Sekjen PDIP Ajak Mahasiswa Paramadina Gelorakan Pemikiran Cak Nur dan Bung Karno

Sekjen DPP PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto menegaskan bahwa tokoh sekelas Prof Dr Nurcholis Majid alias Cak Nur adalah inspirasi bagi bangsa Indonesia.

oleh Liputan6.com diperbarui 21 Mar 2023, 18:31 WIB
Diterbitkan 21 Mar 2023, 17:38 WIB
Sekjen DPP PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto
Sekjen DPP PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto di Universitas Paramadina, Jakarta, Selasa (21/3/2023). (Foto: Dokumentasi PDIP).

Liputan6.com, Jakarta Sekjen DPP PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto menegaskan bahwa tokoh sekelas Prof Dr Nurcholis Majid alias Cak Nur adalah inspirasi bagi bangsa Indonesia.

Karena itu, Hasto menyebut kehadirannya ke Universitas Paramadina sebagai forum akademia juga digerakkan oleh inspirasi dari Cak Nur tersebut.

"Kehadiran saya di Universitas Paramadina sebagai forum akademia sekaligus begitu digerakkan oleh pemikiran-pemikiran Prof Dr Nurcholis Majid atau Cak Nur," kata Hasto Kristiyanto di Universitas Paramadina, Jakarta, Selasa (21/3/2023).

"Beliau telah memberikan suatu inspirasi yang luar biasa tentang Keislaman dan Keindonesiaan, serta berbagai jalan modernisasi melalui keseimbangan alam pikir yang mengedepankan rasionalitas," lanjut Hasto

Hasto menjelaskan, kepemimpinan intelektual adalah kata kunci dalam membangun peradaban. Ini sejalan dengan apa yang diajarkan dan dicontohkan oleh Bapak Bangsa Soekarno atau Bung Karno.

"Sehingga dalam membangun peradaban kita membutuhkan suatu kepemimpinan intelektual. Dan saya sampaikan hasil desertasi saya berkaitan dengan bagaimana pemikiran geopolitik Soekarno, itu memperjuangkan kepentingan nasional Indonesia dalam membangun tata dunia baru berdasarkan konstelasi geografis yang ada," papar Hasto.

 

Geopolitik Soekarno Masih Relevan

Lantas, kenapa mengajak mahasiswa? Hasto memaparkan bahwa dalam teori geopolitik Soekarno didasarkan pada kekuatan penguasaan Ilmu pengetahuan dan teknologi, dan juga instrumen politik yang didalamnya ada diplomasi dan penggunaan hukum internasional.

"Menciptakan hukum internasional bagi kepentingan nasional kita, itu, sehingga sangat relevan untuk masuk ke dunia kampus," lanjut Hasto.

Ia juga menegaskan bahwa kita harus belajar dari tradisi intelektual Soekarno, dan itu diawali dari kepemimpinan intelektual.

"Tanpa menyiapkan mahasiswa untuk memperluas cakrawala berpikirnya menguasai ilmu pengetahuan dan tekhnologi, riset dan inovasi, kita tak akan bisa membangun kepemimpinan kita," tuntas Hasto.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya