, angka reproduksi yang di bawah satu semua. "Jadi kalau melihat ini ya belum lah. Dalam prediksi saya ya kuartal paling tidak paling cepat triwulan terakhir dari 2022," ujar Dicky.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
#sudahdivaksintetap3m #vaksinmelindungikitasemua
Potensi Penyebaran di Nataru
Dia mengungkapkan, potensi penyebaran covid-19 saat Nataru masih bisa terjadi. Hal tersebut lantaran cakupan vaksinasi covid-19 masyarakat yang belum mencapai target maksimal.
"Tentu ada, selama kita masih memiliki jumlah orang populasi yang belum memiliki imunitas, belum memiliki vaksinasi penuh. Nah ini, dan dalam durasi yang efektif, kisaran tujuh bulanan, ini yang harus disadari potensinya. Kecuali kita sudah mencapai di dunia ini mungkin kawasan ASEAN ini rata-rata 70 persenan saja sudah jauh lebih terkendali dengan kontrol 3T nya," terang dia.
Ia mendukung kebijakan pemerintah yang menerapkan level PPKM kepada masing-masing wilayah. Kendati begitu, penerapan protokol kesehatan harus tetap digalakkan.
"Dengan PPKM kembali ke level masing-masing ini sudah benar, tapi yang mesti dijaga kualitas kuantitas dari intervensinya. Jangan abai 3T 5M nya," ujarnya.
Advertisement