Polemik Megawati soal Ibu-Ibu Pengajian, Pengamat: Pertanda Pertarungan Politik Mulai Memanas

Pernyataan Presiden ke-5 RI sekaligus Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri terkait ibu-ibu pengajian dan pengentasan stunting berbuntut panjang. Jajaran elite pengurus PDIP pun turun tangan mengklarifikasi pernyataan Megawati.

oleh Fachrur Rozie diperbarui 25 Feb 2023, 08:50 WIB
Diterbitkan 25 Feb 2023, 08:46 WIB
Momen Peringatan HUT PDIP ke-50
Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri menyampaikan pidato politiknya dalam HUT ke-50 PDI Perjuangan di JIExpo, Kemayoran, Jakarta, Selasa (10/1/2023). HUT ke-50 tahun PDI Perjuangan bertemakan Genggam Tangan Persatuan Dengan Jiwa Gotong Royong dan Semangat Api Perjuangan Nan Tak Kunjung Padam. (FOTO: Dok. Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Polemik terkait pernyataan Presiden ke-5 RI sekaligus Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri terkait pengajian ibu-ibu dan pengentasan stunting berbuntut panjang. Jajaran elite pengurus PDIP turun tangan mengklarifikasi pernyataan Megawati.

Jajaran elite PDIP meng-counter pendapat dan penilaian sejumlah tokoh dari berbagai kalangan yang dianggap menyudutkan Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasial (BPIP) tersebut terkait pernyataan tentang ibu-ibu pengajian.

Pengajar sekaligus pengamat politik Universitas Al-Azhar Indonesia, Ujang Komarudin menilai hal tersebut menandakan sudah mulai memanasnya pertarungan politik. Dia menganggap wajar jika jajaran elite PDIP membela ketua umumnya, dari serangan lawan politik.

"Pasti menjadi kontroversi ya, ketika banyak yang mem-bully dan mengkritik. Ya, itu pertanda pertarungan politik sedang memanas. Dan tentu jajaran bawahan Megawati pasti akan membelanya mati-matian untuk menjaga ketua umumnya dari serangan-serangan lawan politiknya," ujar Ujang Komarudin dalam keterangannya, Sabtu (25/2/23).

Ujang menilai perdebatan soal benar atau salah pernyataan Megawati tidak akan menimbulkan polarisasi jika karakter politik dan politikus Indonesia tidak dipenuhi narasi saling memecah-belah, menuduh, dan menjelekkan. Namun, menurutnya yang terjadi di Indonesia cenderung sebaliknya.

"Saya sih memandang pernyataan itu tidak akan menimbulkan polarisasi jika politik dan politisi kita itu tidak saling memecah-belah dan saling menuduh serta narasi saling menjelekkan. Tapi di kita kadang yang terjadi kan sebaliknya. Politik kita itu cenderung jika ada kesalahan dibesar-besarkan, sementara ketika ada kebenaran didiamkan" kata Ujang.

 

Rakyat Sudah Cerdas

Ketua Umum DPP PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri membuka Pendidikan Kader Perempuan tingkat Nasional tahun 2023 di Sekolah Partai PDIP, Lenteng Agung, Jakarta, Kamis (23/2/2023).
Ketua Umum DPP PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri membuka Pendidikan Kader Perempuan tingkat Nasional tahun 2023 di Sekolah Partai PDIP, Lenteng Agung, Jakarta, Kamis (23/2/2023). (Dok. Liputan6.com/Delvira Hutabarat)

Meski demikian, Ujang menyebut bahwa penilaian itu sebaiknya dikembalikan kepada rakyat. Karena menurutnya rakyat sudah cerdas dalam menilai pernyataan Megawati tersebut.

"Dan saya melihatnya ketika pernyataan soal pengajian ibu-ibu terus menjadi polemik, tentunya kita kembalikan kepada rakyat. Rakyat sudah cerdas dalam menilai apakah pernyataan Bu Megawati itu sesuai dengan fakta atau hanya sebatas sindiran atau lainnya," ucapnya.

Selain itu, lanjut Ujang, sudah selayaknya para tokoh publik bisa mengendalikan diri dan lebih cerdas dalam mengeluarkan pernyataan demi kebaikan bersama. Ia juga meminta semua pihak menyudahi polemik tersebut karena tidak baik dan tidak produktif.

"Yang jelas bagi saya, siapa pun tokoh publik itu harus bisa mengeluarkan pernyataan yang baik, positif, dan konstruktif, tidak menimbulkan permusuhan atau menghina satu sama lain. Oleh karenanya saya berharap polemik atau perdebatan soal pengajian ibu-ibu itu disudahi saja, karena tidak bagus dan tidak produktif. Lebih penting untuk saat ini tetap menjaga persatuan bangsa ini," pungkas Ujang.

 

Pernyataan Megawati

Momen Peringatan HUT PDIP ke-50
Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri menyampaikan pidato politiknya dalam HUT ke-50 PDI Perjuangan di JIExpo, Kemayoran, Jakarta, Selasa (10/1/2023). HUT ke-50 tahun PDI Perjuangan bertemakan Genggam Tangan Persatuan Dengan Jiwa Gotong Royong dan Semangat Api Perjuangan Nan Tak Kunjung Padam. (FOTO: Dok. Istimewa)

Sebelumnya, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri menuai pro kontra perihal pernyataannya yang mengkritik ibu-ibu pengajian.

Dalam acara Kick Off Pancasila dalam Tindakan 'Gerakan Semesta Berencana Mencegah Stunting' yang digelar BKKBN beberapa waktu lalu, Mega mengkritik tindakan ibu-ibu yang seolah lebih peduli dengan pengajian daripada mengurus anaknya sendiri.

Megawati saat menyampaikan kritiknya kepada ibu-ibu pengajian ini, diselingi dengan permintaan maaf. Terdengar beberapa kali Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) ini menyematkan kata maaf dalam pernyataannya itu. Presiden ke-5 RI berharap kritik ini tidak membuat dia alias dihakimi.

"Saya lihat ibu-ibu tuh ya, maaf ya, sekarang kan kayaknya budayanya, beribu maaf, jangan lagi nanti saya di-bully. Kenapa toh (ibu-ibu) senang banget ngikut pengajian. Iya lho, maaf beribu maaf. Saya sampai mikir gitu, ini pengajian ki sampai kapan to yo, anakke arep diapake (anaknya mau diapain)," ujar Megawati dalam acara tersebut.

Megawati mengaku dirinya bukan melarang para ibu mengikuti pengajian. Hanya saja, Megawati menginginkan agar kegiatan mengaji tidak dijadikan halangan para ibu untuk mengurus anak-anaknya.

"Boleh, bukan berarti enggak boleh (ikut pengajian). Saya juga pernah ikut pengajian kok. Maksud saya, nanti Bu Risma saya suruh, Bu Bintang saya suruh, tolong bikin manajemen rumah tangga," tambah putri Bung Karno itu.

Infografis 7 Perintah Megawati untuk Kader Jelang HUT ke-50 PDIP. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis 7 Perintah Megawati untuk Kader Jelang HUT ke-50 PDIP. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya