Liputan6.com, Tangerang - Pemkot Tangerang Selatan (Tangsel) menargetkan bisa menurunkan angka stunting hingga 7 persen. Sebab, pada tahun sebelumnya, angka stunting tersebut sudah turun, dari 19,9 persen ke 9 persen.
“Insentif kader Posyandu kita naikin tahun ini menjadi Rp 1.350.000 per orang. Lalu, itu seragamnya juga sudah lama, harapannya menjadi semangat untuk meningkatkan angka harapan hidup dan menurunkan angka stunting,” ujar Wali Kota Tangsel, Benyamin Davnie, Senin (5/6/2023).
Baca Juga
Bukan hanya menaikan angka honorer kader Posyandu, Pemkot Tangerang Selatan juga melakukan berbagai upaya masif. Benyamin mengaku, pihaknya akan mengepung dengan berbagai program lintas sektor bersama Dinas Kesehatan. Target ini akan tercapai bila masyarakat juga melakukan hal-hal yang telah diedukasi dalam pencegahan stunting.
Advertisement
"Semua termasuk komponen masyarakat juga ikut serta melakukan aktivitas-aktivitas menurunkan angka stunting. Dimana usaha tersebut dapat dilakukan melalui strategi pelaksanaan kesehatan. Mulai dari promotif, preventif dan kuratif,” katanya.
Oleh karenanya bersama kader posyandu memiliki peran penting dalam membentuk perilaku sehat di masyarakat. Selain itu, pihaknya pun membentuk Kader Doremifasolasido atau Duta Remaja Anti Anemia Fahami Sobat Langkah Awal Sehat dari Diri Sendiri.
"Membentuk kader Doremifasolasido dan memberikan tablet tambah darah satu kali dalam seminggu bagi remaja putri, dan aktivitas fisik seperti olahraga," ujar Benyamin.
Hal ini menjadi penting kata Benyamin, karena penyebab stunting salah satunya persoalan anemia.
Poin terpenting dalam melakukan pencegahan stunting anak dimulai 1.000 hari pertama kehidupan. Dari mulai ibu hamil sampai anak berusia dua tahun.
"Tetapi ada yang tidak boleh kita lupakan yakni dengan mengoptimalkan gizi para remaja. Karena ini merupakan aset dan investasi yang penting untuk menurunkan angka stunting, dan bisa menurunkan angka kematian ibu dan anak," katanya.
Pantau Lewat Aplikasi
Pemkot Tangerang mengklaim telah menurunkan angka penderita stunting di wilayahnya. Bila sebelumnya sebanyak 15,3 persen, ditahun 2022 menurun 3,5 persen sehingga menjadi 11,8 persen.
Ternyata, angka tersebut berbarengan dengan penurunan angka stunting di Provinsi Banten. Sebelumnya 24,5 persen menjadi 20 persen.
"Catatan itu berdasarkan data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Kasus stunting memang menjadi salah satu fokus utama Pemkot Tangerang di 2022," kata Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB), Kota Tangerang, Jatmiko, Jumat, 27 Januari 2023.
Pada tahun 2022, DP3AP2KB Kota Tangerang membentuk 754 tim pendamping keluarga (TPK) yang tersebar di 13 kecamatan. Terdiri dari Kader PKK, Tenaga Kesehatan dan Kader KB, yang bertugas mendampingi keluarga berisiko stunting, dengan sasaran calon pengantin, ibu hamil, ibu nifas, bayi dua tahun (baduta) dan bayi lima tahun (balita).
"Ini bisa dibilang menjadi salah satu program yang paling terasa dalam penurunan kasus stunting di Kota Tangerang. Namun, pihaknya juga memiliki program Bina Keluarga Balita (BKB), Bina Keluarga Remaja (BKR) dan Bina Keluarga Lansia (BKL)," jelasnya.
Sementara, Dinas Kesehatan Kota Tangerang juga tengah menyiapkan aplikasi yang mengintegrasikan seluruh penanganan stunting. Hal ini dilakukan agar dapat terselesaikan secara utuh yang berisi data target sasaran, penanganan secara medis atau kesembuhan, hingga peningkatan kualitas kesejahteraan.
"Perkembangannya bisa terpantau dalam satu aplikasi. Sehingga, semua bisa dilakukan secara lebih terperinci sesuai kondisi target yang ditangani," tutur Sekretaris Dinas (Sekdis) Kesehatan Kota Tangerang Darto.
Advertisement