Liputan6.com, Jakarta - Rapat Kerja Nasional atau Rakernas V Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (Rakernas V PDIP) ditutup dengan pidato dari Ketua Umum (Ketum PDIP) Megawati Soekarnoputri.
Melalui pernyataan pamungkasnya, Megawati menyinggung soal sikap politik partainya di pemerintahan 2024-2029 yang menurut dia harus diperhitungkan secara matang-matang.
"Sikap politik partai berada di dalam atau di luar pemerintahan, gitu kan? Loh enak aja. Kalau menit ini saya ngomong hehe, kan harus dihitung secara politik loh," ujar Megawati saat berpidato penutupan Rakernas V PDIP di Beach City International Stadium, Ancol, Jakarta Utara, Minggu, (26/5/2024).
Advertisement
Megawati kemudian menyindir awak media yang sangat menanti hal tersebut. Namun sayang, sampai berakhirnya pidato, Megawati tidak menyatakan secara gamblang hal terkait.
"Ini pasti wartawan yang ditunggu iki, sikap dari rakernas. Aku bilang, enak aja, gue mainin dulu dong. Setuju enggak?," tanya Megawati kepada para kadernya.
"Setuju," jawab para kader.
"Sip!," Megawati memungkasi.
Sebelumnya diberitakan, Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menyampaikan soal sikap politik PDIP dalam pemerintahan ke depan, pihaknya akan meminta masukan terlebih dahulu suara arus bawah. Dia juga menegaskan, sikap itu akan disampaikan usai Rapat Kerja Nasional (Rakernas) ke-V PDIP digelar.
Menurut Hasto, pihaknya akan melibatkan jajaran Dewan Pengurus Cabang (DPC) dan Dewan Pengurus Daerah (DPD) untuk ditugaskan menyerap suara arus bawah mengenai sikap yang harus diambil oleh partai.
"Sikap politik terhadap pemerintahan yang akan datang. Di dalam pembahasan rapat pendahuluan termasuk melibatkan DPC dan DPD partai dalam rangka Rakernas ke lima PDI Perjuangan memberikan kesempatan bagi DPC dan DPD untuk menangkap suara arus bawah," kata Hasto pada wartawan, dikutip Kamis 24 Mei 2024.
Pentingnya Dengar Suara Arus Bawah
Hasto menegaskan, jika suara arus bawah sangat penting bagi PDIP. Menurutnya, mereka nanti yang memegang peran penting dalam Rakernas ke-V PDIP.
"Suara anak ranting, ranting, PAC dan DPC partai mereka lah yang nanti dalam Rapat Kerja Nasional ini memilki kedaulatan penuh untuk menyampaikan aspirasi," ungkapnya.
Hasto juga mengatakan, sikap politik partai akan melihat juga berbagai probelimatika yang dialami bangsa Indonesia. Namun ia kembali menegaskan, sikap politik partainya akan disampaikan menunggu dulu Rakernas ke-V digelar.
"Rakernas belum dijalankan sehingga sikap politiknya tentu saja sebagai proses demokrasi harus menunggu pada saat rakernas itu berjalan," pungkas Megawati.
Advertisement
Tutup Rakernas PDIP, Megawati: Pemimpin Jangan Mudah Silau Kemajuan Bangsa Lain
Sebelumnya, Ketua Umum (Ketum) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri kembali menyampaikan pidato politik pada penutupan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) V PDIP di Ancol, Jakarta Utara, Minggu (26/5/2024).
Dalam pidato politiknya, Megawati meminta para kader PDIP mengajarkan rakyat untuk memilih pemimpin yang benar. Sehingga jangan sampai masyarakat Indonesia salah memilih pemimpin.
"Tolong diajarkan kepada rakyat, rakyat itu perlu pertolongan, mereka haus akan sebuah guidance, diajari kalau milih pemimpin itu piye toh? Dulu saya gitu loh ngajari lek kepingin jadi pemimpin itu piye carane?. Saya bahasa Jawa karena dapil saya itu. Kados pundi buk? Golekono sing apik sing tresno karo wong cilik," ujar Megawati.
Menurut Presiden ke-5 Republik Indonesia (RI) ini, sosok pemimpin harus percaya diri dan tidak mudah latah dengan kemajuan bangsa lain.
"Jadi apa, makanya pemimpin itu adalah merasa dia itu bagaimana bangsa. Jadi aduh jangan deh tidak percaya diri, bermental pengikut dan mudah silau oleh kemajuan bangsa lain, maka sama artinya dengan mengukur mental merdeka bangsa, jadi ngekor kita," tutur Megawati Soekarnoputri.
Singgung Fenomena Latah dengan Budaya Korea
Megawati kemudian menyinggung soal fenomena masyarakat Indonesia yang latah dengan budaya asing, seperti menggunakan isyarat jari tangan berbentuk love yang kerap dilakukan oleh idol Korea Selatan.
"Makanya tadi saya bilang, ibu-ibu mejeng terus gini (menunjukkan jari tangan sign love), apa tadi saranghaeyo? Itu bahasanya aja udah Bahasa Korea," katanya.
Menurut dia, bangsa Indonesia seharusnya bangga dengan penggunaan tradisi dan bahasanya sendiri.
"Lebih baik kalau memang mau ngomong begini emmuah (isyarat mencium jauh) aku cinta padamu. Bukannya menghina, itu biarin miliknya orang Korea. Kan kita punya sendiri budaya kita, agar kemerdekaan itu bisa kekal dan abadi," ucap Megawati.
Advertisement