Misteri Keberadaan Emas 57 Ton Milik Bung Karno di Bank Swiss

Munculnya cerita keberadaan emas milik Bung Karno di Bank Swiss terus berkembang dari generasi ke generasi. Emas yang katanya seberat 57 Ton itu bahkan dianggap mampu menjadi solusi masalah perekonomian Indonesia.

oleh Tim News Diperbarui 14 Apr 2025, 16:11 WIB
Diterbitkan 14 Apr 2025, 16:11 WIB
20150820-6 Cerita Tersembunyi Seputar Soekarno-Jakarta
Dalam buku Samudera Merah Putih 19 September 1945, Jilid 1 (1984) karya Lasmidjah Hardi, alasan Presiden Sukarno memilih tanggal 17 Agustus sebagai waktu proklamasi kemerdekaan adalah karena Bung Karno mempercayai mistik. (Dok.Arsip Nasional RI)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Cerita mengenai adanya sejumlah batangan emas milik Presiden Pertama Indonesia Soekarno yang tersimpan di Bank Swiss hingga kini masih ramai diperbincangkan. Kabarnya, total ada 57 ton batang emas yang tersimpan di Bank tersebut.  

Kisah tentang emas batangan milik Presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno, telah menjadi legenda yang terus diulang dari satu generasi ke generasi lain. Salah satu cerita terkait kepemilihan emas ini bahkan dikaitkan dengan perjanjian rahasia antara Bung Karno dan Presiden Amerika Serikat, John F Kennedy. 

Perjanjian yang dimaksud yaitu perjanjian rahasia bernama Green Hilton Memorial Agreement yang ditandatangani pada 14 November 1963 di Geneva, Swiss. Dalam dokumen tersebut, konon disebutkan bahwa AS meminjam cadangan emas milik Soekarno untuk memperkuat sistem keuangan mereka yang sedang mengalami krisis. Penandatanganan disebut dilakukan oleh Soekarno, Kennedy, dan seorang bankir Swiss.

Namun, sejarawan senior dari BRIN menyebut cerita tersebut sebagai “dongeng modern”. Ia menegaskan tidak ada dokumen atau arsip resmi yang mencatat keberadaan perjanjian itu.

Menurutnya, segala hal tentang Green Hilton Memorial lebih mirip cerita konspirasi yang disebarluaskan melalui jaringan tertentu dan situs tidak kredibel.

Dia mengatakan, perlu dilakukan pengujian oleh Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI). Dua pun mengungkap keganjilan dari adanya cerita itu.

Pertama, Asvi menyoroti cap stempel yang dipakai Presiden Indonesia. Seharusnya, cap itu bergambar padi, kapas, dan bintang. Namun dalam dokumen The Green Hilton Memorial Agreement, cap stempel Presiden Indonesia malah bergambar Garuda Pancasila.

Kedua, pihak AS sama sekali tidak pernah menyinggung soal perjanjian The Green Hilton Memorial Agreement. Bung Karno memang pernah bertemu di AS dalam sebuah kunjungan kenegaraan.

Memang, Bung Karno dan Kennedy pernah bertemu, tapi bukan membahas perjanjian itu. Menurut Asvi yang dibicarakan soal dukungan Amerika Serikat untuk pengembalian Irian Barat dengan imbal balas pembebasan Allen Pope (pilot) yang ditangkap TNI AU dalam kasus PRRI Permesta. 

Putra sulung Presiden pertama RI Soekarno Guntur Soekarnoputra juga membantah ayahnya memiliki berton-ton emas yang disimpan di salah satu bank di Swiss. Tak hanya itu, dia juga menepis isu Bung Karno memiliki harta karun berupa batu intan terbesar di dunia yang dinamakan Intan Kartika.

Isu yang beredar menyebutkan bahwa Intan Kartika itu nilai karatnya lebih besar dibandingkan intan terbesar di dunia. 

Namun, Guntur menegaskan bahwa isu-isu soal kekayaan Bung Karno itu merupakan kebohongan.

"Bohong juga. Itu salah kaprah semua," kata Guntur saat peluncuran bukunya berjudul 'Sangsaka Melilit Perut Megawati' di Grand Sahid Jaya Hotel Jakarta, Minggu, 3 November 2024.

 

Gaya Hidup Bung Karno dan Kesaksian Keluarga

Wangsit Harta Karun Bung Karno
Perburuan wangsit harta karun Bung Karno dan Raja Majapahit di Mumbulsari, Jember, Jawa Timur, menelan tiga korban jiwa dan seorang cedera. (Liputan6.com/Dian Kurniawan)... Selengkapnya

Terkait dengan cerita mengenai 57 ton emas,Guntur mengatakan hal itu tidak logis. Ia mempertanyakan, “Jika benar emas itu ada, mengapa hidup kami sebagai keluarga tidak mencerminkan hal tersebut?”

Guntur juga menyebut bahwa selama hidup, Bung Karno tidak pernah menyebut-nyebut soal harta karun atau simpanan emas di luar negeri.

Bahkan, pada masa akhir hidupnya di Wisma Yaso, Jakarta, Soekarno hidup dalam pengawasan ketat dan tidak memiliki akses ke rekening atau kekayaan pribadi yang besar.

Fakta sejarah justru menunjukkan bahwa selama menjabat sebagai presiden, Bung Karno menjalani kehidupan yang sederhana. Hal ini terekam dalam buku Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia karya Cindy Adams, yang berdasarkan wawancara langsung dengan Soekarno pada awal 1960-an.

Dalam buku itu, Soekarno mengungkapkan bahwa gajinya hanya US$ 220 per bulan, dan ia tidak memiliki rumah pribadi.

Soekarno juga disebut sering mengenakan pakaian yang sudah lusuh. Dalam sebuah kisah, seorang duta besar bahkan pernah menghadiahkan piyama kepadanya karena melihat baju tidur Bung Karno telah robek.

 

 

Infografis Plus Minus Bank Emas.
Infografis Plus Minus Bank Emas. (Liputan6.com/Abdillah)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya