Kisah Warga Gusuran Waduk Pluit: Kalau Hujan, Yanto Masuk Lemari

Yanto, warga yang terkena gusuran normalisasi Waduk Pluit menuturkan getirnya hidup usai tempat tinggalnya dibongkar.

oleh Moch Harun Syah diperbarui 22 Agu 2013, 18:04 WIB
Diterbitkan 22 Agu 2013, 18:04 WIB
yanto-pluit-130822c.jpg
Suasana ketegangan yang sempat mewarnai pembongkaran bangunan di bantaran Waduk Pluit, Jakarta Utara, kini usai. Warga akhirnya bersedia hengkang setelah berunding dengan aparat untuk memindahkan barang-barangnya.

Pantauan Liputan6.com, Kamis (22/8/2013), tak sedikit warga mengambil harta bendanya. Mulai dari peralatan dapur hingga kasur tidur. Hal itu dilakukan saat alat berat merobohkan bangunan rumahnya. Mulai dari anak kecil hingga pria paruh baya pun mengais perabotan rumah tangganya yang sudah tertimbun dengan reruntuhan bangunan.

"Aduh ibu kan kemaren sampai hari ini sudah dikasih waktu buat angkut barang. Sekarang saja baru repot, bahaya itu," kata salah seorang aparat yang bertugas di Pluit, Jakarta.

Sementara itu, tampak seorang pria tua berpakaian lusuh tak mengenal bahaya. Bagaimana tidak, Yanto (57) mengangkut perabot rumah tangganya ke dalam gerobak persis hanya berjarak sekitar 10 meter dari kendaraan alat berat. Yanto juga mengungkapkan dirinya memilih pulang kampung halamannya di Purworejo, Jawa Tengah.

"Saya dapat rusun di Marunda, tapi saya mau pulang saja. Anak sama istri saya sudah di kampung. Kata mereka (keluarga) tenang hidup di kampung nggak digebrak-gebrak aparat. Mau jualan rokok di kampung. Di kampung nggak ada gusuran," tutur Yanto.

Seraya memindahkan barang, Yanto mengungkapkan sudah sepekan dirinya tidur di atas reruntuhan bangunan. Selain jauh dari tempatnya bekerja, Yanto juga mengaku memiliki kenangan indah di bangunan yang didirikan di atas waduk itu.

"Saya kerja menyapu jalan di kompleks Ahok. Malah setiap pagi saya mulai menyapu dari depan rumahnya. Saya 15 tahun di sini, susah senang, sampai saya bisa tahu Jakarta saya tinggal di sini. Anak-anak saya lahir di sini. Kalau pas hujan, saya masuk dalam lemari saya. Ya beginilah hidup," cerita Yanto sambil menunjukan lemari miliknya.

Usai merapikan barang-barangnya, Yanto menghubungi anaknya di Kampung untuk memberi kabar. Yanto berencana menagih janji Koordinator Pasca Banjir Waduk Pluit, Heryanto yang bersedia memfasilitasi.

"Ya ini mau saya taruh di bagasi bus. Mudah-mudahan cukup. Janjinya kan yang mau pulang kampung juga diantar. Ya selamat tinggal Jakarta," pungkas Yanto sedih. (Ali/Mut)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya