Pengamat: Diduga Sadap SBY, Keberadaan SingTel Perlu Dievaluasi

Posisi SingTel sebagai pemegang saham di Telkomsel diduga sangat potensial dipergunakan alat membocorkan informasi-informasi Indonesia.

oleh Edward Panggabean diperbarui 28 Nov 2013, 06:21 WIB
Diterbitkan 28 Nov 2013, 06:21 WIB
sadap-singtel-131128a.jpg
Penyadapan intelijen Amerika Serikat-Australia kepada sejumlah petinggi Pemerintahan Indonesia disebut-sebut melalui bantuan Singapura. Maka itu pemerintah dan penegak hukum di Indonesia diminta mengusut dugaan keterlibatan operator telekomunikasi milik pemerintah Singapura, Singapore Telecom (SingTel).

Pengamat komunikasi Yustiman Ihza menilai, posisi SingTel sebagai pemegang saham di Telkomsel diduga sangat potensial dipergunakan sebagai alat untuk membocorkan informasi negara Indonesia. "Karena itu keberadaan (SingTel) harus diperiksa, dan dievaluasi kembali," kata Yustiman kepada wartawan, Jakarta, Kamis (28/11/2013)

Yustiman menduga sesuai pemberitaan koran harian Sydney Morning Herald beberapa waktu lalu SingTel menyebutkan bahwa pemilik 35% saham PT Telkomsel adalah pihak yang menyadap SBY. "Diduga ini sebagai bagian dari kerjasama dengan pihak intelijen," ujar Yustiman.

Selain itu Yustiman menilai, langkah Kemenkoinfo menelusuri kebocoran informasi sudah tepat. Apalagi Sydney Morning Herald juga telah menunjuk secara spesifik provider telekomunikasi yang diduga terlibat penyadapan. "Selain itu bukti-bukti yang jelas secara hukum terkait penyadapan itu harus diperoleh," ucap Yustiman.

Dengan mencuatnya kasus penyadapan yang diduga melibatkan SingTel itu, lanjut Yustiman, seharusnya menjadi peringatan penting guna menata kembali kepemilikan asing di dalam industri telekomunikasi. "Tentu harus ada evaluasi. Information is a power. Artinya, siapa yang bisa menguasai atau memiliki informasi, maka ia akan berkuasa," ujar Yustiman.

Yustiman menjelaskan, seyogyanya manajemen Telkomsel di Indonesia harus berkoordinasi dengan pemegang saham dan harus memberikan penjelasan. Karena informasi yang rahasia sekalipun bisa diketahui oleh pemilik industri telekomunikasi terbesar di Indonesia tersebut.

"Jadi sudah benar kepemilikan asing harus minoritas, jadi sulit dikuasai oleh asing, jangan kita cuma jadi kroco-kroco. Teori informasi itu kan kekuatan, siapa yang punya informasi dia yang berkuasa," tandas Yustiman.

Diberitakan Sydney Morning Herald, data Intelijen Australia menunjukkan Singapura bekerja sama dalam mengakses dan berbagi komunikasi yang dibawa oleh kabel SEA-ME-WE-3 kabel. Badan Nasional Australia juga mengakses lalu lintas kabel SEA-ME-WE-3 yang mendarat di Perth.

Kabel yang melintasi Asia Tenggara, Timur Tengah dan Eropa Barat, maka hampir semua negara yang dilintasi dalam posisi tidak aman. Pasalnya, selain Singapura dan Australia, Inggris dan Amerika pun mendapat informasi penting hasil penyadapan. Dan praktik ini, disebut-sebut sudah berjalan hingga 15 tahunan.

Pihak yang diduga menyadap adalah Australian Signals Directorate (ASD), salah satu direktorat di Kementerian Pertahanan Australia yang bertanggung jawab atas signals intelligence (SIGNIT). (Fiq/Rmn)

[Baca juga: `Pembantu` Abbott Akui Australia Sadap SBY]

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya