Separuh Penonton Konser Taylor Swift di Singapura Orang Indonesia, Jokowi: Kita Kehilangan Uang

Menurut Jokowi, Singapura berhasil membawa artis-artis besar karena kecepatan pelayanan perizinan.

oleh Lizsa Egeham diperbarui 24 Jun 2024, 13:24 WIB
Diterbitkan 24 Jun 2024, 13:24 WIB
Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan pidato dalam sidang kabinet paripurna di Istana Negara, Jakarta, Senin, 3 Juli 2023. (Foto: Instagram @jokowi)
Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan pidato dalam sidang kabinet paripurna di Istana Negara, Jakarta, Senin, 3 Juli 2023. (Foto: Instagram @jokowi)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi menyinggung soal Singapura yang berhasil menggelar konser artis-artis dunia selama enam hari, seperti Taylor Swift dan Coldplay. Bahkan, Singapura menjadi satu-satunya negara di Asia Tenggara yang menyelenggarakan konser Taylor Swift.

"Kita tahu, yang baru saja diselenggarakan, Taylor Swift di Singapura di bulan Maret lalu. Diselenggarakan selama enam hari di Singapura dan Singapura adalah satu-satunya negara ASEAN yang menyelenggarakan itu," kata Jokowi saat Peresmian Peluncuran Digitalisasi Layanan Perizinan Penyelenggara Event di The Tribrata, Jakarta Selatan, Senin (24/6/2024).

Dia menuturkan dari total 360.000 penonton konser Taylor Swift di Singapura, separuhnya merupakan masyarakat Indonesia. Hal ini membuat Indonesia kehilangan uang karena masyarakat membelanjakan uangnya di Singapura.

"Aliran uang dari Indonesia menuju ke Singapura, kita kehilangan. Kehilangan uang bukan hanya untuk membeli tiket, tapi juga untuk membayar hotel, makanan, transportasi, dan lain-lain," ujarnya.

Menurut dia, Singapura berhasil membawa artis-artis besar karena kecepatan pelayanan perizinan. Tak hanya itu, pemerintah Singapura juga memberikan dukungan baik dalam hal kemudahan akses dan keamanan untuk penyelenggaraan event internasional.

Dia pun menyesalkan bahwa Indonesia tidak mendapat tambahan hari untuk konser Coldplay. Padahal, tiket konser Coldplay di Singapura juga terjual habis dengan cepat.

"Sekali lagi, yang menonton di Singapura, lebih dari separuhnya berasal dari Indonesia. Saya yakin lebih dari separuh dari Indonesia, karena tiketnya di sini habis dalam waktu 20 menit, tetapi tidak bisa ditambah," ucapnya.

 

 

 

Proses Izin yang Rumit

Jokowi mengungkapkan bahwa hal ini disebabkan oleh rumitnya proses perizinan untuk penyelenggaraan konser di Indonesia. Dia pun meminta agar masalah ini segera diselesaikan.

"Saya tanya kepada penyelenggara, karena memang urusan perizinan kita rumit. Padahal, menurut informasi yang saya dapat, kualitas suara sistem audio saat konser Coldplay di GBK (Gelora Bung Karno) lebih baik daripada di Singapura. Ini yang harus kita tangani. Tapi kita hanya mendapat satu hari. Inilah yang harus kita selesaikan," jelas Jokowi.

 

Bawa Keuntungan Besar Perekonomian Indonesia

Dia menyampaikan bahwa penyelenggaraan event besar membawa keuntungan besar bagi perekonomian sebuah negara. Jokowi mencontohkan Qatar yang mengeluarkan dana sebesar Rp3.600 triliun untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022, namun memberikan keuntungan yang besar pula.

"Kenapa mereka berani mengeluarkan jumlah uang sebesar itu? Ya, karena pasti return-nya lebih besar dari itu, keuntungannya pasti lebih besar dari itu. Pada saat pembukaan, jumlah yang menonton adalah 60.000 orang yang datang ke sana, tetapi yang menonton melalui televisi lebih dari 3 juta orang. Itu sudah menjadi keuntungan promosi bagi sebuah negara," pungkas Jokowi.

 

Infografis Jokowi dan Keluarga Dilaporkan Kolusi-Nepotisme ke KPK. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Jokowi dan Keluarga Dilaporkan Kolusi-Nepotisme ke KPK. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya