`Demokrat Rugi Tak Sertakan Jumhur di Konvensi Capres`

Jumhur dinilai memenuhi kualifikasi sebagai seorang pemimpin muda yang dapat membuat perubahan.

oleh Edward Panggabean diperbarui 06 Agu 2013, 07:19 WIB
Diterbitkan 06 Agu 2013, 07:19 WIB
jumhur-hidayat-130723b.jpg

Direktur Lingkar Madani Indonesia (Lima) Ray Rangkuti memprediksi nama Moh Jumhur Hidayat akan muncul dalam pertarungan bursa calon presiden menyusul hasil survei yang menempatkan Kepala BNP2TKI mencapai 87,3 persen sebagai tokoh nasional yang dikenal masyarakat.

"Itu dilihat karena selama ini Jumhur dianggap dapat menyelesaikan semua persoalan buruh dan TKI. Sehingga tidak aneh jika para kaum buruh dan TKI mendukung Jumhur untuk maju menjadi presiden," kata Ray kepada Liputan6.com, Jakarta, Senin 5 Agustus 2013.

Ray beralasan, siapapun yang bekerja dengan baik untuk kepentingan rakyat akan mendapatkan simpati. Itu dilihat dari dukungan para buruh yang telah dideklarasikan. Selain itu, dapat diartikan bahwa para buruh lebih percaya terhadap Kepala BNP2TKI.

"Jika tiba-tiba dukungan dari para buruh yang memiliki kekuatan massa yang solid dan besar itu ditujukan kepada Jumhur, itu artinya kaum buruh lebih percaya kepada Jumhur," ungkap Ray.

Ditambahkan Ray, latar belakang Jumhur sebagai aktivis yang kerap membela kepentingan kaum buruh, petani dan nelayan juga dianggap sebagai modal besar yang harus diperhitungkan para elite politik dan tokoh nasional lainnya.

Sementara tokoh nasional dan cendekiawan muslim Indonesia Dawam Rahardjo menilai, karakter Jumhur memenuhi kualifikasi sebagai seorang pemimpin muda yang dapat membuat perubahan.

"Indonesia saat ini membutuhkan seorang pemimpin muda yang memiliki rekam jejak bersih dari kasus-kasus korupsi," ujar Dawam.

Apalagi, lanjut Dawam, Jumhur adalah sosok yang berani membuat kebijakan yang pro-rakyat dan memiliki kemampuan dalam memberikan solusi dari permasalahan. Karenanya, Jumhur sangat pantas menjadi kandidat di konvensi itu.

"Partai Demokrat perlu mengangkat dan mengundang Jumhur Hidayat untuk ikut dalam konvensi itu," jelas Dawam.

Hingga saat ini, nama Jumhur tidak pernah disebut dalam konvensi, karena alumni ITB itu tidak memiliki track record di partai namun lebih berkutat di pemerintahan.

Dikatakan Dawam, jika Partai Demokrat ingin menang dalam Pemilu dan Pilpres 2014 mendatang, maka harus memilih capres yang memiliki 'warna' kerakyatan.

"Demokrat itu warna kerakyatannya sangat tipis, sehingga diperlukan tokoh yang memiliki warna kerakyatan yang kuat seperti Jumhur Hidayat," tegas Dawam.

Selain itu, tambah Dawam, Partai Demokrat juga harus memperhitungkan potensi dukungan dari tatar Sunda sebagai pemilih terbesar kedua di Indonesia yang akan mendukung Jumhur Hidayat.

"Pemimpin yang berasal dari tatar Sunda memiliki rekam jejak nasionalis yang tinggi. Itupun ada di diri Jumhur. Demokrat rugi jika tidak mengundang Jumhur di konvensi nanti," bebernya.

Sebelumnya hasil survei yang diumumkan lembaga Fokus Survei Indonesia (FSI), 87,3 persen nama Jumhur dikenal masyarakat. Jumhur mengalahkan nama-nama tokoh besar seperti Yusril Ihza Mahendra, Mahfud MD, Gita Wiryawan, Marzukie Ali, Surya Paloh dan Pramono Anung. (Rzk)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya