Penyadapan yang dilakukan Australia terhadap Presiden SBY dan sejumlah pejabat tinggi negara lainnya terungkap. Badan Intelijen Negara (BIN) pun mengaku sudah melakukan komunikasi dengan pihak intelijen Australia.
"BIN sudah berkomunikasi langsung dengan intelijen Australia. Dalam komunikasi kami, mereka menyatakan bahwa sekarang dan ke depan yang penting tidak ada lagi. Itu bahasa mereka yah, mereka meyakinkan tidak ada lagi penyadapan," jelas Kepala BIN Marciano Norman di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu (20/11/2013).
Marciano mengatakan, ke depan memang harus dipikirkan langkah-langkah untuk mencegah penyadapan serta mengubah cara berpikir semua pihak.
"Untuk menghadapi penyadapan itu ada beberapa langkah. Kita harus selalu berpikir, ke mana pun kita (pasti) disadap. Apa pun yang kita bicarakan, kita disadap. Kita harus berpikir ke mana pun, apa pun, kita selalu disadap, oleh karenanya pembatasan materi pembicaraan itu menjadi hal yang penting di dalam saluran-saluran terbuka seperti itu. Sehingga kita batasi pembicaraan dari saluran telepon terbuka," paparnya.
Yang tak kalah penting untuk dilakukan menurut Marciano adalah dengan melakukan pengamanan maksimal terhadap sarana komunikasi yang digunakan para pejabat.
"Kita lakukan pengamanan terhadap pesawat telepon yang digunakan pejabat kita. Sehingga mungkin saja telepon bisa disadap, tapi substansi dari pembicaraan kita, isi bicara kita, belum tentu dia bisa mengerti. Karena itu bisa diacak, bisa dengan sandi-sandi yang lain. Dia boleh menyadap, tapi dia belum tentu bisa membuka apa yang kita bicarakan," jelasnya.
BIN, tegas Marciano, akan terus melakukan langkah-langkah pengamanan terhadap saluran komunikasi para pejabat. "Kita harus mengambil langkah-langkah yang terukur, dalam arti langkah-langkah kontraintelijen untuk menyakinkan bahwa pengamanan terhadap saluran komunikasi yang digunakan pejabat kita dalam posisi aman," pungkas Marciano. (Ado/Mut)
"BIN sudah berkomunikasi langsung dengan intelijen Australia. Dalam komunikasi kami, mereka menyatakan bahwa sekarang dan ke depan yang penting tidak ada lagi. Itu bahasa mereka yah, mereka meyakinkan tidak ada lagi penyadapan," jelas Kepala BIN Marciano Norman di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu (20/11/2013).
Marciano mengatakan, ke depan memang harus dipikirkan langkah-langkah untuk mencegah penyadapan serta mengubah cara berpikir semua pihak.
"Untuk menghadapi penyadapan itu ada beberapa langkah. Kita harus selalu berpikir, ke mana pun kita (pasti) disadap. Apa pun yang kita bicarakan, kita disadap. Kita harus berpikir ke mana pun, apa pun, kita selalu disadap, oleh karenanya pembatasan materi pembicaraan itu menjadi hal yang penting di dalam saluran-saluran terbuka seperti itu. Sehingga kita batasi pembicaraan dari saluran telepon terbuka," paparnya.
Yang tak kalah penting untuk dilakukan menurut Marciano adalah dengan melakukan pengamanan maksimal terhadap sarana komunikasi yang digunakan para pejabat.
"Kita lakukan pengamanan terhadap pesawat telepon yang digunakan pejabat kita. Sehingga mungkin saja telepon bisa disadap, tapi substansi dari pembicaraan kita, isi bicara kita, belum tentu dia bisa mengerti. Karena itu bisa diacak, bisa dengan sandi-sandi yang lain. Dia boleh menyadap, tapi dia belum tentu bisa membuka apa yang kita bicarakan," jelasnya.
BIN, tegas Marciano, akan terus melakukan langkah-langkah pengamanan terhadap saluran komunikasi para pejabat. "Kita harus mengambil langkah-langkah yang terukur, dalam arti langkah-langkah kontraintelijen untuk menyakinkan bahwa pengamanan terhadap saluran komunikasi yang digunakan pejabat kita dalam posisi aman," pungkas Marciano. (Ado/Mut)