Liputan6.com, Jakarta - Masyarakat Indonesia dinilai sebaiknya perlu meneliti lebih jauh lagi terkait kebenaran berita yang mengait-ngaitkan sejumlah perusahaan multinasional Indonesia yang disebut berafiliasi dengan Israel.
Hal itu disampaikan Akademisi dan Mahasiswa Doktoral Hukum Ekonomi Syariah Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta Edo Segara Gustanto. Pasalnya, kata Edo, justru perusahaan-perusahaan tersebut terlihat lebih aktif dalam memberikan sumbangannya kepada rakyat Palestina.
Baca Juga
Menurut dia, perusahaan-perusahaan multinasional yang disebut-sebut berafiliasi dengan Israel itu ternyata sahamnya sebagian besar milik orang Indonesia.
Advertisement
"Makanya perlu ditelusuri lagi kebenarannya agar tidak salah sasaran. Apalagi mereka juga sudah terang-terangan menyatakan bahwa mereka tidak mendukung Israel," ujar Edo melalui keterangan tertulis, Jumat (22/3/2024).
"Kasihan kan kena dampaknya. Justru yang jadi pertanyaan adalah gimana dengan perusahaan-perusahaan nasional kita, khususnya yang besar-besar, apakah ikut mendukung rakyat Palestina dengan memberikan bantuannya atau tidak?," sambung dia.
Salah satu anggota pengurus Lembaga Amil Zakat, Infak, dan Sedekah Nahdlatul Ulama (LAZISNU) PWNU Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) ini menuturkan, perusahaan-perusahaan yang disebut selama ini berafiliasi dengan Israel justru menunjukkan kepeduliannya terhadap rakyat Palestina dengan memberikan donasi.
"Di antaranya adalah Danone-AQUA yang memberikan bantuannya melalui LAZISNU Pusat dan KFC melalui LAZISNU DIY. Kalau dari sisi muamalah sebenarnya boleh-boleh saja bertransaksi dengan mereka," ucap Edo.
"Masyarakat juga gak bisa gebyah uyah, dan harus dilihat dengan teliti yang di Indonesia ini terafiliasi atau tidak. Memang benar-benar memberikan dukungan ke Israel atau tidak. Karena, ternyata kan justru mereka menyalurkan bantuan untuk Palestina," sambung dia.
Â
Dikhawatirkan Dimanfaatkan Pesaing Perusahaan
Edo menegaskan, selama perusahaan-perusahaan tersebut mendeklarasikan bahwa tidak mendukung Israel dan justru membantu Palestina, harusnya masyarakat malah harus mendukungnya.
"Kita dukung dan tidak sebaliknya yang justru merugikan mereka dan para karyawannya," terang dia.
Edo juga melihat ada kemungkinan isu-isu boikot ini dimanfaatkan oleh para pesaing perusahaan. Menurutnya, yang namanya persaingan bisnis, pasti ada saja yang memanfaatkan momentum ini untuk menjatuhkan pesaingnya.
"Mereka terlihat seolah-olah mendukung ajakan boikot ini tapi nyatanya tidak ikut membantu lembaga-lembaga sosial untuk berdonasi ke Palestina. Misalkan Aqua nih lagi diboikot, Le Minerale muncul. Dan ini menurut saya kurang tepat. Artinya, mereka memanfaatkan situasi di saat kondisi perusahaan yang lain susah. Tapi, di dunia bisnis ya itu terjadi," jelas Edo.
Sementara itu, Akademisi Indonesia Nadirsyah Hosen mengatakan, aksi boikot ini tak semudah yang dibayangkan. Sebab, kata dia, banyak hal yang harus diperhatikan, termasuk sumber yang menyatakan produk itu terafiliasi Israel atau tidak.
Â
Advertisement
Hasil Berbeda
Dalam unggahannya di akun Instagram @nadirsyahhosen_official, Pengajar di Fakultas Hukum Universitas Monash ini menyebutkan, saat ini ada sejumlah situs yang dijadikan acuan oleh masyarakat untuk mencari list produk yang terafiliasi dengan Israel. Namun ketika dibandingkan antara situs yang satu dengan yang lain, bisa jadi hasilnya berbeda.
"Nah, mana yang benar jadinya? Rumit bin ribet kan?," kata Nadirsyah Hosen. Semnetara, Gerakan BDS Indonesia mengajak masyarakat untuk melakukan aksi boikot terhadap produk-produk yang memiliki afiliasi dengan Israel secara selektif dan efektif. Hal itu bertujuan agar aksi yang dilakukan bisa berhasil.
"Supaya kita berhasil, kita harus fokus pada sedikit perusahaan yang dipilih secara teliti supaya dampaknya maksimal," ujar DBS Indonesia melalui akun twitternya @GerakanBDS_ID.