Mahasiswa Paramadina Berbagi Ilmu Kewirausahaan pada ABK di Bekasi

Dalam kegiatan ini, para ABK diberikan keterampilan mengolah kaleng dan kertas menjadi barang baru yang lebih bernilai ekonomis. Kemampuan ini diyakini akan membantu para ABK di masa mendatang.

oleh Tim News diperbarui 05 Des 2024, 11:54 WIB
Diterbitkan 05 Des 2024, 08:42 WIB
Paramadina
Mahasiswa Magister Manajemen Universitas Paramadina menggagas program pelatihan pemanfaatan limbah kaleng dan kertas untuk sejumlah anak berkebutuhan khusus (ABK) di SLB Rumah Melati, Harapan Baru, Bekasi Utara, Kota Bekasi, Jawa Barat, Rabu (4/12/2024). (Ist).

Liputan6.com, Jakarta - Mahasiswa Magister Manajemen Universitas Paramadina menggagas program pelatihan pemanfaatan limbah kaleng dan kertas untuk sejumlah anak berkebutuhan khusus (ABK) di SLB Rumah Melati, Harapan Baru, Bekasi Utara, Kota Bekasi, Jawa Barat, Rabu (4/12/2024).

Ketua kegiatan Dian Krisita mengatakan, program pelatihan ini menjembatani tantangan persoalan pengurangan sampah dengan upaya pemberdayaan ABK. Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pada 2023, Indonesia menghasilkan total 69,7 juta ton sampah. Sekitar 3,24 % di antaranya berasal dari sampah logam, termasuk kaleng, dan 10,83 % dari kertas dan karton.

Di sisi lain, jumlah ABK di Indonesia cenderung bertambah setiap tahun. Pada 2017, jumlah ABK di Indonesia mencapai 1,6 juta jiwa. Per Desember 2023, Kemendikdasmen mencatat Jumlah sekolah formal yang memiliki siswa ABK sebanyak 40.164 unit. Namun, hanya 5.956, atau 14,83% yang punya guru pembimbing khusus ABK.

Dalam kegiatan ini, para ABK diberikan keterampilan mengolah kaleng dan kertas menjadi barang baru yang lebih bernilai ekonomis. Kemampuan ini diyakini akan membantu para ABK di masa mendatang.

Selain itu, ABK akan dapat mengembangkan keterampilan motorik, kreativitas, dan kemampuan kerja tim, yang pada gilirannya meningkatkan kepercayaan diri para ABK.

”Kegiatan ini penting untuk melatih kemandirian ABK, meningkatkan motivasi sekaligus untuk menghilangkan stigma terhadap ABK,” ujar Dian.

Hardiansyah, dosen Universitas Paramadina mengatakan program kemitraan ini mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG), khususnya nomor empat, yaitu pendidikan yang berkualitas.

”Saya sangat mengapresiasi acara ini karena melibatkan anak-anak berkebutuhan khusus dari berbagai usia. Mereka sudah belajar banyak keterampilan yang sangat produktif, seperti membuat sabun, mengolah kertas, dan membuat furnitur industri. Hasil kreativitas mereka sangat mengagumkan,” ujar Hardi.

Menurut Hardi, kegiatan ini juga penting karena mengedepankan inklusivitas. Artinya, tidak ada anak yang tertinggal. Para ABK diberikan kesempatan yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas.

”Kita hanya memiliki satu kesempatan hidup di dunia ini. Bumi adalah tempat kita bersama, dan kita harus menjaga agar bumi menjadi tempat yang lebih baik. Acara ini keren,” kata Hardi.

 

Perkuat Dunia Pendidikan

Paramadina
Mahasiswa Magister Manajemen Universitas Paramadina menggagas program pelatihan pemanfaatan limbah kaleng dan kertas untuk sejumlah anak berkebutuhan khusus (ABK) di SLB Rumah Melati, Harapan Baru, Bekasi Utara, Kota Bekasi, Jawa Barat, Rabu (4/12/2024). (Ist).

Farah Ariani, dari Kemendikdasmen menilai kegiatan ini adalah salah satu contoh kolaborasi dan kemitraan yang sudah selayaknya memang diperkuat dalam dunia pendidikan.

”Kementerian dapat membuat kebijakan, tetapi kebijakan tersebut tidak akan efektif tanpa kolaborasi dengan sekolah dan masyarakat, yang melibatkan kampus dan perusahaan.

Menurut dia, banyak orang tua berpikir anak mereka harus mengejar prestasi akademik. Itu sebabnya mereka banyak yang khawatir tentang masa depan anak-anak mereka, terutama yang berkebutuhan khusus.

”Saya berharap acara ini dapat terus memperkuat kolaborasi antara sekolah, keluarga, dan masyarakat. Kemitraan ini penting untuk mengembangkan keterampilan anak-anak berkebutuhan khusus, sehingga mereka dapat mandiri dan berpartisipasi dalam masyarakat. Saya juga berharap perusahaan dan pihak lainnya dapat terus mendukung kegiatan serupa untuk mewujudkan tujuan pendidikan yang lebih inklusif,” tutur Farah.

Ketua Yayasan SLB Rumah Melati Narni Astriani mengaku senang dan bersyukur atas terselenggaranya kegiatan acara perdana dan mendapat perhatian cukup besar dari perusahaan.

”Harapan saya, acara ini bisa menjadi pembuka, bukan hanya sekadar pengenalan, tapi juga berkelanjutan,” ucapnya.

Infografis

infografis hari pendidikan nasional
kurikulum tiap era pemerintahan (liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya