Menag Yaqut Cholil Ajak Para Dai Tanamkan Gerakan Moderasi Beragama

Menag Yaqut Cholil mengajak para dai untuk menjadikan Indonesia sebagai laboratorium kerukunan umat beragama. Sehingga mampu menjadi kiblat perdamaian di dunia.

oleh Liputan6.com diperbarui 27 Des 2021, 06:42 WIB
Diterbitkan 27 Des 2021, 06:42 WIB
menag
Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas. (Ist)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengajak para dai untuk turut menanamkan gerakan moderasi beragama sebagai spirit untuk penguatan bangsa. Menurut dia, moderasi beragama yang digulirkan Kementerian Agama adalah salah satu upaya untuk merawat karakter keberagamaan yang moderat, toleran, dan saling menghormati.

"Mari kita jadikan dakwah sebagai spirit menjaga dan merawat harmoni Indonesia. Kita buktikan bahwa Indonesia adalah kiblat Islam yang meneduhkan dan visioner," katanya saat menghadiri Temu Dai Media di Jakarta, Minggu (26/12/2021).

Dia mengajak para dai untuk menjadikan Indonesia sebagai laboratorium kerukunan umat beragama. Sehingga mampu menjadi kiblat perdamaian di dunia.

"Semua ini diperlukan sinergitas dan keterlibatan para dai dalam menjabarkan nilai-nilai Islam rahmatan lil ‘alamin," ungkapnya.

Dia juga meyakini bahwa para ulama di Indonesia mengamalkan Islam yang ramah dan teduh. Tetapi kata dia masih ditemukan para dai memposisikan diri sebagai kelompok silent majority.

"Mari kita sama-sama speak-up dan speak-out yang kencang dan intensif tentang pentingnya mempraktikkan Islam Wasathiyah (jalan tengah)," ungkap Menteri Yaqut.

** #IngatPesanIbu 

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

#sudahdivaksintetap3m #vaksinmelindungikitasemua

Media Mitra Dakwah

Sementara itu, Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kamaruddin Amin mengatakan bahwa media merupakan mitra dakwah yang sangat relevan. Sebab, di era digital ini, penyampaian dakwah melalui media sangat efektif.

"Saat ini generasi Z yang jumlahnya mungkin lebih dari 50% akrab dengan media sosial. Mereka menerima banyak informasi agama dari mulai wacana konservatif hingga liberalisme dan Islamisme. Mereka memerlukan penetrasi sehingga informasi yang diterima bisa dicerna ulang," pungkas Kamaruddin.

 

Reporter: Intan Umbari Prihatin/Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya