Donald Trump Tekan Ketua The Fed Jerome Powell, Wall Street Anjlok

Wall street anjlok setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump "menyerang" ketua the Federal Reserve (the Fed) Jerome Powell untuk segera turunkan suku bunga.

oleh Agustina Melani Diperbarui 22 Apr 2025, 08:05 WIB
Diterbitkan 22 Apr 2025, 08:05 WIB
Donald Trump Serang Ketua The Fed Jerome Powell, Wall Street Anjlok
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengkritik Ketua The Fed Jerome Powell. (Dok. AP Photo/Alex Brandon)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump meningkatkan tekanan terhadap ketua The Federal Reserve (the Fed) Jerome Powell pada Senin, 21 April 2025.

Mengutip CNBC, Selasa (22/4/2025), Presiden AS Donald Trump menyebut Jerome Powell sebagai “pecundang besar”. Ia juga memperingatkan kalau ekonomi AS dapat melambat kecuali suku bunga segera diturunkan.

"Banyak pihak menyerukan pemotongan preemptive” suku bunga,” tulis Trump di Truth Social.

Donald Trump mengklaim kalau saat ini hampir tidak ada inflasi di AS. Biaya energi dan sebagian besar hal lainnta sedang menurun.

“Dengan tren penurunan biaya yang sangat baik, seperti yang saya prediksi, hampir tidak ada inflasi, tetapi ekonomi dapat melambat kecuali Mr Too Late, yang merupakan pecundang besar, menurunkan suku bunga, SEKARANG,” tulis Trump.

Serangan terbaru Trump terhadap Powell yang ia tunjuk selama pemerintahan pertamanya, terjadi saat presiden dan timnya sedang mempelajari apakah mereka dapat secara hukum memecat pemimpin bank sentral itu sebelum masa jabatannya berakhir pada Mei 2026.

Powell dengan tegas mengatakan presiden tidak dapat memecatnya berdasarkan hukum.  Vice Chairman Evercore ISI, Krishna Guha menuturkan, setiap upaya Trump untuk memecat Powell kemungkinan akan memicu aksi jual tajam di pasar saham AS atau wall street.

"Jika Anda mulai mempertanyakan independensi Federal Reserve, Anda menaikkan standar bagi Federal Reserve untuk memangkas. Jika Anda benar-benar mencoba menyingkirkan ketua Federal Reserve, saya pikir Anda akan melihat reaksi keras di pasar dengan imbal hasil yang lebih tinggi, dolar yang lebih rendah, dan penjualan ekuitas," kata Guha di "Squawk Box."

"Saya tidak percaya bahwa itulah yang ingin dicapai oleh pemerintah," kata Guha.

Jerome Powell Sebut Tarif Dapat Hambat Pertumbuhan

Wall Street
Pedagang bekerja di New York Stock Exchange saat Ketua Federal Reserve Jerome Powell berbicara setelah mengumumkan kenaikan suku bunga di New York, Amerika Serikat, 2 November 2022. (AP Photo/Seth Wenig)... Selengkapnya

Serangan terbaru Trump terhadap Powell menyusul pernyataan pemimpin bank sentral AS itu pekan lalu. Powell menuturkan, perang dagang akan menghambat pertumbuhan dan dapat memicu inflasi.

“Tarif kemungkinan akan semakin menjauhkan kita dari tujuan kita mungkin untuk sisa tahun ini,” ujar Powell di Economic Club of Chicago.

Powell juga tidak mengatakan pemangkasan suku bunga akan segera dilakukan.

“Untuk saat ini, kami berada dalam posisi yang baik untuk menunggu kejelasan yang lebih baik sebelum mempertimbangkan penyesuaian apapun terhadap sikap kebijakan kami,” kata dia.

Wall Street Tertekan

Seiring sentimen itu, bursa saham AS atau wall street kembali tertekan. Pada penutupan perdagangan Senin, 21 April 2025, indeks Dow Jones anjlok 971,82 poin atau 2,48% ke posisi 38.170,41. Indeks S&P 500 merosot 2,36% ke posisi 5.158,20. Indeks Nasdaq terpangkas 2,55% ke posisi 15.870,90.

Raksasa teknologi “Magnificent Seven” menyeret indeks saham utama tertekan. Saham Tesla dan Nvidia masing-masing turun 5,8% dan lebih dari 4%. Saham Amazon terpangkas 3%, demikian saham Meta Platforms. Saham Caterpillar susut 2,8%.

Sentimen Trump serang Powell juga menekan dolar AS. Dolar AS tertekan mencapai titik terendah dalam tiga tahun. Sedangkan emas melonjak ke rekor tertinggi di atas USD 3.400 per ounce.

“Salah satu hal yang menjadi sangat jelas adalah ketegangan mendasar antara the Fed dan pemerintah. Kita secara efektif berada dalam pengulangan COVID. Ketidakpastian telah menganggu perdagangan secara signifikan,” ujar Kepala Strategy Simplify Asset Management, Michael Green.

"Saya pikir sebagian besar orang mengantisipasi aka nada beberapa bentuk stimulus yang pada akhirnya muncul untuk mengimbangi dampak tarif,” tutur dia.

 

 

Kinerja Wall Street Sejak Pengumuman Tarif

Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas
Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas... Selengkapnya

Di sisi lain, keyakinan investor juga terpukul seiring kurangnya kemajuan dalam perdagangan global. Jika ada yang terjadi, ketegangan dengan China tampaknya meningkat karena China memperingatkan negara lain agar tidak membuat kesepakatan apapun dengan AS yang akan merugikan China.

Indeks S&P 500 turun 9% sejak 2 April, ketika Trump mengumumkan serangkaian pungutan atas impor dari negara lain. Indeks Nasdaq susut hampir 10% dan Dow Jones terpangkas 9,6%.

“Kami benar-benar menganggap ini sebagai lingkungan yang tidak ada habisnya dalam hal arah. Itu khususnya karena kami tidak tahu di mana tarif akan berakhir,” ujar Senior Investment Strategist UBS Bank, Robert Haworth.

“Pasar mencoba mendapatkan kejelasan tentang arah, dan tidak mendapatkan banyak kesimpulan,” ia menambahkan.

Haworth menambahkan, jika ketidakpastian berlanjut untuk jangka panjang yang berarti beberapa kuartal, hal itu menjadi lebih menantang bagi laba perusahaan dan pengambilan keputusan.”Kami melihat sebagian dari itu di musim laporan keuangan sejauh ini,” kata dia.

Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global
Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global. (Liputan6.com/Abdillah)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya