LSI Sebut Semakin Saleh Seseorang Kian Tak Sepakat dengan Kekerasan dan Tindakan Ekstrem

Direktur Eksekutif LSI Djayadi Hanan mengungkapkan, dari survei terbaru pihaknya pada 16-29 Mei 2022 terkait sikap publik atas kekerasan ekstrem, toleransi dan kehidupan beragama di Indonesia.

oleh Liputan6.com diperbarui 05 Mei 2023, 19:04 WIB
Diterbitkan 05 Mei 2023, 16:00 WIB
Nanda Perdana/Liputan6.com
Direktur Eksekutif LSI Djayadi Hanan

Liputan6.com, Jakarta Direktur Eksekutif LSI Djayadi Hanan mengungkapkan, dari survei terbaru pihaknya pada 16-29 Mei 2022 terkait sikap publik atas kekerasan ekstrem, toleransi dan kehidupan beragama di Indonesia.

"Kesalehan, baik subjektif maupun objektif, menurunkan dukungan terhadap kekerasan ekstrem," ucap Djayadi, dalam keterangannya, Jumat (5/5/2023).

Djayadi melanjutkan, semakin intoleran seseorang atau memiliki kelompok yang dibenci dan keberatan jika kelompok tersebut mendapatkan haknya sebagai warga negara cenderung pro kekerasan ekstrem. Meningkatnya dukungan terhadap hukum syariah juga membuat seseorang kian pro dengan kekerasan ekstrem.

"Deprivasi relatif secara signifikan meningkatkan dukungan terhadap kekerasan ekstrem. Artinya, bagi muslim yang menilai kelompok mereka diperlakukan tidak adil, cenderung setuju terhadap kekerasan ekstrem," katanya.

Faktor lain yang menguatkan dukungan terhadap kekerasan ekstrem adalah norma gender regresif. Selain itu, faktor usia. Semakin berumur, seseorang kian tidak mendukung kekerasan ekstrem dan begitu sebaliknya.

Adapun kepuasan seseorang terhadap kinerja presiden menjadi salah satu penentu tinggi atau rendahnya dukungan terhadap organisasi ekstrem.

"Muslim yang puas terhadap kinerja presiden cenderung tidak mendukung organisasi kekerasan ekstrem," kata Djayadi.

 

Terkait Survei

Populasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia sudah berumur 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan. Dari populasi itu dipilih secara acak bertingkat (multistage random sampling) sebesar 1550 responden sebagai sampel basis.

Margin of error dari ukuran sampel tersebut sebesar +/- 2,5 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen (dengan asumsi simple random sampling). Kemudian dilakukan penambahan sampel maisng-masing 600 responden di DKI Jakarta dan Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur sehingga total sample dianalisis dalam laporan ini sebesar 3.090 responden.

Responden terpilih diwawancarai tatap muka oleh para pewawancara telah terlatih.

Survei ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana sikap publik terhadap kekerasan ekstrem dan organisasi kekerasan ekstrem. Selain itu, survei ini juga berusaha untuk melacak faktor apa saja dapat berkontribusi pada dukungan publik terhadap kekerasan ekstrem dan organisasi kekerasan ekstrem.

Hasil survei ini diharapkan dapat menjadi bahan diskusi dan rujukan bagi para pengambil kebijakan dan pihak-pihak memiliki perhatian terhadap masalah kekerasan ekstrem, intoleransi, dan keberlangsungan demokrasi di Indonesia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya