Liputan6.com, Jakarta - Gunung Padang, sebuah situs megalitikum yang terletak di Desa Karyamukti, Cianjur, Jawa Barat, telah lama mengundang perdebatan karena misteri yang belum terpecahkan. Belakangan, di media sosial X atau Twitter, Gunung Padang yang disebut-sebut sebagai piramida kembali hangat diperbincangkan, karena sebagian yang lain percaya Gunung Padang hanya situs megalitikum.
Gunung Padang yang telah ditetapkan sebagai Cagar Budaya Nasional pada 17 Januari 2014, sampai saat ini masih menimbulkan pertanyaan besar tentang usia, fungsi, dan siapa yang membangunnya. Kompleks punden berundak seluas kurang lebih 3 hektare ini menyimpan banyak teka-teki yang belum terpecahkan, menantang para arkeolog dan geolog untuk mengungkap rahasianya.
Baca Juga
Misteri utama Gunung Padang terletak pada perkiraan usianya yang sangat bervariasi. Beberapa peneliti, menggunakan metode penanggalan radiokarbon dan analisis geologi, memperkirakan usianya lebih dari 9.000 tahun, bahkan ada yang mengklaim hingga 27.000 tahun. Klaim ini menjadikan Gunung Padang sebagai kandidat piramida tertua di dunia. Namun, perkiraan lain menempatkan usianya antara abad ke-2 hingga ke-8 Masehi. Perbedaan yang signifikan ini memicu kontroversi dan perdebatan sengit di kalangan para ahli.
Advertisement
Struktur Gunung Padang yang unik semakin menambah intrik. Terdiri dari lima teras batu yang membentuk struktur mirip piramida bertingkat, situs ini dibangun dari susunan batuan andesit dengan bentuk kolom-kolom yang unik. Teknik konstruksi yang digunakan ribuan tahun lalu masih menjadi misteri. Keberadaan rongga-rongga di bawah permukaan juga menambah kompleksitas, dengan beberapa pihak yang mengklaimnya sebagai ruangan-ruangan di dalam piramida. Ketiadaan fosil manusia di sekitar situs ini juga menjadi pertanyaan besar, mengingat usia yang diperkirakan sangat tua.
Struktur dan Usia Gunung Padang: Perdebatan yang Tak Berujung
Struktur Gunung Padang yang menyerupai piramida bertingkat terdiri dari lima teras batu. Susunan batuan andesit yang membentuk kolom-kolom ini menunjukkan teknik konstruksi yang rumit dan canggih untuk zamannya. Namun, pertanyaan tentang bagaimana struktur ini dibangun dan siapa yang membangunnya masih belum terjawab. Rongga-rongga di bawah permukaan menambah misteri, memicu spekulasi tentang kemungkinan adanya ruangan-ruangan di dalam struktur piramida tersebut. Belum ada kesimpulan pasti mengenai fungsi rongga-rongga ini.
Perdebatan mengenai usia Gunung Padang juga masih berlangsung. Metode penanggalan radiokarbon menghasilkan rentang usia yang sangat bervariasi, dari beberapa ribu tahun hingga puluhan ribu tahun. Perbedaan ini menimbulkan perdebatan di antara para ahli. Beberapa peneliti berpendapat bahwa usia Gunung Padang yang sangat tua menunjukkan peradaban maju yang telah ada di Indonesia sejak zaman jauh sebelum perkiraan sejarah yang ada. Namun, para kritikus berpendapat bahwa metode penanggalan yang digunakan mungkin tidak akurat.
Ketiadaan fosil manusia di sekitar situs Gunung Padang juga menjadi pertanyaan besar. Jika situs ini memang berusia puluhan ribu tahun, seharusnya ada bukti keberadaan manusia yang tinggal di sekitarnya. Ketiadaan bukti ini menimbulkan spekulasi tentang siapa yang membangun dan menggunakan situs ini. Mungkin saja, para pembangun Gunung Padang berasal dari peradaban yang telah hilang dan tidak meninggalkan jejak yang mudah ditemukan.
Advertisement
Fungsi Gunung Padang: Hipotesis dan Teori
Fungsi Gunung Padang masih menjadi misteri yang belum terpecahkan. Beberapa hipotesis telah diajukan, termasuk sebagai tempat pemujaan leluhur, observatorium astronomi kuno, atau pusat pengetahuan suatu peradaban yang hilang. Kemiripannya dengan struktur kuil di Amerika Selatan menambah kompleksitas interpretasi situs ini. Letak geografis Gunung Padang yang strategis, dengan pemandangan alam yang indah, juga mendukung hipotesis sebagai tempat pemujaan.
Hipotesis lainnya adalah Gunung Padang berfungsi sebagai observatorium astronomi kuno. Posisi dan orientasi struktur Gunung Padang mungkin berkaitan dengan pergerakan benda langit. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menguji hipotesis ini. Kemungkinan lain adalah Gunung Padang berfungsi sebagai pusat pengetahuan suatu peradaban yang hilang. Struktur yang kompleks dan teknologi konstruksi yang canggih menunjukkan tingkat peradaban yang tinggi.
Namun, semua hipotesis ini masih memerlukan bukti-bukti yang lebih kuat. Penelitian lebih lanjut, dengan metode yang lebih teliti dan komprehensif, sangat diperlukan untuk mengungkap fungsi sebenarnya dari Gunung Padang. Penggunaan teknologi modern dalam penelitian arkeologi diharapkan dapat memberikan petunjuk yang lebih akurat.
Sejarah penemuan Gunung Padang juga menarik untuk dibahas. Situs ini pertama kali dicatat oleh N.J. Krom pada tahun 1914. Namun, penelitian intensif baru dimulai pada tahun 1979, ketika penduduk setempat menemukan reruntuhan batuan di balik semak belukar. Penggalian dan penelitian resmi dilakukan oleh tim arkeologi, di bawah pimpinan Dr. Danny Hilman Natawidjaja, sejak tahun 2011. Metode penggalian yang digunakan sempat dikritik, namun penelitian terus berlanjut.
Gunung Padang merupakan situs arkeologi yang sangat penting dan penuh misteri. Perbedaan pendapat di kalangan ahli menunjukkan kompleksitas interpretasi situs prasejarah ini. Penelitian lebih lanjut dengan metode yang lebih teliti dan komprehensif sangat diperlukan untuk mengungkap lebih banyak rahasia yang tersimpan di Gunung Padang. Upaya pelestarian dan pengembangan potensi wisata berbasis sejarah dan budaya juga sedang dilakukan untuk menjaga situs ini untuk generasi mendatang. Misteri Gunung Padang terus menarik perhatian para peneliti dan masyarakat luas, menjadikannya salah satu situs arkeologi paling menarik di Indonesia.
