Para peneliti situs Gunung Padang, Cianjur, Jawa Barat, yang tergabung dalam Tim Terpadu Riset Mandiri (TTRM) sementara ini menghentikan proses eskavasi setelah meneliti lapisan ke-2. Para peneliti memperkirakan masih ada 2 lapisan lain yang belum digali.
Ketua Tim Eskavasi Arkeologi Universitas Indonesia, Ali Akbar mengatakan, eskavasi secara arkeologi ini sudah dihentikan sejak Juli lalu. Penghentian sementara dilakukan sambil menunggu instruksi Presiden.
"Laporan pertama hasil reset pada 18 Mei, beliau sangat apresiatif. Akhirnya beliau minta diterusan penelitian ini. Sekarang sudah cukup, mau dilaporkan lagi nanti. Masih menunggu waktu luang beliau," ujar Ali dalam perbincangan dengan Liputan6.com, Kamis (12/9/2013).
Kendati begitu, kata Ali, masih ada tim eskavasi lain yang melakukan penelitian yakni dari tim reset geologi dan geofisika. "Kemarin tim lain masih terus reset, rencananya geofisikanya," ujarnya.
Secara geologi, geofisika, dan arkeologi, situs Gunung Padang memang sudah ditemukan kondisi bentuk strukturnya. Namun masih perlu dibuktikan. "Memang ada hal penting yang ditemukan dalam penelitian terakhir ini, tapi belum rapat."
"Tapi kalau secara arkeologi yang sudah terbukti lapisan 1 dan 2. Perkiraan kami masih ada 2 lapisan lagi. Tapi data geologi tak boleh diabaikan karena dilakukan dengan data ilmiah dan teknologi terbaru yang berhasil melakukan pemindaian. Geofisikanya dari gambar sudah data, kalau arkeologi dia harus di kelihatan nyatanya," tandas Ali.
Karena itu Ali sangat berharap dukungan serius pemerintah dalam proses eskavasi situs yang diperkirakan setinggi 110 meter itu. Karena sejauh ini penelitian masih bersifat mandiri. "Kita selama ini sukarela saja. Kebetulan kita banyak peneliti yang cukup mapan, jadi kita sifatnya patungan."
Semangat eskavasi ini, kata Ali, tak lain berangkat dari kesadaran dan kepedulian terhadap budaya dan kekayaan yang dimiliki Indonesia. "Reset ini membuktikan elemen anak bangsa punya kepedulian."
"Artinya kalau kita gotong-royong pasti bisa. Cuma harus ada kesamaan pandangan bahwa ini sutau kebanggaan bangsa kita, menjadi kekayaan bangsa Indonesia," sambungnya.
Seperti dikatahui, ekskavasi adalah salah satu teknik pengumpulan data melalui kegiatan penelitian tanah yang dilakukan secara sistematis untuk memperoleh data arkeologis dalam keadaan in situ (in-site) atau permukaan tertutup.
Secara umum, ekskavasi bertujuan untuk memperoleh informasi yang lebih jelas tentang aspek-aspek bentuk temuan, hubungan antartemuan, hubungan stratigrafis, kronologis, konteks, fungsi, struktur, dan tingkah laku pendukungnya. (Rmn/Ism)
Ketua Tim Eskavasi Arkeologi Universitas Indonesia, Ali Akbar mengatakan, eskavasi secara arkeologi ini sudah dihentikan sejak Juli lalu. Penghentian sementara dilakukan sambil menunggu instruksi Presiden.
"Laporan pertama hasil reset pada 18 Mei, beliau sangat apresiatif. Akhirnya beliau minta diterusan penelitian ini. Sekarang sudah cukup, mau dilaporkan lagi nanti. Masih menunggu waktu luang beliau," ujar Ali dalam perbincangan dengan Liputan6.com, Kamis (12/9/2013).
Kendati begitu, kata Ali, masih ada tim eskavasi lain yang melakukan penelitian yakni dari tim reset geologi dan geofisika. "Kemarin tim lain masih terus reset, rencananya geofisikanya," ujarnya.
Secara geologi, geofisika, dan arkeologi, situs Gunung Padang memang sudah ditemukan kondisi bentuk strukturnya. Namun masih perlu dibuktikan. "Memang ada hal penting yang ditemukan dalam penelitian terakhir ini, tapi belum rapat."
"Tapi kalau secara arkeologi yang sudah terbukti lapisan 1 dan 2. Perkiraan kami masih ada 2 lapisan lagi. Tapi data geologi tak boleh diabaikan karena dilakukan dengan data ilmiah dan teknologi terbaru yang berhasil melakukan pemindaian. Geofisikanya dari gambar sudah data, kalau arkeologi dia harus di kelihatan nyatanya," tandas Ali.
Karena itu Ali sangat berharap dukungan serius pemerintah dalam proses eskavasi situs yang diperkirakan setinggi 110 meter itu. Karena sejauh ini penelitian masih bersifat mandiri. "Kita selama ini sukarela saja. Kebetulan kita banyak peneliti yang cukup mapan, jadi kita sifatnya patungan."
Semangat eskavasi ini, kata Ali, tak lain berangkat dari kesadaran dan kepedulian terhadap budaya dan kekayaan yang dimiliki Indonesia. "Reset ini membuktikan elemen anak bangsa punya kepedulian."
"Artinya kalau kita gotong-royong pasti bisa. Cuma harus ada kesamaan pandangan bahwa ini sutau kebanggaan bangsa kita, menjadi kekayaan bangsa Indonesia," sambungnya.
Seperti dikatahui, ekskavasi adalah salah satu teknik pengumpulan data melalui kegiatan penelitian tanah yang dilakukan secara sistematis untuk memperoleh data arkeologis dalam keadaan in situ (in-site) atau permukaan tertutup.
Secara umum, ekskavasi bertujuan untuk memperoleh informasi yang lebih jelas tentang aspek-aspek bentuk temuan, hubungan antartemuan, hubungan stratigrafis, kronologis, konteks, fungsi, struktur, dan tingkah laku pendukungnya. (Rmn/Ism)