Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo atau Jokowi menekankan bahwa pemerintah masih mengkalkulasi harga bahan bakar minyak alias BBM bersubsidi. Dia menyampaikan kalkulasi dilakukan dengan penuh kehati-hatiaan.
"BBM semuanya masih pada proses dihitung dikalkulasi dengan hati-hati. Masih dalam proses dihitung dengan penuh kehati-hatian ya," jelas Jokowi di Papua, Kamis (1/9/2022).
Baca Juga
Seperti diketahui, pemerintah telah memutuskan untuk mengalihkan sebagian subsidi bahan bakar minyak (BBM). Langkah ini membuat kabar kenaikan harga BBM semakin kuat. Jika pun benar-benar disesuaikan, sebetulnya ini bukanlah langkah baru yang pernah diambil Jokowi.
Advertisement
Menurut catatan Liputan6.com, Presiden Jokowi setidaknya pernah tujuh kali mengubah harga BBM bersubsidi sejak dia menjabat pada 2014 lalu. Namun, jumlah ini seiring dengan dinamika di awal periode kedua dia menjabat.
Kemudian, belum termasuk juga dengan hitungan peralihan BBM penugasan dari Premium ke Pertalite yang sama-sama mengalami penyesuaian harga.
Sejak 2014-2016 saja misalnya, Presiden Jokowi, tujuh kali mengubah harga BBM bersubsidi. Premium tercatat 4 kali mengalami kenaikan harga, dan tiga kali mengalami penurunan harga. Berbeda, Solar hanya mengalami dua kali kenaikan harga, sementara telah lima kali mengalami penurunan harga.
Pemerintah juga menyiapkan tiga jenis bantalan sosial kepada masyarakat di tengah isu naiknya harga BBM bersubsidi tersebut. Pertama adalah Bansos Rp 12,4 triliun untuk 20,65 juta warga Indonesia, kedua BLT Rp 9,6 triliun untuk 16 juta pekerja, dan Bantuan pemda Rp 2,17 triliun untuk transportasi umum.
Tolak Rencana Kenaikan BBM, PKS: Menambah Jumlah Orang Miskin
Presiden Partai keadilan Sejahtera (PKS) Ahmad Syaikhu menegaskan menolak rencana pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi jenis Pertalite dan Solar. Syaikhu menyebut, kenaikan harga hanya akan menurunkan daya beli masyarakat dan akan menambah jumlah orang miskin.
"Berangkat dari jeritan hati dan suara rakyat, demi menyuarakan rasa keadilan rakyat, DPP PKS menyatakan dengan tegas menolak kebijakan kenaikan harga BBM dan Solar Bersubsidi. Semoga pemerintah meninjau kembali rencana kebijakan kenaikan harga BBM bersubsidi. Rakyat membutuhkan keberpihakan dan kepedulian yang nyata dari Pemimpinnya!" tegas Syaikhu dalam keterangannya, Kamis (1/9/2022).
Menurut Syaikhu, pihak yang terkena dampak khususnya masyarakat kecil yang kondisi ekonominya belum pulih pasca pandemi. Tukang ojek, pedagang kaki lima, tukang bakso, sopir truk dan angkot, buruh, UMKM, emak-emak, pelajar, petani, peternak, nelayan dan elemen masyarakat lainnya akan menjerit.
"Mereka akan terpukul ekonominya dan sulit bangkit kembali dari keterpurukan," tegas Syaikhu.
Kenaikan harga pangan dan energi, lanjutnya, akan langsung berdampak pada meningkatnya jumlah orang miskin. “Karena mayoritas masyarakat kita berada dalam kategori rentan miskin. Sedikit saja ada guncangan ekonomi akibat kenaikan harga BBM, maka itu akan membuat mayoritas masyarakat rentan miskin tersebut menjadi miskin,” kata dia.
Apalagi, Syaikhu mengingatkan saat ini sedang terjadi krisis pangan dan energi. Harga-harga sembako saat ini sudah naik, apalagi nanti saat BBM dinaikkan.
Syaikhu menambahkan, beberapa waktu yang lalu, rakyat sudah terpukul kenaikan harga minyak goreng. Belum selesai harga minyak goreng melonjak, harga telur meroket. Rumah tangga di seluruh Indonesia akan semakin terpukul jika harga BBM bersubsidi naik.
"Kalau BBM dan Solar bersubsidi ikut naik, harga secara keseluruhan akan naik signifikan. Akan terjadi efek domino di sektor lainnya," ungkap Syaikhu.
Advertisement
Jeritan Rakyat Soal Rencana Kenaikan BBM
Ketua Komunitas Warung Tegal Nusantara (Kowantara), Mukroni, mengatakan jika BBM naik, maka keuntungan warteg akan berkurang, sehingga berimbas pada kesulitan membayar sewa tempat usaha pada tahun depan.
"Sebenarnya biaya yang besar itu ada di sewa atau kontrakan tempat itu yang kadang kala warteg bisa tutup karena tidak mampu bayar sewa," tukas Mukroni Rabu 31 Agustus 2022.
Ia menambahkan, jika BBM naik, pemerintah harus memberi solusi agar rakyat bawah tidak terbebani. "Kami prihatin atas kenaikan harga BBM karena dengan kenaikan harga BBM ini akan mengerek atau menaikkan harga pangan, sementara kondisi daya beli rakyat, seperti rakyat bawah, belum pulih sepenuhnya (dari pandemi)," sebutnya.
Sementara rencana kenaikan harga BBM ini sudah dikeluhkan oleh para pengguna kendaraan bermotor, khususnya roda dua. Salah satunya yaitu Surya, salah seorang pengemudi ojek online di wilayah Bogor, Jawa Barat.
“Di kala BBM naik, argo juga naik jadi penumpangnya sepi," kata dia saat berbincang dengan Liputan6.com, Rabu 31 Agutus 2022.
Surya mengatakan, selama dirinya menjadi pengemudi ojek online, kenaikan harga BBM berdampak pada penghasilannya yang semakin berkurang.
Keluhan lain disampaikan oleh Topan, pengendara sepeda motor lainnya yang biasa menggunakan sepeda motornya untuk kegiatan sehari-hari.
"Motor saya termasuk yang boros minyak, jadi kalo BBM naik saya jadi tekor," ujarnya.
Dia mengaku harus merogoh kocek yang cukup besar untuk mendapatkan BBM. Dia pun berharap agar pemerintah mengkaji ulang wacana harga BBM naik yang kabarnya akan dilakukan pada September mendatang.
"Untuk pemerintah pikirkan kembali kebijakan tersebut agar tidak menyulitkan masyarakat yang butuh bahan bakar untuk kehidupan sehari-harinya atau bahkan penunjang mata pencahariannya. Karena jika BBM naik, dampaknya ini cukup besar pada hal lainnya," katanya.