Liputan6.com, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, menyampaikan bahwa angka positivity rate kasus Covid-19 di Ibu Kota jauh melebihi ambang batas yang direkomendasikan Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO.
Anies mengungkapkan, positivity rate Covid-19 di DKI berada pada angka 22,6 persen. Angka tersebut jauh melebihi rekomendasi dari WHO.
"Angka positivity rate di Jakarta sepekan terakhir ini sudah mencapai angka 22,6 persen. Ini jauh di atas rekomendasi WHO untuk dikatakan aman yaitu 5 persen," kata Anies lewat sebuah video di akun Instagram pribadinya dikutip pada Rabu (9/2/2022).
Advertisement
Positivity rate diperoleh dari angka jumlah penelusuran kasus selama sepekan di Jakarta. Dengan angka setinggi ini, menurut Anies, kendati pihaknya telah menggenjot jumlah tracing, tetap tidak sepadan dengan kasus penularan di daerah itu.
"Artinya jumlah tes yang tinggi ini masih kalah cepat dengan pertambahan kasusnya. Demikian pula dengan tracing-nya. Artinya harus ada intervensi yang dilakukan, dan intervensi ini adalah dengan melakukan pembatasan mobilitas yang biasa kita kenal dengan PPKM dan levelnya adalah level 3 sebagaimana ditetapkan oleh pemerintah pusat," ujarnya.
Karena itu, Anies Baswedan mengharapkan kantor non-esensial diharapkan kembali menerapkan work from home (WFH) dan hanya 25 persen saja yang bekerja dari kantor. Dia juga menekankan PTM 100 persen dihentikan untuk sementara.
"Sekolah sudah ditetapkan 50 persen PTM dan orang tua diberikan kebebasan untuk memilih apakah anaknya ikut sekolah atau anaknya belajar dari rumah, juga tempat-tempat publik dikurangi kapasitasnya," beber pria berusia 52 tahun ini.
Kasus Aktif
Penggagas gerakan Indonesia Mengajar itu juga menyebut bahwa kasus aktif Covid-19 di Ibu Kota mencapai 74 ribu sampai awal pekan ini, Senin, 7 Februari 2022. Angka ini sekaligus penambahan dari jumlah kasus harian di hari sebelumnya yang menyentuh angka 15 ribuan kasus.
"Jumlah kasus baru ini melebihi rekor penambahan kasus harian yang pernah terjadi sebelumnya pada tanggal 12 Juli 2021, karena pada saat itu sekitar 14.500," ucap Anies.
Jumlah kasus harian saat ini di Jakarta lebih banyak ketimbang yang terjadi saat Ibu Kota dihantam gelombang Delta. Kendati begitu, tren angka kematian masih lebih kecil daripada pandemi gelombang kedua 2021 silam.
"Bila pada saat puncak gelombang kedua yang lalu angka kematian positif Covid mencapai sampai 200-an dalam sehari. Saat ini angka kematian dalam kisaran 30 per hari," ungkapnya.
Anies juga mengatakan, kasus kematian pasien Covid-19 di DKI Jakarta didominasi oleh warga yang belum mendapatkan vaksin Covid-19.
"Kebanyakan kasus kematian masih didominasi oleh warga yang belum mendapatkan vaksin lengkap. Oleh karena itu bagi semuanya saya ingin mengingatkan kembali untuk mari kita menuntaskan vaksinasi," katanya.
Advertisement
Segera Booster
Anies juga mengajak warga Jakarta agar segera mendapatkan suntikan vaksin booster. Dia mengakui bahwa angka kematian pada pandemi gelombang ketiga ini lebih rendah daripada yang terjadi di 2021 silam.
Namun begitu, satu nyawa menurut mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) itu amat berarti. Untuk itu Anies meminta supaya hal tersebut bisa dicegah dengan sekuat tenaga.
"Kematian yang lebih rendah ini bisa disebabkan karena beberapa faktor, di antaranya sifat dari varian Omicron sendiri yang tidak seganas varian Delta, tapi juga faktor vaksinasi dan kekebalan warga Jakarta yang sudah jauh lebih tinggi dibandingkan tahun lalu," tuturnya.