Liputan6.com, Jakarta - Gunung Marapi yang berada di Kabupaten Agam dan Tanah Datar, Sumatera Barat mengalami erupsi sejak Sabtu, 7 Januari 2023. Letusan pun sudah terjadi hingga ratusan kali.
Pada Kamis 12 Januari 2023, letusan atau erupsi yang cukup besar dibanding hari-hari sebelumnya terjadi pukul 10.58 WIB dengan tinggi kolom abu teramati sekitar 1.000 meter di atas puncak.
"Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal ke arah timur laut dan tenggara. Erupsi ini terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 5.1 mm dan durasi 184 detik," ujar Petugas Pos Pemantau Gunung Marapi, Ahmad Rifandi.
Advertisement
Menurut Ahmad Rifandi, letusan atau erupsi gunung setinggi 2.891 meter di atas permukaan laut ini masih fluktuatif atau tidak menentu.
Tak hanya Gunung Marapi, pada Kamis pagi 12 Januari 2023 Gunung Kerinci juga mengalami erupsi. Erupsi tersebut terjadi sekitar pukul 06.20 WIB dengan durasi selama 13 menit 20 detik.
Petugas Pengamatan Gunung Api Kerinci Irwan Safwan mengatakan, tinggi kolom abu teramati lebih kurang 600 m di atas puncak.
"Kolom abu erupsi Gunung Kerinci teramati berwarna kelabu dengan intensitas sedang condong ke arah timur laut dan timur," ujar Irwan.
Menurut dia, erupsi tersebut terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 2 mm dan durasi sementara ini selama 13 menit 20 detik.
"Saat ini Gunung Kerinci berada pada status level II atau waspada," kata Irwan.
Akibat erupsi, sejumlah dusun di Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat pun terdampak abu vulkanis.
Berikut sederet fakta terkait Gunung Marapi hingga Kerinci mengalami erupsi dihimpun Liputan6.com:
Â
1. Gunung Marapi Lontarkan Abu Vulkanik Setinggi 1.000 Meter
Gunung Marapi yang berada di Kabupaten Agam dan Tanah Datar, Sumatera Barat erupsi sejak Sabtu, 7 Januari 2023. Hingga saat ini letusan sudah terjadi hingga ratusan kali.
Pada hari ini Kamis 12 Januari 2023, letusan atau erupsi yang cukup besar dibanding hari-hari sebelumnya terjadi pukul 10.58 WIB dengan tinggi kolom abu teramati sekitar 1.000 meter di atas puncak.
"Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal ke arah timur laut dan tenggara. Erupsi ini terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 5.1 mm dan durasi 184 detik," kata Petugas Pos Pemantau Gunung Marapi Ahmad Rifandi.
Menurutnya, letusan atau erupsi gunung setinggi 2.891 meter di atas permukaan laut ini masih fluktuatif atau tidak menentu.
Selain itu, lanjut Ahmad Rifandi, untuk total letusan Gunung Marapi sejak 7-12 Januari 2023 mencapai ratusan kali dengan tinggi kolom abu bervariasi.
Bahkan pada Rabu 11 Januari 2023, abu vulkanik akibat erupsi Marapi turun sampai ke pemukiman masyarakat di wilayah Sungai Tarab, Kabupaten Tanah Datar.
Kalaksa BPBD Tanah Datar, Yusnen mengatakan memang terdapat abu vulkanik hingga ke pemukiman warga, namun cukup tipis.
"Iya tadi sempat turun abu, tipis," ujarnya kepada Liputan6.com, Rabu 11 Januari 2023.
Ia menyebut turunnya abu vulkanik itu tidak mengganggu masyarakat dan aktivitas di daerah tersebut masih seperti biasanya.
Akibat erupsi ini, masyarakat di sekitar Gunung Marapi dan pengunjung atau wisatawan tidak diperbolehkan mendaki atau mendekati gunung pada radius 3 kilo meter dari puncak.
Sementara Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) yang mengelola Taman Wisata Alam (TWA) Marapi menutup jalur pendakian hingga batas waktu yang belum ditentukan.
"Iya ditutup sementara, kita berkoordinasi dengan pihak terkait," ia menambahkan.
Â
Advertisement
2. Ledakan Misterius dan Pergeseran Tanah di Gunung Mereki
Beberapa waktu lalu, Desa Pelita Hijau, Kecamatan Bonepantai, Kabupaten Bone Bolango (Bonebol), Provinsi Gorontalo digegerkan dengan adanya dentuman ledakan misterius. Ledakan tersebut berasal dari Hutan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone tepatnya di pegunungan Mereki.
Warga sekitar mengira, jika ledakan tersebut ditimbulkan akibat aktivitas pertambangan. Asumsi lain beredar jika ledakan itu berasal dari pergerakan tanah di pegunungan tersebut.
Dengan informasi adanya pergerakan tanah, warga mulai menafsirkan jika itu merupakan fenomena likuifaksi. Musabab, air sungai yang tadinya jernih, tiba-tiba menjadi keruh usai ledakan itu terjadi.
"Tidak ada hujan, air sungai tiba-tiba keruh dan warnanya sangat kecoklatan seperti lumpur," kata Ranto warga Kecamatan Bonepantai kepada Liputan6.com, Selasa 11 Januari 2023.
"Kalau saya tidak salah, ledakan itu terdengar sebanyak tiga kali disertai bunyi gemuruh," tuturnya.
Bahkan informasi itu sempat viral di media sosial setelah salah satu warga mengunggahnya ke media sosial. Warga itu menuliskan jika di wilayah mereka ada fenomena pergerakan tanah disertai longsor hingga membuat sungai menjadi keruh.
"Kami menggunakan air sungai untuk lahan pertanian dan lain sebagainya, tapi saat ini menjadi keruh," ungkapnya.
Berdasarkan informasi itu, Pemerintah Desa, BPBD, hingga pihak kepolisian langsung turun ke lokasi. Alhasil, didapati ada longsoran tanah yang begitu luas di pegunungan Mereki.
Tidak hanya longsoran, dalam material tanah tersebut juga terdapat lumpur berwarna kecokelatan. Mereka memperkirakan bahwa lumpur itulah menjadi penyebab sungai menjadi keruh.
"Kalau tidak salah longsoran tersebut ada sekitar dua hektare. Kami kesulitan mengidentifikasi karena materil longsor cukup luas," kata Kepala Pelaksana BPBD Bone Bolango, Achril Yoan Babyonggo.
Meski begitu, kata Achril, bahwa masyarakat diminta untuk tidak panik dengan fenomena tersebut. Warga diminta hanya untuk waspada saja ketika terjadi ledakan serupa dan diminta untuk menghindar dari lokasi.
"Bagi para petani yang tinggal berdekatan dekat dengan pegunungan Mereki, jangan panik namun tetap waspada," ia menandaskan.
Sementara berdasarkan citra satelit Google Earth, terpantau di sekitar lokasi Gunung Mereki terdapat belahan tanah yang diduga merupakan longsoran. Longsoran besar tersebut, tidak jauh dari aliran sungai yang jatuh ke pemukiman.
Menurut pandangan Aktivis Lingkungan Gorontalo, Rudy Adam, bahwa longsor sering terjadi ketika lereng atau tebingnya mulai terjal.
"Karena makin terjal lerengnya dan gaya pendorongnya juga bertambah besar maka itu bisa kemungkinan terjadi longsor," kata Rudy.
Selain itu, pembentukan lereng dan tebing terjal sendiri terjadi akibat pengikisan air sungai, mata air, air laut. Longsor juga tidak harus terjadi saat musim hujan.
"Jadi sewaktu-waktu longsor bisa terjadi dengan beberapa faktor yang saya sebutkan," ia menandaskan.
Â
3. Gunung Kerinci
Gunung Kerinci kembali erupsi pada Kamis pagi 12 Januari 2023, sekitar pukul 06.20 WIB dengan durasi selama 13 menit 20 detik. Petugas Pengamatan Gunung Api Kerinci Irwan Safwan mengatakan, tinggi kolom abu teramati lebih kurang 600 m di atas puncak.
Irwan menjelaskan, kolom abu erupsi Gunung Kerinci teramati berwarna kelabu dengan intensitas sedang condong ke arah timur laut dan timur. Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 2 mm dan durasi sementara ini selama 13 menit 20 detik.
Saat ini Gunung Kerinci berada pada status level II atau waspada. Kepada masyarakat di sekitar gunung api Kerinci dan pengunjung atau wisatawan tidak diperbolehkan mendaki kawah yang ada di puncak gunung api Kerinci di dalam radius tiga km dari kawah aktif , masyarakat dilarang beraktifitas di dalam radius bahaya.
Sebaiknya jalur penerbangan di sekitar gunung api Kerinci dihindari karena sewaktu-waktu masih memiliki potensi letusan abu dengan ketinggian yang dapat mengganggu jalur penerbangan.
Kemudian, Gunung Kerinci sampai saat ini masih terus erupsi mengeluarkan abu vulkanik. Sejumlah dusun di Kabupaten Solok Selatan, Sumbar, terdampak abu vulkanis sejak kemarin hingga hari ini.
"Tiga jorong di Nagari Lubuk Gadang Tenggara mengalami hujan abu vulkanis karena erupsi Gunung Kerinci sejak Rabu (11/1/2023) pagi. Hari Kamis 12 Januari ini abu vulkanis masih turun," kata Penjabat Wali Nagari Persiapan Lubuk Gadang Tenggara, Kecamatan Sangir, Kabupaten Solok Selatan, Sahrizal, Kamis 12 Januari 2023.
Sahrizal menyebutkan, tiga jorong yang terdampak langsung langsung abu vulkanis Gunung Kerinci, yakni Letter W (189 kepala keluarga), Teluk Air Putih (142 kepala keluarga), dan Lubuk Rasak (92 kepala keluarga). Abu vulkanis Gunung Kerinci, kata dia, terlihat menutupi atap rumah warga dan dedaunan, namun masih tipis.
"Abu vulkanis yang sampai ke tiga jorong itu hanya tipis. Aktivitas masyarakat masih normal," katanya.
Pada Rabu malam 11 Januari 2023, katanya, hujan sempat turun sehingga abu yang menutupi atap rumah dan dedaunan sempat hilang. Selain ketiga jorong yang berada di kewalinagariannya, Jorong Gunung Pasir, Nagari Lubuk Gadang, Solok Selatan juga terdampak abu vulkanis.
Mengingat aktivitas vulkanik Gunung Kerinci masih meningkat, ia mengimbau warga yang berada di sekitar gunung untuk meningkatkan kewaspadaan dan menggunakan masker jika beraktivitas di luar rumah.
"Abu vulkanis bisa mengganggu kesehatan," jelas dia.
Advertisement