HEADLINE: Amuk Gunung Ruang di Sulut, Bagaimana Potensi Bahaya dan Mitigasinya?

Gunung Ruang di Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara, sedang mengalami aktivitas vulkanik yang meningkat, saat ini gunung tersebut telah dinyatakan berstatus AWAS. Level tersebut ditetapkan mulai Rabu 17 April 2024.

oleh Ady AnugrahadiNasrul Faiz diperbarui 20 Apr 2024, 00:00 WIB
Diterbitkan 20 Apr 2024, 00:00 WIB
Gunung Ruang
Gunung Ruang kembali erupsi pada Rabu malam (17/4/2024), pukul 20.15 WIT. (Liputan6.com/ Dok PVMBG)

Liputan6.com, Jakarta - Gunung Ruang di Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara (Sulut) tengah bergejolak, kini Gunung Ruang tengah berstatus AWAS. Level tertinggi tersebut ditetapkan mulai Rabu 17 April 2024 pukul 21.00 WITA.

Sejak Selasa 16 April 2024, suara gemuruh serta dentuman keras sudah mulai terdengar, lava merah pun terpantau dari puncak gunung tersebut. Begitu juga dengan abu vulkanik yang dikeluarkannya ke atmosfer.

Berdasarkan laporan Tim Kerja Pengamatan Gunung Api Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat Gunung Ruang mengalami 1.439 kali gempa Vulkanik Dalam (VTA) dan 569 kali gempa Vulkanik Dangkal (VTB) selama periode hingga 17 April 2024.

Ketua Tim Kerja Pengamatan Gunung Api, Heruningtyas mengatakan bahwa Gunung Ruang juga mengalami 6 kali gempa Tektonik Lokal dan 167 kali gempa Tektonik Jauh serta Gempa Terasa tercatat 4 kali dengan skala I MMI.

"Jumlah kejadian Gempa Vulkanik Dalam meningkat signifikan disertai getaran Tremor Vulkanik Menerus dengan amplitudo overscale, menandakan saat ini masih terjadi proses peretakan batuan disertai migrasi magma dari reservoir magma dalam ke permukaan dalam bentuk erupsi eksplosif berselingan dengan erupsi efusif," katanya.

Heruningtyas juga mengungkapkan bahwa sejak 17 April 2024 pukul 20.39 WITA, stasiun mengalami kerusakan dan jaringan listrik OFF. Ia pun menyebut, Badan Geologi akan segera memasang stasiun pengganti untuk memastikan kegiatan pemantauan Gunung Ruang tetap berlangsung.

"Kejadian erupsi yang terjadi tadi malam menyebabkan peralatan kami yang berada di puncak Gunung Raung tidak dapat berfungsi akibat dari erupsi, sehingga setelah tanggal 17 April 2024 pukul 20.39 WITA stasiun kami sudah tidak dapat melakukan perekaman lagi," ungkapnya.

Heruningtyas menyatakan, potensi erupsi masih mungkin terjadi dikarenakan untuk aktivitas vulkanik masih belum stabil. Dirinya pun menyebut, masih terjadi hujan abu hingga pagi hari.

"Berdasarkan laporan yang kami terima pukul 02:00 WITA, masih terjadi hujan abu dan pada pagi hari itu secara visual terlihat adanya endapan awan panas yang berada di area Gunung Ruang yang terlihat dari sisi tepi Pulau Tanggulandang," katanya.

Dengan potensi erupsi yang masih akan terjadi, masyarakat diminta untuk tidak melakukan aktivitas apa pun dalam radius 6 km dari puncak untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan.

"Potensi erupsi masih tinggi beberapa waktu ke depan, sehingga kita harus tetap waspada dan rekomendasi kami belum berubah untuk steril jarak aman 6 km dari pusat aktivitas," ujar Heruningtyas.

Infografis Amuk Gunung Ruang di Sitaro Sulut. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Amuk Gunung Ruang di Sitaro Sulut. (Liputan6.com/Abdillah)

Potensi Bahaya

Ahli Vulkanologi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Mirzam Abdurachman mengatakan, erupsi Gunung Ruang tercatat terakhir kali terjadi pada tahun 1871 atau sudah lebih dari 100 tahun lalu.

Aktivitas Gunung tersebut, kata dia, sejatinya memiliki pola yang tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan skala letusan gunung api lainnya. Namun, ada kekhawatiran soal letak Gunung Ruang yang berada di tengah laut.

“Jadi gunung ruang ini meletus terakhir 1871 sudah lebih dari 100 tahun yang lalu dan itupun energinya tidak besar kalau di dalam skala letusan gunung api itu skalanya Vi2, nah artinya setiap gunung akan memiliki pola yang sama sekarang pun demikian polanya tidak besar. Nah tetapi apa yang menjadi kekhawatiran kita yang harus hati-hati adalah satu karena posisi gunung ruang itukan di tengah laut,” kata Mirzam kepada Liputan6.com, Jumat (19/4/2024).

Menurut Mirzam, kekhawatiran soal letak Gunung Ruang salah satunya terkait potensi tsunami yang disebabkan oleh aliran piroklasik dan reruntuhan longsor akibat aktivitas gunung tersebut.

“Selain bahaya yang disampaikan oleh teman PVMBG misalkan ada abu vulkanik sampai pulau terdekat kemudian ada potensi aliran piroklastik masuk ke laut yang menuju tsunami, nah bisa juga dari pengalaman Krakatau 2018 nanti kalo dindingnya atau tubuhnya tidak stabil itu dia bisa longsor yang bisa menimbulkan tsunami,” ucapnya.

Sedangkan terkait potensi bahaya primer dari letusan Gunung Ruang saat ini, kata Mirzam, yakni soal guguran abu vulkanik yang bisa menjangkau pemukiman warga dan bisa menyebabkan terganggunya pernapasan manusia.

“Jadi kalo letusan gunung api pada umumnya seperti menghasilkan abu vulkanik dan sebagainya itu satu kalo tidak perlu keluar dan berinteraksi akibatnya bisa terpapar abu vulkanik sebaiknya tidak perlu keluar rumah atau di kendaraan, kalo perlu di rumah jendela ditutup kalo harus keluar kita harus menggunakan masker kenapa? Karena abu vulkanik itu sifatnya kalo nempel ke air masuk ke paru-paru kita dia melekat seperti cetakan, jadi gimana supaya kita mengatasinya? Jadi kalo keluar kita mengenakan masker, maskernya dibasahi supaya abunya menempel di masker dengan maksimum,” ujarnya.

“Itu jadi bahaya primernya terkait abu vulkanik, bahaya sekundernya tidak secara langsung mungkin akan menjadi tsunami seperti halnya krakatau 2018,” sambungnya.

Sementara itu, Ahli Vulkanologi I Gusti Bagus Eddy Sucipta mengatakan, letusan Gunung Ruang di Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara pada Selasa 16 April 2024, memiliki karakteristik letusan eksplosif.

"Ini sebenarnya dari infonya yang saya dapat bahwa letusan Gunung Ruang itu memiliki letusan eksplosif, kemudian ada skala ekslosif yang indeksnya lebih dari tiga," kata Bagus kepada Liputan6.com, Jumat (19/4/2024).

Menurutnya, letusan eksplosif Gunung Ruang tersebut diawali dengan letusan abu ke atas, kemudian disusul oleh lava pijar atau lontaran batu dan terakhir awan panas.

"Itu kemungkinan yang saya lihat itu tipenya, tipe vulkanian atau lebih besar ke plinian ini harus dicek lagi," ungkapnya.

Kemudian terkait fenomena kemunculan kilatan petir saat erupsi Gunung Ruang, Bagus mengatakan fenomena tersebut merupakan hal biasa.

"Petir itu biasa kalau letusan eksplosif," ucap dia.

Hal itu, kata dia, biasa terjadi di gunung api karena adanya awan yang membawa uap air dan terpanaskan, sehingga dapat memunculkan petir.

"Ada awan membawa uap air yang terpanaskan itu bisa jadi petir, dan itu biasa di Gunung Api," kata Bagus.

Adapun terkait pemantauan dan peringatan Gunung Ruang sendiri, Bagus menilai PVMBG sejauh ini sudah cukup bagus dalam memberikan early waring system gunung api.

"PVMBG saya kira cukup bagus pemantauannya sehingga mereka bisa kemudian mempercepat statusnya dari yang satu, normal, kemudian siaga, ke waspada sampai awas. Dan saya kira mereka juga cepat mengevakuasi warga di Pulau Ruang itu yang merupakan pulau gunung api tersebut," jelasnya.

626 Warga Sudah Tagulandang Dievakuasi

Basarnas Manado siagakan 24 personil di Tagulandang sampai 7 hari ke depan untuk membantu penanganan warga terdampak letusan Gunung Ruang pada, Rabu (17/4/2024).
Basarnas Manado siagakan 24 personil di Tagulandang sampai 7 hari ke depan untuk membantu penanganan warga terdampak letusan Gunung Ruang pada, Rabu (17/4/2024).

Adapun sejak Gunung Ruang melestus pada, Selasa 16 April 2024, sudah sebanyak 626 orang warga Pulau Tagulandang, Kabupaten Kepulauan Sitaro, Sulut, yang dievakuasi.

Kepala Basarnas Manado Monce Brury mengatakan, pada Kamis (18/4/2024), ada 47 orang yang dievakuasi, sehari sebelumnya ada 579 orang. Jadi total ada 626 orang yang dievakuasi.

Ratusan orang warga tersebut dievakuasi dengan cara diangkut menggunakan KM SAR Bimasena dari Pelabuhan Minanga di Tagulandang menuju Pelabuhan Munte di Libupang, Kabupaten Minahasa Utara, Sulut.

Tim Basarnas Manado yang berjumlah sebanyak 35 personel itu juga masih akan melakukan penyisiran menggunakan perahu karet untuk mencari dan mengevakuasi masyarakat yang masih tertahan.

Wilayah jangkauan penyisiran meliputi kawasan pesisir mulai dari wilayah Punpente, Tulusan, Mohonsawang, hingga Lamanggo Biaro.

"Hal tersebut dilakukan merujuk data dari BNPB yang menyatakan ada 1.585 orang warga yang harus segera dievakuasi pascaerupsi Gunung Ruang karena bermukim paling dekat dari jangkauan material erupsi yakni dalam radius 2,5 kilometer," tuturnya.

Di sisi lain, Pemerintah kota (pemkot) melaporkan telah menerima ratusan warga asal Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara (Sulut) yang terdampak erupsi Gunung Ruang.

"Kami menerima warga terdampak erupsi Gunung Ruang dievakuasi dengan kapal KN Pasatimpo milik KPLP Bitung, total 87 orang," kata Wali Kota Bitung Maurits Mantiri, di Bitung, Jumat (19/4/2024).

Dia mengatakan, sebanyak 87 orang ini yang terdiri orang dewasa, lansia, balita dan bayi, kurang lebih 30 warga telah dijemput keluarga.

"Warga yang tidak memiliki keluarga akan ditampung di Balai Latihan Kerja (BLK) Provinsi Sulawesi Utara di Bitung," kata Maurits.

Maurits mengatakan selain kapal KN Pasatimpo milik KPLP Bitung, masih ada kapal KRI 175 orang dan KMP Lokongbanua sebanyak 280 orang juga akan sandar di Bitung membawa warga yang dievakuasi dari Tagulandang.

Dia mengatakan Dinas Kesehatan Kota Bitung, langsung melakukan pemeriksaan kesehatan para warga yang dievakuasi.

"Semoga kejadian ini akan cepat berlalu dan bisa diatasi dengan baik, apalagi warga yang terkena dampak," katanya.

Dampak Penerbangan

Bandara Sam Ratulangi
PT Angkasa Pura I telah melakukan antisipasi lonjakan arus mudik jalur udara di Bandara Sam Ratulangi. (Liputan6.com/Yoseph Ikanubun).

Selain menyebabkan ribuan warga terpaksa mengungsi, erupsi Gunung Ruang di Kabupaten Kepulauan Sitaro, Sulut pada, Selasa 16 April 2024, turut menyebabkan dampak lainnya, yakni terhadap dunia penerbangan.

Deputi Bidang Meteorologi, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Guswanto menjelaskan erupsi Gunung Api Ruang di Sulawesi Utara memiliki dampak bagi dunia penerbangan.

Menurutnya, Abu vulkanik yang terlempar ke atmosfer dapat merusak struktur pesawat dan mengganggu fungsi mesin pesawat, khususnya pada pesawat turboprop dan turbofan.

"Oleh karena itu, deteksi dini dan informasi cuaca penerbangan sangat penting untuk keselamatan penerbangan," kata Guswanto, dilansir dari laman BMKG.go.id, pada Jumat (19/4/2024).

Sejak awal letusan, Meteorological Watch Office (MWO) di Ujung Pandang, yang berbasis di Stasiun Meteorologi Sultan Hasanuddin, Makassar, telah mengeluarkan 18 kali SIGMET VA. Selain itu, Stasiun Meteorologi Sam Ratulangi telah menerbitkan Aerodrome Warning VA pada 18 April 2024 pukul 01.00 UTC (09.00 WITA).

SIGMET VA adalah salah satu jenis peringatan SIGMET yang memberikan informasi tentang sebaran abu vulkanik. Informasi ini dikeluarkan oleh BMKG untuk memastikan keselamatan dan panduan bagi penerbangan yang melewati daerah terdampak.

Menurut Volcanic Ash Advisory Centre (VAAC) Darwin, sebaran abu vulkanik dari Gunung Ruang diamati melalui citra satelit dan berdampak pada ruang udara di sekitar gunung. Daerah yang terdampak meliputi Provinsi Maluku Utara, Sulawesi Utara, Gorontalo, bagian utara Sulawesi Tengah, dan sebagian Pulau Kalimantan.

Selain itu, Volcano Observatory Notice for Aviation (VONA) yang dikeluarkan pada 17 April 2024 pukul 20:15 WITA mencatat bahwa ketinggian letusan abu vulkanik Gunung Ruang mencapai 3.725 meter di atas permukaan laut (Mdpl) dengan status oranye. Ini menandakan peningkatan aktivitas gunung dengan kemungkinan letusan lebih lanjut dengan tinggi kolom di bawah 6.000 Mdpl.

Kepala Pusat Meteorologi Penerbangan Achadi Subarkah Raharjo mengatakan, sebaran debu vulkanik terdeteksi ke arah Barat - Barat Laut dan Timur - serta Tenggara. Berdasarkan hasil laporan, terjadi penutupan di Bandar Udara Sam Ratulangi, Manado, Sulawesi Utara dan terdapat laporan paper test VA positif di Bandara Kuabang, Maluku Utara.

Berdasarkan hasil uji abu vulkanik, pada 19 April 2024, masih ditemukan abu vulkanik positif di Bandara Sam Ratulangi meskipun tidak setebal pada 18 April 2024. Oleh karena itu, penutupan bandara diperpanjang hingga hari ini setelah berkoordinasi dengan para pemangku kepentingan penerbangan.

