Punya Misi Ubah Kebiasaan Makan Anak, Aisyiyah Kerahkan 100 Kader

Program pendampingan pembiasaan makan bergizi yang digagas PPA bersama YAICI akan menyasar ibu dengan balita yang memiliki kebiasaan mengonsumsi makanan tinggi kandungan gula.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori Diperbarui 25 Apr 2025, 07:00 WIB
Diterbitkan 25 Apr 2025, 07:00 WIB
Punya Misi Ubah Kebiasaan Makan Anak, Aisyiyah Kerahkan 100 Kader
Punya Misi Ubah Kebiasaan Makan Anak, Aisyiyah Kerahkan 100 Kader. Foto: Makes PPA.... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Kader memiliki peran dalam menyebarkan edukasi kepada masyarakat terkait berbagai hal termasuk gizi seimbang.

Majelis Kesehatan Pengurus Pusat Aisyiyah (Makes PPA) menilai bahwa para kader memiliki kedekatan langsung dengan masyarakat. Maka dari itu, Makes PPA memberikan pembekalan kepada lebih dari 100 kader perwakilan seluruh wilayah Indonesia. Kegiatan pembekalan bertujuan menyiapkan kader sebagai pendamping masyarakat dalam pembiasaan konsumsi makanan sehat dan bergizi.

Ketua Makes PPA Dr. Warsiti S.Kep., M.Kep., S.Mat mengatakan, pembekalan untuk kader merupakan tindak lanjut dari program sosialisasi dan edukasi gizi untuk pengentasan stunting yang telah menjadi fokus Aisyiyah dalam lima tahun terakhir. Dalam implementasinya, PPA berkolaborasi dengan Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI).

“Sudah beberapa tahun lalu kita bekerja sama dan mudah-mudahan ini menjadi kontribusi nyata Aisyiyah bersama YAICI bersama-sama membangun generasi sehat menuju Indonesia Emas 2045,” kata Warsiti dalam keterangan pers dikutip Kamis (24/4/2025).

Program pendampingan pembiasaan makan bergizi yang digagas PPA bersama YAICI akan menyasar ibu dengan balita yang memiliki kebiasaan mengonsumsi makanan tinggi kandungan gula. Seperti minuman kemasan, kental manis ataupun makanan minim zat gizi lainnya.

Sebanyak 72 ibu dengan balita dari 3 wilayah, yaitu Kabupaten Bogor, Kota Kupang dan Kabupaten Muaro Jambi telah terdata sebagai peserta pendampingan dan penerima manfaat program untuk mengubah kebiasaan makan anak.

 

Tugas Para Kader di Lapangan

Selanjutnya, para kader yang telah mendapatkan pembekalan secara intensif akan menjalankan program pendampingan di wilayahnya masing-masing.

Selama periode dua bulan, kader pendamping akan memberikan edukasi kepada ibu dan balita, membimbing ibu dalam pembiasaan anak serta mencatat perubahan-perubahan kebiasaan anak. Tak hanya itu, intervensi berupa bahan pangan juga diberikan secara berkala, untuk mendukung pembiasaan makan bergizi keluarga.

Ahli gizi Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Prof Dr. Tria Astika Endah Permatasari, SKM, MKM yang turut membidani program tersebut mengingatkan, salah satu fokus yang harus diperhatikan kader saat pendampingan adalah pemberian susu secara tepat pada anak.

Sebab, masih banyak orangtua yang belum mengetahui jenis susu yang tepat bagi anak.

“Hati-hati kalau kita lihat susu UHT apalagi yang punya rasa ditambahkan rasa coklat itu kandungan gulanya lebih tinggi, karena ada penambah rasa manis di situ,” tutur Prof Tria.

 

Strategi Perbaiki Status Gizi Masyarakat

Sementara, Ketua Bidang Advokasi YAICI, Yuli Supriati sangat berharap program pendampingan gizi tersebut dapat memberikan manfaat yang luas kepada masyarakat. Menurutnya, langkah ini merupakan strategi efektif untuk memperbaiki status gizi masyarakat.

“Salah satu tantangan dalam upaya pengentasan stunting selama ini adalah memutus rantai kebiasaan makan keluarga. Mengubah kebiasaan itu tidak mudah, apalagi kebiasaan yang sudah turun temurun, dengan sosialisasi dan edukasi saja tidak cukup.”

“Karena itu, diperlukan pendekatan yang lebih intensif ke masyarakat, tidak hanya memberikan edukasi tapi juga membantu ibu untuk mengubah kebiasaan makan keluarga menjadi lebih sehat dan bergizi,” jelas Yuli.

 

Mengubah Kebiasaan Makan Anak Bukan Hal Mudah

Yuli juga mengakui, mengubah kebiasaan makan bukanlah hal yang mudah. Apalagi terhadap anak-anak yang sudah terbiasa dengan cita rasa yang kuat seperti manis, asin dan gurih.

Meski demikian, ia optimis, hasil dari upaya ini dapat membantu pengentasan masalah gizi di Indonesia.

“Ini soal menghadapi anak, tidak mudah memang. Bagi ibu, kadang karena tidak tega anak tidak mau makan, akhirnya memberikan apa yang diinginkan anak. Apalagi bila anak sudah terbiasa dengan rasa manis, terbiasa mengonsumsi minuman kemasan, minum kental manis, karena rasa manis itu membuat ketagihan.”

“Jadi ini tantangannya, bagaimana kita bisa mendampingi ibu untuk memperbaiki preferensi rasa anak, agar kembali mau mengonsumsi makanan sehat dan bergizi,” jelas Yuli.

Infografis Program Makan Bergizi Gratis Dimulai 6 Januari 2025
Infografis Program Makan Bergizi Gratis Dimulai 6 Januari 2025. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Produksi Liputan6.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya