Menko Airlangga Hartarto Temui Prabowo di Istana Kepresidenan, Lapor soal IHSG Anjlok

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menemui Presiden Prabowo Subianto di Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (18/3/2025).

oleh Lizsa Egeham Diperbarui 18 Mar 2025, 16:46 WIB
Diterbitkan 18 Mar 2025, 16:46 WIB
Airlangga Hartarto
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto di Kantor Kemenko Perekonomian, Jumat (17/1/2025). (Dok Kemenko Perekonomian)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menemui Presiden Prabowo Subianto di Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (18/3/2025).

Dia bakal melapor soal perkembangan ekonomi nasional, salah satunya terkait anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) lebih dari 5 persen.

"Ya tentu perkembangan perekonomian akan dilaporkan ke Bapak Presiden," kata Airlangga kepada wartawan sebelum pertemuan di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (18/3/2025).

Dia menilai anjloknya IHSG hingga 5 persen belum mengkhawatirkan. Politikus Golkar ini mengatakan penurunan harga saham merupakan hal yang biasa dialami berbagai negara.

Menurut Airlangga Hartarto, harga saham di negara lain juga mengalami penurunan dalam beberapa minggu lalu. Sedangkan di Indonesia, harga saham baru anjlok dalam beberapa haru terakhir.

"Kalau penurunan ini kan di berbagai negara saham naik turun biasa. Saham-saham yang negara lain minggu-minggu lalu turun cukup dalam. Nah, sekarang mungkin kemarin kita belum terlalu kena baru berimbas 1-2 hari," jelasnya.

Sebelumnya, Perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) tengah dihentikan sementara pada hari ini, Selasa 18 Maret 2025. Pemberhentian perdagangan tau trading halt terjadi lantaran terjadi penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencapai 5 persen.

"Kami menginformasikan bahwa hari ini, Selasa, 18 Maret 2025 telah terjadi pembekuan sementara perdagangan (trading halt) sistem perdagangan di BEI pada pukul 11:19:31 waktu Jakarta Automated Trading System (JATS) yang dipicu penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencapai 5%," mengutip pengumuman Bursa, Selasa (18/3/2025).

Promosi 1

Perdagangan Saham Disetop Sementara

Trading halt dilakukan sesuai dengan Surat Keputusan Direksi BEI Nomor: Kep-00024/BEI/03-2020 tanggal 10 Maret 2020 perihal Perubahan Panduan Penanganan Kelangsungan Perdagangan di Bursa Efek Indonesia dalam Kondisi Darurat. Perdagangan akan dilanjutkan pukul 11:49:31 waktu JATS tanpa ada perubahan jadwal perdagangan.

Saat ini, IHSG terpantau turun 5,02 persen ke posisi 6.149,91. Dalam sepekan, IHSG turun 6,09 persen dan anjlok 13,18 persen sejak awal tahun atau secara year to date (YTD).

Sebelumnya, pernah terjadi trading halt pada Maret 2020, saat pandemi Covid-19. Secara garis besar, trading halt adalah penghentian atau pembekuan sementara perdagangan saham karena IHSG turun hingga batas tertentu. Trading halt dapat dilanjutkan menjadi trading suspend apabila bursa memutuskan pelaksanaan perdagangan tidak mungkin untuk dilanjutkan pada hari bursa yang sama.

Ketentuan teranyar mengenai trading halt termaktub dalam Surat Keputusan Direksi PT Bursa Efek Indonesia Nomor: Kep-00024/BEI/03-2020 tanggal 10 Maret 2020 perihal Perubahan Panduan Penanganan Kelangsungan Perdagangan di Bursa Efek Indonesia dalam Kondisi Darurat.

Dalam hal terjadi penurunan yang sangat tajam atas IHSG dalam satu hari bursa yang sama, bursa melakukan trading halt selama 30 menit apabila IHSG mengalami penurunan hingga lebih dari 5 persen.

Analis: Aksi Jual Emiten Big Cap

ndeks Harga Saham Gabungan (IHSG) jeblok lebih dari 5% pada perdagangan hari ini, Selasa 18 Maret 2025. Akibat penurunan tersebut, perdagangan Bursa saham sempat mengalami penghentian sementara atau trading halt.

Penurunan ini terjadi di saat bursa regional mengalami penguatan. Misalnya, Nikkei naik 1,39%, Hang Seng naik 1,82%, dan Shanghai naik 0, 09%.

Secara eksternal, Pengamat Pasar Modal sekaligus Founder Stocknow.id, Hendra Wardhana menilai ketidakpastian kebijakan The Fed mengenai suku bunga menjadi faktor utama yang mempengaruhi sentimen pasar.

Jika inflasi AS masih tinggi, maka pemangkasan suku bunga bisa tertunda, yang membuat aset berisiko seperti saham menjadi kurang menarik. Selain itu, dalam tiga minggu terakhir, pasar saham AS kehilangan nilai hingga USD 5,28 triliun, menambah tekanan pada pasar Asia, termasuk Indonesia.

"Investor global lebih berhati-hati dalam mengalokasikan dana, sehingga aliran modal ke pasar negara berkembang seperti Indonesia pun ikut terhambat," kata Hendra kepada Liputan6.com, Selasa (18/3/2025).

Di dalam negeri, tekanan terhadap IHSG semakin kuat akibat berbagai faktor ekonomi. Sepanjang 2025, investor asing telah mencatatkan aksi jual bersih (net sell) sebesar Rp 26,04 triliun, termasuk Rp 1,77 triliun hanya dalam sepekan terakhir.

"Hal ini menandakan kepercayaan investor asing terhadap pasar Indonesia sedang menurun," kata Hendra.

Selain itu, defisit APBN per Februari 2025 tercatat Rp 31,2 triliun, dengan pembayaran bunga utang mencapai Rp 79,3 triliun dalam dua bulan pertama. Menurut Hendra, kenaikan beban utang ini dapat menghambat belanja produktif pemerintah, sehingga ekonomi tidak mendapat dorongan optimal.

Sektor riil juga menghadapi tekanan besar, terlihat dari maraknya pemutusan hubungan kerja (PHK) serta meningkatnya kredit macet (NPL) yang naik menjadi 2,17% pada Januari 2025 dari 1,9% di 2024. Ini menjadi indikator bahwa daya beli masyarakat melemah dan risiko perbankan meningkat. Di sisi lain, kurs rupiah yang terus melemah menambah tekanan bagi perusahaan yang memiliki eksposur utang dalam dolar AS.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya