Mahkamah Agung Copot Status PNS Sekretaris MA Hasbi Hasan

Ketua MA telah bersurat kepada Presiden Jokowi. Ada dua surat yang dilayangkan dengan salah satunya pencopotan Hasbi Hasan.

oleh Nanda Perdana Putra diperbarui 13 Jul 2023, 19:40 WIB
Diterbitkan 13 Jul 2023, 19:40 WIB
Hasbi Hasan Ditahan KPK
Hasbi Hasan kini menjalani penahanan selama 20 hari pertama di Rutan KPK. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

 

Liputan6.com, Jakarta Mahkamah Agung (MA) mencopot status kepegawaian PNS Sekretaris MA Hasbi Hasan tersangka kasus suap pengurusan perkara yang diusut Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Juru Bicara MA Suharto menyampaikan, Ketua MA telah bersurat kepada Presiden Jokowi. Ada dua surat yang dilayangkan dengan salah satunya pencopotan Hasbi Hasan.

“Satu, surat KMA tertanggal 13 Juli 2023 dengan Nomor: 126/ KMA/Kp.02.2/7/23 perihal Permohonan Pemberhentian Sementara sebagai Pegawai Negeri Sipil atas Nama Hasbi Hasan, jabatan Sekretaris MA,” tutur Suharto kepada wartawan, Kamis (13/7/2023).

Surat kedua yakni surat KMA tertanggal 13 Juli 2023 Nomor: 127/KMA/Kp.04.5/7/2023 perihal Penunjukan Pejabat Pelaksana Tugas Sekretaris MA RI.

"Yang diusulkan sebagai Plt Sekma RI Nama Bapak Sugiyanto, jabatan Kepala Badan Pengawasan,” katanya.

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) resmi menahan mantan sekretaris Mahkamah Agung (MA) Hasbi Hasan (HH), tersangka kasus suap pengurusan perkara. 

“Terkait kebutuhan proses penyidikan, tim penyidik menahan tersangka HH untuk 20 hari pertama,” tutur Kepala Bagian Pemberitaan KPK Ali Fikri kepada wartawan, Rabu (12/7/2023).

Menurut Ali, Hasbi Hasan ditahan mulai tanggal 12 Juli 2023 sampai dengan 31 Juli 2023 di Rutan KPK pada Gedung Merah Putih KPK, Jakarta. Hingga saat ini, sudah ada 17 orang yang ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus tersebut, yakni sebagai berikut:

 

1. Sudrajad Dimyati (SD) selaku Hakim Agung pada Mahkamah Agung

 

2. Gazalba Saleh (GS) selaku Hakim Agung pada Mahkamah Agung

 

3. Prasetyo Nugroho (PN) selaku Hakim Yustisial/Panitera Pengganti pada Kamar Pidana MA dan Asisten Hakim Agung Gazalba Saleh

 

4. Edy Wibowo (EW) selaku Hakim Yustisial/Panitera Pengganti Mahkamah Agung

 

5. Elly Tri Pangestu (ETP) selaku Hakim Yustisial/Panitera Pengganti Mahkamah Agung

 

6. Redhy Novarisza (RN) selaku PNS Mahkamah Agung/staf

 

7. Desy Yustria (DY) selaku PNS pada Kepaniteraan Mahkamah Agung

 

8. Muhajir Habibie (MH) selaku PNS pada Kepaniteraan Mahkamah Agung

 

9. Nurmanto Akmal (NA) selaku PNS Mahkamah Agung

 

10. Albasri (AB) selaku PNS Mahkamah Agung

 

11. Theodorus Yosep Parera (TYP) selaku pengacara

 

12. Eko Suparno (ES) selaku pengacara

 

13. Heryanto Tanaka (HT) selaku swasta/Debitur Koperasi Simpan Pinjam Intidan

 

14. Ivan Dwi Kusuma Sujanto (IDKS) selaku swasta/Debitur Koperasi Simpan Pinjam Intidana

 

15. Wahyudi Hardi (WH) selaku Ketua Pengurus Yayasan Rumah Sakit Sandi Karsa Makassar 

 

16. Dadan Tri Yudianto (DTY) selaku wiraswasta/Komisaris Independen PT Wika Beton

 

17. Hasbi Hasan (HH) selaku PNS/Sekretaris Mahkamah Agung RI.

 

 

Ajukan Praperadilan

KPK Terkait Hasbi Hasan
Hasbi disangkakan melanggar Pasal 12 huruf a atau Pasal 12 huruf b atau Pasal 11 UU 31/1999 sebagaimana telah diubah dengan UU 20/2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Juncto Pasal 55 Ayat 1 ke-1 KUHP. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Hasbi Hasan merasa keberatan dengan penetapan statusnya sebagai tersangka oleh KPK. Walhasil, Hasbi tidak pernah hadir setiap panggilan KPK untuk diperiksa sebagai tersangka.

Malahan, Hasbi menempuh jalur hukum dengan melakukan praperadilan untuk menguji status tersangkanya. Sayangnya, Hasbi gagal dan pengadilan tetap memutuskan dirinya tetap layak menyandang status tersebut.

Dalam kasus ini, KPK menjerat Hasbi Hasan bersama Komisaris Wika Beton Dadan Tri Yudianto. Dadan sudah ditahan KPK, namun Hasbi Hasan belum dilakukan penahanan meski sudah diperiksa sebagai tersangka pada Rabu, 24 Mei 2023.

KPK menyebut kasus yang menjerat Hasbi dan Dadan bermula saat Debitur Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Intidana Heryanto Tanaka meminta bantuan kepada Dadan Tri untuk mengurus perkara kasasi di MA dengan terdakwa Budiman Gandi Suparman. Heryanto meminta agar Budiman dinyatakan bersalah.

Selain itu, Heryanto juga meminta bantuan Dadan Tri untuk mengecek apakah pengacara Theodorus Yosep Parera (YP) sedang mengurus dan mengawal perkara Peninjauan Kembali (PK) di MA mengenai kasus perselisihan KSP Intidana.

Dadan Tri pun menyatakan siap membantu dan mengawasi pekerjaan Yosep Parera dalam mengurus kedua perkara tersebut di MA. Dadan Tri Kemudian menghubungi Hasbi Hasan dan menyampaikan soal permintaan Heryanto Tanaka dan Yosep Parera untuk membantu mengurus dua perkara itu di MA.

Untuk pengurusan dua perkara di MA itu, Heryanto menyerahkan uang kepada Dadan Tri sebanyak tujuh kali transfer dengan total sekitar Rp 11,2 miliar. Sebagian uang tersebut diduga diberikan oleh Dadan Tri kepada Hasbi Hasan pada sekitar bulan Maret 2022.

Alhasil, pada 5 April 2022, Hakim MA memutus perkara Nomor: 326 K/Pid/2022, atas nama Terdakwa Budiman Gandi Suparman diputus bersalah dengan vonis penjara selama 5 tahun.

Atas perbuatan tersebut, Dadan Tri bersama Hasbi Hasan melanggar Pasal 12 huruf a atau Pasal 12 huruf b dan atau Pasal 11 UU Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana diubah dengan UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUH Pidana.

Sebagai informasi, dalam kasus suap penanganan perkara di MA ini KPK sudah menjerat 15 orang sebagai tersangka. 

Infografis Deretan Kepala Daerah Terkena OTT KPK. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Deretan Kepala Daerah Terkena OTT KPK. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya