Liputan6.com, Gorontalo - Beberapa waktu lalu, Desa Pelita Hijau, Kecamatan Bonepantai, Kabupaten Bone Bolango (Bonebol) digegerkan dengan adanya dentuman ledakan misterius. Ledakan tersebut berasal dari Hutan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone tepatnya di pegunungan Mereki.
Warga sekitar mengira, jika ledakan tersebut ditimbulkan akibat aktivitas pertambangan. Asumsi lain beredar jika ledakan itu berasal dari pergerakan tanah di pegunungan tersebut.
Advertisement
Baca Juga
Dengan informasi adanya pergerakan tanah, warga mulai menafsirkan jika itu merupakan fenomena likuifaksi. Musabab, air sungai yang tadinya jernih, tiba-tiba menjadi keruh usai ledakan itu terjadi.
"Tidak ada hujan, air sungai tiba-tiba keruh dan warnanya sangat kecoklatan seperti lumpur," kata Ranto warga Kecamatan Bonepantai kepada Liputan6.com, (11/01/2022).
"Kalau saya tidak salah, ledakan itu terdengar sebanyak tiga kali disertai bunyi gemuruh," tuturnya.
Bahkan informasi itu sempat viral di media sosial setelah salah satu warga mengunggahnya ke media sosial. Warga itu menuliskan jika di wilayah mereka ada fenomena pergerakan tanah disertai longsor hingga membuat sungai menjadi keruh.
"Kami menggunakan air sungai untuk lahan pertanian dan lain sebagainya, tapi saat ini menjadi keruh," ungkapnya.
Berdasarkan informasi itu, Pemerintah Desa, BPBD, hingga pihak kepolisian langsung turun ke lokasi. Alhasil, didapati ada longsoran tanah yang begitu luas di pegunungan Mereki.
Tidak hanya longsoran, dalam material tanah tersebut juga terdapat lumpur berwarna kecokelatan. Mereka memperkirakan bahwa lumpur itulah menjadi penyebab sungai menjadi keruh.
"Kalau tidak salah longsoran tersebut ada sekitar dua hektare. Kami kesulitan mengidentifikasi karena materil longsor cukup luas," kata Kepala Pelaksana BPBD Bone Bolango, Achril Yoan Babyonggo.
Meski begitu, kata Achril, bahwa masyarakat diminta untuk tidak panik dengan fenomena tersebut. Warga diminta hanya untuk waspada saja ketika terjadi ledakan serupa dan diminta untuk menghindar dari lokasi.
"Bagi para petani yang tinggal berdekatan dekat dengan pegunungan Mereki, jangan panik namun tetap waspada," ia menandaskan.
Simak juga video pilihan berikut:
Pantauan Citra Satelit
Sementara berdasarkan citra satelit Google Earth, terpantau di sekitar lokasi Gunung Mereki terdapat belahan tanah yang diduga merupakan longsoran. Longsoran besar tersebut, tidak jauh dari aliran sungai yang jatuh ke pemukiman.
Menurut pandangan Aktivis Lingkungan Gorontalo, Rudy Adam, bahwa longsor sering terjadi ketika lereng atau tebingnya mulai terjal.
"Karena makin terjal lerengnya dan gaya pendorongnya juga bertambah besar maka itu bisa kemungkinan terjadi longsor," kata Rudy.
Selain itu, pembentukan lereng dan tebing terjal sendiri terjadi akibat pengikisan air sungai, mata air, air laut. Longsor juga tidak harus terjadi saat musim hujan.
"Jadi sewaktu-waktu longsor bisa terjadi dengan beberapa faktor yang saya sebutkan," ia menandaskan.
Advertisement