Liputan6.com, Jakarta - Pasien penyakit pernapasan membeludak di China. Didominasi anak-anak. Mereka menjalani rawat jalan dan rawat inap. Kemudian merebak di Eropa. Biang keladinya sempat disebut sebagai pneumonia misterius.
Peningkatan kasus penyakit pernapasan ini membuat Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) turun tangan. Terlebih penyakit seperti influenza ini meningkat sejak Oktober 2023.
Baca Juga
Pada 23 November 2023, WHO dan otoritas kesehatan China mendapati pneumonia misterius tidak lagi misterius. Penyebabnya bukan karena patogen baru. Melainkan beberapa patogen lama seperti Mycoplasma pneumoniae, Respiratory Syncytial Virus (RSV), virus adenovirus, dan influenza.
Advertisement
Pada kasus Mycoplasma pneumoniae di China lebih banyak menyerang anak-anak. Hal ini karena saluran pernapasan anak-anak pendek, sehingga bakteri dan virus lebih mudah masuk ke jaringan paru-paru.
Wabah pneumonia di China belum ditetapkan WHO masuk status Kedaruratan Kesehatan Global atau Public Health Emergency of International Concern (PHEIC). Meski begitu, Indonesia tetap meningkatkan kewaspadaan.
Sebagai bentuk antisipasi, Kementerian Kesehatan atau Kemenkes RI melalui Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit telah menerbitkan Surat Edaran Nomor: PM.03.01/C/4732/2023 tentang Kewaspadaan Terhadap Kejadian Mycoplasma Pneumonia di Indonesia pada 27 November 2023.
Ada upaya mitigasi untuk mengurangi risiko dan dampak. Seluruh masyarakat juga diajak mengantisipasi penularan pneumonia di Indonesia. Tujuannya agar pengendalian pneumonia bisa lebih optimal.
Seperti apa Mycoplasma pneumonia yang merebak di China dan Eropa? Bagaimana gejala, antisipasi, dan mitigasinya? Simak selengkapnya dalam rangkaian Infografis berikut ini:
Infografis Mycoplasma Pneumonia Merebak di China dan Eropa
Advertisement