Liputan6.com, Jakarta - Mantan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Din Syamsuddin, bakal menyambangi Kantor DPP Partai Nasdem pada Senin, 6 November 2023. Din bakal bertemu Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh.
Din diketahui juga telah bertemu dengan Presiden PKS Ahmad Syaikhu pada 26 Oktober 2023 dan Ketum PKB Muhaimin Iskandar di Kantor DPP PKB pada Jumat (3/11/2023).
Baca Juga
"Ini bagian dari silaturahmi kami, sebelumnya sudah ke DPP PKS, hari ini ke DPP PKB dan InsyaAllah tanggal 6 (November 2023) lusa ya, hari Senin yang akan datang, kami akan ke DPP Partai Nasdem," kata Din Syamsuddin di Kantor DPP PKB, Jumat (3/11/2023).
Advertisement
Din menyebut, Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh akan menyambut langsung kedatangannya di NasDem Tower, Jakarta Pusat nanti.
"Insyaallah, ketua umumnya (Surya Paloh) langsung yang akan menerima," ungkapnya.
Menurut Din, usai bertemu tiga partai Koalisi Perubahan. Din menjadwalkan bertemu dengan pasangan capres-cawapres Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar (AMIN).
Dia menyampaikan, tokoh nasional dan tokoh organisasi masyarakat (ormas) juga akan ikut hadir dalam pertemuan dengan Surya Paloh maupun pertemuan dengan bakal capres dan cawapres Anies-Cak Imin.
Singgung Tokoh Muda Minim Pengalaman
Mantan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Din Syamsuddin, menyinggung tokoh muda yang ingin menjadi pemimpin namun minim pengalaman. Menurut dia, hal itu akan berbahaya.
Hal ini, disampaikan Din Syamsuddin saat bertemu bakal calon wakil presiden Koalisi Perubahan Muhaimin Iskandar (Cak Imin) di DPP PKB, Jalan Raden Saleh, Jakarta Pusat (3/11/2023). Mulanya, Din memuji Anies Baswedan dan Cak Imin yang dinilai di usia yang tepat menjadi pemimpin.
"Saya pribadi karena keduanya (Anies dan Muhaimin) bisa dianggap sebagai tokoh muda atau aktivis organisasi kepemudaan dan kemahasiswaan, jadi belum tua. rambutnya saja masih hitam," kata Din.
Selain itu, Din Syamsuddin menyebut Anies dan Cak Imin juga sama-sama mempunyai pengalaman organisasi kepemudaan dan kemahasiswaan yang panjang.
"Serta juga yang punya pengalaman di dalam me-manage politik nasional, baik di kementerian maupun di lembaga legislatif," ujar dia.
Advertisement
Muda Tidak Terlalu Belia
Indonesia, lanjut Din, membutuhkan pemimpin yang segar. Oleh sebab itu, sudah saatnya tokoh muda yang tak terlalu belia menjadi pemimpin bangsa.
"Kadang perlu ada pembeliaan pemimpin nasional. Kalaupun di negara lain, termasuk Amerika, tokoh-tokoh (nasionalnya) tua. Tapi, secara biologis usia muda tapi tidak terlalu muda," katanya.
Din menilai, tak tepat juga apabila figur yang hendak memimpin terlalu muda atau terlalu tua. Terlebih, jika yang bersangkutan minim pengalaman.
"Yang terlalu muda, apalagi minim pengalaman, justru berbahaya," kata Din.
"Tapi tidak terlalu tua. Sangat manusiawi dan alami kalau terlalu tua ini suka pikun, suka lupa jangan-jangan lupa nanti Pancasila. Tapi juga jangan terlalu muda, karena jam terbang kepemimpinan itu penting," sambung dia.