Liputan6.com, Jakarta - Pada Jumat 11 Februari 2022, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim meluncurkan Merdeka Belajar Episode Kelima belas: Kurikulum Merdeka dan Platform Merdeka Mengajar.
Nadiem menjelaskan, peluncuran Kurikulum Merdeka dan Platform Merdeka Mengajar guna memulihkan krisis pembelajaran yang ada pada masa pandemi Covid-19.
Advertisement
Baca Juga
Dirinya menekankan pentingnya penyederhanaan kurikulum dalam bentuk kurikulum dalam kondisi khusus (kurikulum darurat).
"Penyederhanaan kurikulum darurat ini efektif memitigasi ketertinggalan pembelajaran pada masa pandemi Covid-19," kata dia saat peluncuran Merdeka Belajar Episode Kelima belas secara daring.
Selain itu, Nadiem membeberkan terdapat sejumlah kelebihan Kurikulum Merdeka dibanding kurikulum sebelumnya, yakni Kurikulum 2013. Dari segi struktur, Kurikulum Merdeka dirancang jauh lebih fleksibel.
"Pada Kurikulum 2013, struktur kurikulum kurang fleksibel atau kaku. Jam pelajaran pun ditentukan per pekan. Berbeda dengan kurikulum baru ini, jam pelajaran akan ditentukan per tahun," terang Nadiem.
Berikut sederet fakta Mendikbudristek Nadiem Makarim luncurkan Kurikulum Merdeka dan Platform Merdeka Mengajar dihimpun Liputan6.com:
Â
1. Disebut Untuk Pulihkan Krisis Pembelajaran dari Covid-19
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) meluncurkan Merdeka Belajar Episode Kelima belas: Kurikulum Merdeka dan Platform Merdeka Mengajar, Jumat 11 Februari 2022.
Hal ini guna memulihkan krisis pembelajaran yang ada pada masa pandemi Covid-19. Krisis ini menjadikan pendidikan semakin tertinggal dengan hilangnya pembelajaran (learning loss) dan meningkatnya kesenjangan pembelajaran antarwilayah dan antarkelompok sosial-ekonomi.
Mendikbudristek Nadiem Makarim menekankan pentingnya penyederhanaan kurikulum dalam bentuk kurikulum dalam kondisi khusus (kurikulum darurat).
"Penyederhanaan kurikulum darurat ini efektif memitigasi ketertinggalan pembelajaran pada masa pandemi Covid-19," kata dia saat peluncuran Merdeka Belajar Episode Kelima belas secara daring.
Menurutnya, efektivitas kurikulum dalam kondisi khusus semakin menguatkan pentingnya perubahan rancangan dan strategi implementasi kurikulum secara lebih komprehensif.
Â
Advertisement
2. Akui Indonesia Alami Krisis Pembelajaran dalam 20 Tahun Terakhir
Kemudian, Nadiem menyatakan bahwa krisis pendidikan di Indonesia terjadi sejak 20 tahun. Hal ini menurutnya terbaca dari skor Programme for International Student Assessment (PISA) anak Indonesia kerap berada di urutan hampir paling buncit.
"Kita semua sudah tahu bahwa Indonesia mengalami krisis pembelajaran. Ini sudah kita alami dalam 20 tahun terakhir, kita dalam angka tes PISA, yaitu tes internasional yang mengetes literasi, numerasi dan Sains. Kita mengetahui bahwa kinerja (anak-anak) kita relatif dari negara-negara lain masih sangat perlu diperbaiki ya," kata dia.
Nadiem mengatakan, skor PISA di Indonesia menyebutkan tidak ada peningkatan signifikan dalam 10-15 tahun terakhir.
Sebagai gambaran, dari maksimal 550 skor PISA dalam bidang Matematika yang dapat diperoleh, dari 2003 hingga 2018 anak-anak di Indonesia hanya mampu meraih skor di angka 300-an. Hal yang sama pun didapati dari hasil skor di bidang Membaca dan Sains.
"Makanya kita harus menyebut ini suatu krisis dan suatu krisis dibutuhkan solusi-solusi yang luar biasa untuk bisa mengejar ketertinggalan kita," kata Nadiem.
Â
3. Banyak Sekolah Alami Lerning Loss, Turunkan Materi Pembelajaran Drastis
Krisis semakin diperberat dengan hadirnya pandemi Covid-19 di Indonesia. Di mana para siswa sekolah dituntut untuk belajar secara jarak jauh (PJJ). Berdasarkan riset internal dan eksternal Kemendikbudristek, Nadiem mengungkap bahwa pandemi telah memicu learning loss atau kehilangan pembelajaran pada anak-anak.
"Dari sisi literasi kita sudah kehilangan sekitar enam bulan pembelajaran. Di dalam satu tahun akademik enam bulan itu, untuk krisis selama dua tahun ini besar sekali. Ini rata-rata ya," kata dia.
Dalam bidang numerasi, lanjut Nadiem, pandemi covid-19 telah memicu learning loss hingga lima bulan. Perhitungan itu merupakan rata-rata imbas kehilangan pembelajaran pada siswa, Nadiem yakin banyak sekolah yang angka learning loss-nya lebih tinggi lagi.
"Tetapi ini menunjukkan bahwa kalau rata-ratanya saja sudah 5-6 bulan, kita bisa bayangkan daerah-daerah yang paling terpencil learning loss mereka bisa mencapai 8 bahkan 10 bulan dan ini adalah suatu angka yang sangat signifikan," kata Nadiem.
Untuk memulihkan krisis tersebut, Nadiem mengenalkan apa yang disebut Kurikulum Merdeka guna mengejar ketertinggalan. Rumusan Kurikulum Merdeka terinspirasi dari Kurikulum Darurat yang diperkenalkan saat kali pertama dunia pendidikan di Indonesia terhempas pandemi.
Di mana dalam Kurikulum Darurat, menurut Nadiem pihaknya menurunkan jumlah materi secara drastis. Supaya para pelajar dan pengajar bisa fokus mendalami topik-topik yang paling esensial.
Kerangka Kurikulum Darurat adalah Kurikulum 2013. Yang membuatnya berbeda adalah pada Kurikulum Darurat materi disederhanakan secara drastis.
Kurikulum Darurat saat pandemi digunakan oleh 31,5 persen sekolah di Tanah Air. Penggunaan kurikulum ini sama sekali tidak dipaksakan atau hanya bersifat pilihan bagi sekolah.
"Apa yang terjadi? Kita melihat learning loss daripada sekolah yang menggunakan Kurikulum Darurat itu jauh lebih sedikit daripada sekolah-sekolah yang tidak menggunakan Kurikulum Darurat. Ini adalah suatu data yang sangat dahsyat," katanya.
Kata Nadiem, sekolah yang tidak mengadopsi Kurikulum Darurat selama pandemi dan kukuh menggunakan Kurikulum 2013, mereka mengalami learning loss sekitar lima bulan. Sementara sekolah yang menggunakan Kurikulum Darurat hanya mengalami learning loss satu bulan.
"Ini membuktikan bahwa kepadatan materi, kebanyakan materi yang kita selalu titipkan di dalam kurikulum, di dalam materi pembelajaran kita itu tidak punya dampak positif terhadap pembelajaran siswa. Malah semakin ringkas, semakin sederhana pendalaman materi itu semakin baik," tegas Nadiem.
Dari fakta itu, Nadiem menjatuhkan kesimpulan bahwa menambah materi pembelajaran bagi siswa bukan pilihan baik. Penyederhanaan materi menurutnya adalah pilihan tepat saat ini. Dan dia wujudkan hal itu pada Kurikulum Merdeka.
Â
Advertisement
4. Beberkan Kelebihan Kurikulum Merdeka, Lebih Sederhana dari Kurikulum 2013
Nadiem mengungkap terdapat sejumlah kelebihan Kurikulum Merdeka dibanding kurikulum sebelumnya, yakni Kurikulum 2013. Dari segi struktur, Kurikulum Merdeka dirancang jauh lebih fleksibel.
"Kita ingin sekarang kurikulumnya jauh lebih fleksibel, guru dan sekolah bisa menentukan jam pelajaran per minggunya. Karena targetnya itu dipenuhi selama setahun. Kalau kita memberikan target satu tahun itu memberikan fleksibilitas pada sekolah setiap minggu untuk menentukan saya mau ngejar ketertinggalan dahulu enggak," kata dia.
Pada Kurikulum 2013, struktur kurikulum kurang fleksibel atau kaku. Jam pelajaran pun ditentukan per pekan. Berbeda dengan kurikulum baru ini, jam pelajaran akan ditentukan per tahun. Kurikulum ini juga bakal menitikberatkan pembelajaran pada materi-materi esensial layaknya pada Kurikulum Darurat.
"Jadi Kurikulum Merdeka itu adalah Kurikulum Darurat yang terus kita kembangkan sehingga lebih optimal lagi," beber Nadiem.
Kelebihan lainnya dalam Kurikulum Merdeka yang diutarakan Nadiem adalah memberikan keleluasaan bagi guru untuk menggunakan berbagai macam perangkat pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing peserta didik.
"Dan kita memberikan dukungan digital suatu aplikasi yang akan kita bicarakan nanti sebagai referensi bagi guru untuk terus mengembangkan praktik belajar secara mandiri dan berbagi praktik baik," katanya.
Kurikulum Merdeka, kata Nadiem juga lebih sederhana dan mendalam. Di mana Nadiem mendesain materi pada kurikulum itu lebih sedikit.
"Sehingga itu memberikan waktu kepada guru untuk mendalami setiap konsep karena itu yang penting. Bukan kelebaran daripada materi, tetapi kedalaman yang menjadi fokusnya," ujar dia.
Pada kurikulum ini, Nadiem meminta sekolah memastikan betul anak-anak dapat mendalami materi hingga tuntas. Tak perlu terburu-buru berganti materi pembelajaran hanya demi mengejar target pembelajaran.
"Lebih menenangkan juga bagi para murid-murid, tidak stres mereka terus karena mereka belum mengerti suatu konsep sudah harus dipaksa pindah ke pembahasan berikutnya," terang Nadiem.
Â
5. Kurikulum Merdeka Hilangkan Pengkotak-kotakan Siswa
Kemudian menurut Nadiem, Kurikulum Merdeka juga memberikan keleluasaan bagi sekolah untuk mengembangkan dan mengelola kurikulum dan pembelajaran sesuai dengan karakteristik sekolah dan para siswanya.
Nadiem juga memastikan bahwa pada Kurikulum Merdeka tidak ada lagi peminatan di jenjang SMA. Mereka, para peserta didik diberikan kebebasan untuk memilih mata pelajaran sesuai minat.
"Tidak ada lagi jurusan ya, kejuruan atau peminatan. Peserta didik bisa memilih mata pelajaran sesuai minat, bakat dan aspirasinya di 2 tahun terakhir SMA," kata dia.
Pengkotak-kotakan antara IPA dengan IPS dipastikan akan dihilangkan jika sekolah mengadopsi kurikulum tersebut. Skema seperti ini, menurut Nadiem sudah banyak diaplikasikan pada kurikulum di negara-negara lain.
Pada Kurikulum Merdeka, para guru juga diberi keleluasaan untuk mengajar sesuai tahapan capaian dan perkembangan para siswa. Mereka tidak dituntut untuk terburu-buru menuntaskan pembelajaran kepada para peserta didik.
Kurikulum Merdeka juga merangsang siswa untuk lebih interaktif. Di mana lewat kurikulum ini Nadiem memberikan ruang adanya proyek bagi siswa. Proyek ini memberikan kesempatan bagi siswa untuk secara aktif mengeksplorasi isu-isu aktual.
"Kita memberikan ruang di dalam kelas untuk project based yang sangat besar, kenapa relevan? Karena ini adalah skill-skill yang akan dibutuhkan anak itu pada saat dia keluar. Dia harus bisa bekerja secara kelompok, dia harus bisa menghasilkan suatu hasil karya, di harus bisa berkolaborasi dan memikirkan hal-hal secara kreatif," papar Nadiem.
Â
Advertisement
6. Mulai Berlaku Nasional pada 2024
Nadiem mengatakan Kurikulum Merdeka baru diberlakukan secara nasional pada 2024 mendatang. Selama dua tahun ini, pihaknya tidak memaksa sekolah untuk menerapkan Kurikulum Merdeka.
Saat ini Kurikulum Merdeka hanya bersifat pilihan disanding dengan Kurikulum 2013 dan Kurikulum Darurat.
"Jadi kita mengikuti filsafat kemerdekaan ya, Merdeka Belajar dan kita memberi sekolah tiga opsi (kurikulum) ya sesuai dengan kesiapannya masing-masing," kata dia.
Nadiem bilang bahwa sekolah juga bisa menerapkan Kurikulum Merdeka secara bertahap.
"Satuan pendidikan ini bisa mengimplementasikan Kurikulum Merdeka ini secara bertahap tidak perlu 100 persen langsung diterapkan, kita berikan fleksibilitas," katanya.
Menurut Nadiem Kurikulum Merdeka ini sebelumnya telah diuji-cobakan pada 2.500 sekolah penggerak. Sekolah-sekolah tersebut terdiri dari semua jenjang, yakni mulai dari TK, SD, SMP, dan SMA.
Untuk mengukur kesiapan sekolah menerapkan Kurikulum Merdeka, Nadiem bilang pihaknya akan memberikan angket pada sekolah.
Â
7. Platform Merdeka Mengajar Mudahkan Guru
Nadiem kemudian menjelaskan, Platform Merdeka Mengajar menyediakan referensi bagi guru untuk mengembangkan praktik mengajar sesuai dengan Kurikulum Merdeka.
Dia menjelaskan, Platform Merdeka Mengajar merupakan platform edukasi yang dapat menjadi teman penggerak untuk guru dalam mewujudkan Pelajar Pancasila.
"Intinya dalam Platform Merdeka Mengajar ini ada tiga fungsi, yaitu membantu guru untuk mengajar, belajar, dan berkarya," ucap Nadiem.
Dalam mendukung guru mengajar, Platform Merdeka Mengajar menyediakan referensi bagi guru untuk mengembangkan praktik mengajar sesuai dengan Kurikulum Merdeka. Saat ini tersedia lebih dari 2.000 referensi perangkat ajar berbasis Kurikulum Merdeka.
"Ini akan membantu guru melakukan analisis diagnostik literasi dan numerasi dengan cepat sehingga dapat menerapkan pembelajaran yang sesuai dengan tahap capaian dan perkembangan peserta didik," kata Nadiem.
"Panduan implementasi Kurikulum Merdeka dan modul-modul pelatihan akan disediakan dalam flash disk bagi satuan pendidikan dan pendidik yang kesulitan untuk mengakses internet. Jadi tidak perlu khawatir," tambahnya.
Â
Advertisement
8. Guru Bisa Terus Kembangkan Potensinya
Platform Merdeka Mengajar juga memberikan kesempatan yang setara bagi guru untuk terus belajar dan mengembangkan kompetensinya kapan pun dan di mana pun.
"Guru dapat memperoleh materi pelatihan berkualitas dengan mengaksesnya secara mandiri. Melalui video inspirasi, guru bisa mendapatkan beragam video inspiratif untuk mengembangkan diri dengan akses tidak terbatas," tutur Nadiem.
Selain itu, Platform Merdeka Mengajar juga mendorong guru untuk terus berkarya dan menyediakan wadah berbagi praktik baik.
"Guru dapat membangun portofolio hasil karyanya agar dapat saling berbagi inspirasi dan berkolaborasi melalui Bukti Karya Saya," kata Nadiem.
Dalam menciptakan ekosistem kolaboratif dan meningkatkan efektivitas pembelajaran, Platform Merdeka Mengajar menggunakan Content Crowdsourcing, di mana pengembangan konten berbasis kontribusi dapat dilakukan oleh semua pihak.
"Kita ingin platform ini hidup menjadi ekosistemnya sendiri. Makanya komponen terpenting dari platform ini adalah crowdsourcing," ungkap Nadiem.
Guru juga dapat saling belajar dan berbagi melalui Komunitas Belajar Daring yang terdapat di dalam Platform Merdeka Mengajar.
"Kita ingin yang mengembangkan materi pembelajaran, materi mengajar, materi belajar, dan materi berkarya ini guru-guru, organisasi-organisasi pendidikan, sehingga kontennya semakin kaya," terang Nadiem.
"Kunci kemajuan pendidikan kita ketika guru-guru mengembangkan dirinya dan saling membantu pengembangan sejawatnya," imbuh Nadiem.
Lebih lanjut, Platform Merdeka Mengajar juga bertujuan menciptakan iklim kerja yang positif melalui Jejaring Profesi Guru serta Perencanaan dan Kemajuan Karier.
Platform ini menjadi wadah bagi guru untuk menampilkan profil, pengalaman, dan keterampilan profesional, serta mengembangkan portofolio dan kompetensinya.
"Platform ini bisa menjadi CV digital. Jadi, ini kesempatan untuk guru untuk membuat public portofolio," jelas Nadiem.
Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Pengganti BSNP
Advertisement