Sementara itu, Kepala Stasiun Meteorologi Sam Ratulangi Dhira Utama menjelaskan BMKG telah mengeluarkan Aerodome Warning atau Peringatan Dini Cuaca Bandara pada 06.30 WITA. Di mana abu vulkanik teramati dengan jarak pandak mendatar 10KM dan kondisi ini diprakirakan akan berlangsung hingga 16.10 WITA dengan tendensi melemah.

Oleh karenanya, pihak maskapai penerbangan diimbau untuk update informasi dampak sebaran abu vulkanik secara berkala. Hal ini menjadi penting dan dapat dijadikan data acuan untuk menentukan rute penerbangan dan menghindari wilayah-wilayah udara yang terdampak dari letusan Gunung Ruang.

BMKG pun terus mengantisipasi perkembangan sebaran abu vulkanik Gunung Ruang dengan pemantauan berdasarkan citra satelit, pemodelan, dan pengamatan langsung atau paper test di bandara. Informasi dan data ini akan diupdate secara berkala dan dapat diakses oleh pihak otoritas terkait.

"Kolaborasi antar negara dan wilayah penting untuk meningkatkan kesadaran situasional akan letusan gunung berapi dan penyebabnya," pungkasnya.

Sebelumnya, pihak PT Angkasa Pura mengumumkan adanya penundaan sejumlah penerbangan dari bandara internasional pada Kamis 18 April 2024.

Sedikitnya ada 3 penerbangan yang ditunda keberangkatannya yakni Garuda Indonesia tujuan Jakarta yang seharusnya berangkat pukul 07.50 Wita, Citilink tujuan Makassar yang seharusnya berangkat pukul 08.30 Wita, dan TransNusa tujuan Sorong yang seharusnya berangkat pukul 09.00 WIB.

GM PT Angkasa Pura I Bandara Samrat Manado Maya Damayanti melalui Humas Yanti Pramono saat dikonfirmasi Liputan6.com mengatakan, penundaan akibat erupsi Gunung Ruang itu dengan pertimbangan keselamatan.

"Iya, ada penundaan beberapa penerbangan. Ini sementara dikoordinasikan," ujarnya

Fakta-Fakta Terkait Erupsi Gunung Ruang di Sulut

Aktivitas Gunung Ruang di Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara (Sulut) terus meningkat. Pada Rabu malam 17 April 2024, status Gunung Ruang naik lagi dari Siaga menjadi Awas.

"Aktivitas Gunung Ruang dinaikkan dari Level III Siaga menjadi Level IV Awas terhitung mulai tanggal 17 April 2024 pukul 21.00 Wita," ungkap Kepala Badan Geologi Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Hendra Gunawan, Rabu malam 17 April 2024.

Terkait status Awas tersebut, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merekomendasikan untuk mengevakuasi penduduk.

"Penduduk yang berada di radius 6 km dari pusat erupsi Gunung Ruang, Kepulauan Sitaro, Sulut, harus segera dievakuasi," ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Kebencanaan (Kapusdatin) BNPB Abdul Muhari dalam jumpa pers via Zoom, Kamis 18 April 2024.

Dia mengatakan, langkah evakuasi perlu diambil menyusul Gunung Ruang erupsi yang kian eksplosif. Menurut Abdul Muhari, warga yang berada di radius 6 kilometer dari pusat erupsi harus dievakuasi sebagai mitigasi ancaman lava, awan panas, dan batu pijar.

"Warga yang berada di bagian barat, barat daya dan barat laut Pulau Tagulandang harus dievakuasi ke wilayah timur, keluar dari radius bahaya," tutur dia.

Selain itu, Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pun mengingatkan warga untuk mewaspadai potensi tsunami yang diakibatkan oleh erupsi Gunung Ruang.

"Untuk sejarah potensi tsunaminya itu di ketinggian 25 meter dan melanda beberapa ratus meter di bagian sisi barat-barat daya daratan Pulau Tagulandang," ujar Ketua Tim Kerja Gunung Api, Heruningtyas.

Sementara itu, penutupan Bandara Sam Ratulangi Manado juga diperpanjang mengingat Gunung Ruang belum kondusif. Perpanjangan penutupan Bandara Sam Ratulangi Manado itu dilakukan hingga hari ini, Jumat (19/4/2024) pukul 18.00 Wita. Hal itu diutarakan Humas Bandara Sam Ratulangi Yanti Pramono.

Berikut sederet fakta terkait Gunung Ruang di Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara (Sulut) aktivitasnya terus meningkat dan naik status dari Siaga menjadi Awas dihimpun Liputan6.com:

1. Status Naik dari Siaga Jadi Awas

Aktivitas Gunung Ruang di Kabupaten Sitaro, Sulut, terus meningkat. Rabu malam 17 April 2024, status gunung tersebut naik lagi dari Siaga menjadi Awas.

"Aktivitas Gunung Ruang dinaikkan dari Level III Siaga menjadi Level IV Awas terhitung mulai tanggal 17 April 2024 pukul 21.00 Wita," ungkap Kepala Badan Geologi Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Hendra Gunawan, Rabu malam 17 April 2024.

Dia memaparkan, pascakenaikan tingkat aktivitas menjadi Waspada (Level II) pada 16 April 2024 pukul 13.00 Wita, dan Siaga (Level III) pada 16 April 2024 pukul 16.00 WITA, aktivitas visual dan kegempaan menunjukkan peningkatan yang signifikan.

"Ketinggian kolom erupsi cenderung meningkat dengan material erupsi berupa abu disertai lontaran batuan pijar yang mencapai jarak sekitar 5 km di Pulau Tagulandang," ucap Hendra.

Jumlah kejadian gempa vulkanik dalam meningkat signifikan disertai getaran tremor vulkanik menerus dengan amplitudo overscale yang menandakan saat ini masih terjadi proses peretakan batuan.

"Ini disertai migrasi magma dari reservoir magma dalam ke permukaan dalam bentuk erupsi eksplosif berselingan dengan erupsi efusif atau aliran lava," tuturnya.

Hendra mengatakan, berdasarkan hasil pemantauan visual dan instrumental yang menunjukkan terjadinya peningkatan aktivitas vulkanik pada Gunung Ruang, maka tingkat aktivitas Gunung Ruang dinaikkan dari Siaga menjadi Awas. Ini terhitung mulai tanggal 17 April 2024 pukul 21.00 Wita.

"Tingkat aktivitas Gunung Ruang akan dievaluasi kembali secara berkala, maupun jika terjadi perubahan aktivitas yang signifikan. Tingkat aktivitas dianggap tetap jika evaluasi berikutnya belum dikeluarkan," ujar Hendra memungkasi.

2. BNPB Sebut 11 Ribu Jiwa Harus Dievakuasi

Status Gunung Ruang di Kabupaten Kepulauan Sitaro, Sulut, naik menjadi Awas pada Rabu 17 April 2024. Terkait hal ini, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merekomendasikan untuk mengevakuasi penduduk.

"Penduduk yang berada di radius 6 km dari pusat erupsi Gunung Ruang, Kepulauan Sitaro, Sulut, harus segera dievakuasi," ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Kebencanaan (Kapusdatin) BNPB, Abdul Muhari dalam jumpa pers via zoom, Kamis dini hari 18 April 2024.

Abdul Muhari mengatakan, langkah evakuasi perlu diambil menyusul erupsi Gunung Ruang yang kian eksplosif. Warga yang berada di radius 6 kilometer dari pusat erupsi harus dievakuasi sebagai mitigasi ancaman lava, awan panas, dan batu pijar.

"Warga yang berada di bagian barat, barat daya dan barat laut Pulau Tagulandang harus dievakuasi ke wilayah timur, keluar dari radius bahaya," tuturnya.

Dia mengatakan, berdasarkan hitungan BNPB, ada sedikitnya 11.615 warga yang berada di pesisir barat Tagulandang, dalam radius 6 km.

"Kami mendapat laporan, banyak warga di radius bahaya telah mengevakuasi diri secara mandiri ke arah timur, timur laut Tagulandang," tuturnya.

Dia mengatakan, mulai Kamis pagi, akan dilakukan evakuasi secara bergelombang setelah berkoordinasi dengan Pemda dan Pusdalops setempat.

3. Badan Geologi Ingatkan Warga Waspadai Potensi Tsunami

Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengingatkan warga untuk mewaspadai potensi tsunami yang diakibatkan oleh erupsi Gunung Ruang di Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara.

"Untuk sejarah potensi tsunaminya itu di ketinggian 25 meter dan melanda beberapa ratus meter di bagian sisi barat-barat daya daratan Pulau Tagulandang," ujar Ketua Tim Kerja Gunung Api, Heruningtyas dalam Konferensi Pers Kenaikan Status Gunung Ruang dari Siaga ke Awas, dilansir dari Antara, Kamis 18 April 2024.

Dengan demikian, perkiraan tinggi gelombang tsunami yang diakibatkan oleh Gunung Ruang hanya terpaut sekitar 5 meter dari tinggi gelombang tsunami Aceh 2004, yang diperkirakan mencapai 30 meter.

Heruningtyas menjelaskan bahwa tsunami dapat terjadi apabila material-material Gunung Ruang berjatuhan ke laut dan menyebabkan ketinggian muka laut meningkat.

Perkiraan tersebut berdasarkan pada sejarah erupsi Gunung Ruang pada Maret 1871. Heruningtyas memaparkan, pada 3 Maret 1871, terjadi gempa bersama suara gemuruh bagaikan erupsi yang berasal dari Gunung Ruang.

Tidak lama kemudian, datang gelombang pasang melanda pantai Tagulandang dengan ketinggian yang diperkirakan mencapai 25 meter dan menerjang sejauh 180 meter dari pantai. Gelombang tersebut disusul oleh gelombang pasang yang kedua. Bencana tersebut menelan korban sebanyak 300–400 orang.

"Hal ini yang menyebabkan kami menggunakan radius 6 km, karena adanya potensi tsunami yang mengancam di sisi bagian barat Pulau Tagulandang," kata Heruningtyas.

4. Erupsi, Pegawai Lapas Tagulandang dan Napi Dievakuasi

Erupsi Gunung Ruang di Kabupaten Kepulauan Sitaro, Sulut, juga berdampak terhadap kondisi Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Tagulandang. Belasan narapidana (napi), bersama pegawai Lapas Tagulandan serta sejumlah warga akhirnya dievakuasi.

"Evakuasi pegawai dan napi di Lapas Tagulandang dilakukan pada Kamis 18 April 2024 mulai pukul 10.20 Wita," ungkap Kepala Basarnas Manado Monce Brury melalui Humas Ferry Arianto pada Kamis siang 18 April 2024.

Dia mengatakan, pada pukul 11.43 Wita, seluruh penumpang sudah onboard . Para penumpang itu terdiri dari pegawai Lapas Tagulandang dan rombongan sebanyak 11 orang, 17 napi, dan 13 warga Tagulandang.

"Kapal Bimasena bergerak dari pelabuhan Ferry Minanga Tagulandang dengan tujuan Pelabuhan Likupang, Desa Munte, Kabupaten Minahasa Utara," ujar Ferry Arianto.

Dia mengatakan, evakuasi ini dilakukan akibat erupsi Gunung Ruang yang bisa saja berdampak buruk bagi kondisi Lapas, termasuk pegawai dan para napi.

Infografis Potensi Bahaya dan Mitigasi Erupsi Gunung Ruang

Infografis Potensi Bahaya dan Mitigasi Erupsi Gunung Ruang. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Potensi Bahaya dan Mitigasi Erupsi Gunung Ruang. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya