Kala Anies Baswedan Cerita Titik Terendah saat Jadi Gubernur DKI, Gelisah Tiap Jam Update Korban Covid-19

Bakal Calon Presiden (capres) Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) Anies Baswedan menceritakan titik terendah dalam hidupnya saat menjadi Gubernur DKI Jakarta.

oleh Devira PrastiwiNanda Perdana Putra diperbarui 29 Jul 2023, 20:35 WIB
Diterbitkan 29 Jul 2023, 20:35 WIB
Bakal Calon Presiden (capres) Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) Anies Baswedan menceritakan titik terendah dalam hidupnya saat menjadi Gubernur DKI Jakarta.
Bakal Calon Presiden (capres) Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) Anies Baswedan menceritakan titik terendah dalam hidupnya saat menjadi Gubernur DKI Jakarta. (Liputan6.com/Nanda Perdana Putra)

Liputan6.com, Jakarta - Bakal Calon Presiden (capres) Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) Anies Baswedan menceritakan titik terendah dalam hidupnya.

Salah satunya, menurut Anies, saat menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Dia bercerita, kala masuk pandemi Covid-19 cukup gelisah dan takut setiap momen pembaharuan atau update korban jiwa terdampak virus Corona.

"Dalam perjalanan hidup, saya mendapat tantangan dalam pekerjaan, yang terakhir yang saya rasakan adalah saya ini entah bagaimana Tuhan menakdirkan saya bertugas di Jakarta sebagai gubernur di saat Pandemi itu masuk di Jakarta dan kami membentuk task force sejak bulan Desember," ujar Anies dalam acara Hari Menjadi Manusia di Kuningan, Jakarta Selatan, Sabtu (29/7/2023).

"Yang paling dirasakan saya setiap jam 06.00 sore itu jam paling stressful, karena jam 06.00 sore itu cut off laporan kematian hari itu, jadi setiap sore itu nggak enak buka WA karena kepala dinas mengirimkan jumlah yang meninggal, 40, 80, di masa masa itu pasti ada saudara, teman, lalu ‘Pak makamnya hampir penuh’, kebayang nggak ada laporan pak makamnya hampir penuh?," sambungnya.

Terlebih, kata Anies, saat Pemprov DKI Jakarta mengelola upaya penyelamatan, para petugas pun turut berjatuhan menjadi korban Covid-19.

Dia mengatakan, di satu sisi petugas harus mengurus, namun di sisi lain jajaran tim dan tenaga medis, jika pulang ke rumah maka dapat menularkan virus ke keluarga.

"Waktu masuk ke Pondok Rangon, itu pemakaman paling shocking. Ketika masuk ke tempat itu saya tidak bisa membayangkan deretan makam bisa sebanyak itu, saya sampai waktu itu bilang ‘bapak ibu sekalian please stay at home, jangan pergi’, setiap ada yang meninggal berat sekali melihat. Bukan hanya sekedar statistik," beber Anies.

 

Yakin Adanya Pertolongan Tuhan

Bakal calon presiden (capres) Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) Anies Baswedan (Liputan6.com/Delvira Hutabarat)
Bakal calon presiden (capres) Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) Anies Baswedan (Liputan6.com/Delvira Hutabarat)

Namun begitu, Anies memegang teguh rasa yakin adanya pertolongan Tuhan di setiap beban yang dialami dan diterimanya semasa hidup.

"Saya berkeyakinan bahwa kira-kira begini, saya urusin ini, ditakdirkan begini, pasti Tuhan punya rencana dan pasti tidak akan kasih beban yang saya tidak akan mampu. Walaupun ini berat harusnya akan bisa. Jadi itu yang saya rasakan, yang boleh saya berikan sebagai contoh bagaimana saya melalui masa sulit," Anies menandaskan.

Sebelumnya, Bakal Calon Presiden (capres) Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) Anies Baswedan menyatakan tidak ingin ikut dalam perdebatan soal polemik Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB).

Namun, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) itu menyebut perdebatan soal PPDB itu bermula karena adanya ketidaksamaan antara jumlah bangku dengan jumlah murid pendaftar sekolah negeri.

"Saya tidak mau terlibat langsung dalam perdebatan soal PPDB. Tapi saya ingin ajak kita melihat apa sih akar permasalahannya?," ujar Anies di Pos Bloc, Jakarta Pusat, Sabtu (29/7/2023).

"Akar permasalahannya adalah jumlah bangku yang tersedia dengan jumlah siswa yang tidak sama. Betul ya. Nah inilah yang harus kita selesaikan," sambungnya.

 

Polemik PPDB

PKS resmi usung Anies Baswedan pada Pilpres 2024
Bakal calon presiden 2024-2029 yang diusung PKS, Anies Rasyid Baswedan (tengah) berpose bersama Presiden PKS Ahmad Syaikhu (kiri), dan Bendahara Umum Mahfudz Abdurrahman (kiri) usai pembacaan hasil keputusan Musyawarah Majelis Syuro VIII PKS di Jakarta, Kamis (23/2/2023). PKS secara resmi mendukung Anies Baswedan sebagai bakal calon presiden tahun 2024-2029. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Kemudian, ditanya soal solusi, menyarankan untuk menyamakan jumlah bangku dengan jumlah siswa pendaftar

"Kita Indonesia harus memastikan jumlah bangku SD kelas 1 sama dengan jumlah bangku SMP kelas 1 sama dengan jumlah bangku SMA dan SMK kelas 1. Kalau jumlah bangkunya sama, insya Allah persoalan-persoalan seperti ini akan bisa terselesaikan," papar Anies.

Menurut Anies, polemik PPDB bisa selesai bila akar permasalahan tersebut diatasi.

"Selama akar masalah itu belum selesai kita akan selalu ketemu dengan problem seperti ini karena isunya adalah bangku yang terbatas," pungkas Anies.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy melakukan inspeksi mendadak (sidak) untuk mengecek proses Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di SMA Negeri 5 Tangerang Selatan.

Dari hasil keterangan yang diperoleh pihak sekolah, Muhadjir menyampaikan bahwa proses seleksi penerimaan siswa di sekolah itu telah sesuai dengan regulasi yang diatur dalam PPDB 2023. Muhadjir juga mendapati antusias pendaftar yang tinggi ,yang mengakibatkan tidak semua peserta dapat diterima karena keterbatasan kapasitas ruang belajar.

“Proses seleksi sudah berjalan seperti yang telah diatur. Hanya memang disini jumlah yang berminat sangat berlebih. Ini mohon disadari oleh para orangtua. Di sini juga saya lihat ada sekolah lain yang meskipun swasta juga tidak kalah baik,” imbuhnya, Senin, 24 Juli 2023.

Infografis Bursa Bakal Cawapres Pendamping Anies Baswedan
Infografis Bursa Bakal Cawapres Pendamping Anies Baswedan (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya