Kelangkaan elpiji ukuran 3 kilogram di Solo, Jawa Tengah, sejak 2 bulan terakhir belum juga teratasi. Akibatnya, untuk mendapatkan elpiji bagi keperluan sehari-hari, warga harus antre berjam-jam dan berdesakan dengan warga lain.
Seperti terlihat di sebuah kantor distributor elpiji yang ada di Kampung Nusukan, Banjar Sari, Solo, Minggu (8/12/2013) pagi. Warga dan pedagang terlihat antre dalam barisan yang lumayan panjang. Di samping mereka terlihat pula tabung elpiji 3 kilogram yang sudah kosong.
Diduga karena khawatir tidak mendapatkan elpiji, antrean yang semula rapi tiba-tiba buyar. Warga yang berada di barisan belakang merangsek maju sehingga suasana antrean menjadi kacau.
Sementara itu, petugas distributor elpiji terlihat tidak berdaya menyaksikan konsumen dan pedagang yang mulai tidak sabar. Namun, mereka tetap berusaha melayani pembeli satu per satu hingga selesai.
Menurut seorang warga, Suhartono, untuk mendapatkan satu tabung elpiji ukuran 3 kilogram itu dia harus antre sejak subuh. "Antrenya lama, bisa 4 sampai 6 jam," ujarnya.
Kelangkaan elpiji ukuran 3 kilogram tersebut sudah dialami warga hampir 2 bulan ini. Akibat kelangkaan tersebut, pihak distributor pun membatasi pembelian, baik dari warga atau penjual. "Setiap warga atau penjual maksimal 2 tabung elpiji 3 kilogram," jelas Sudarman, salah seorang pengecer elpiji.
Warga berharap Pemerintah Kota Solo dan Hiswana Migas turun langsung untuk mengatasi kelangkaan. Sebab, akibat kelangkaan tersebut warga terpaksa membeli di toko yang dijual dengan harga lebih mahal, sampai Rp 18 ribu per tabung, dari harga normal distributor atau pangkalan yang hanya Rp 13 ribu per tabung. (Ado/Yus)
Seperti terlihat di sebuah kantor distributor elpiji yang ada di Kampung Nusukan, Banjar Sari, Solo, Minggu (8/12/2013) pagi. Warga dan pedagang terlihat antre dalam barisan yang lumayan panjang. Di samping mereka terlihat pula tabung elpiji 3 kilogram yang sudah kosong.
Diduga karena khawatir tidak mendapatkan elpiji, antrean yang semula rapi tiba-tiba buyar. Warga yang berada di barisan belakang merangsek maju sehingga suasana antrean menjadi kacau.
Sementara itu, petugas distributor elpiji terlihat tidak berdaya menyaksikan konsumen dan pedagang yang mulai tidak sabar. Namun, mereka tetap berusaha melayani pembeli satu per satu hingga selesai.
Menurut seorang warga, Suhartono, untuk mendapatkan satu tabung elpiji ukuran 3 kilogram itu dia harus antre sejak subuh. "Antrenya lama, bisa 4 sampai 6 jam," ujarnya.
Kelangkaan elpiji ukuran 3 kilogram tersebut sudah dialami warga hampir 2 bulan ini. Akibat kelangkaan tersebut, pihak distributor pun membatasi pembelian, baik dari warga atau penjual. "Setiap warga atau penjual maksimal 2 tabung elpiji 3 kilogram," jelas Sudarman, salah seorang pengecer elpiji.
Warga berharap Pemerintah Kota Solo dan Hiswana Migas turun langsung untuk mengatasi kelangkaan. Sebab, akibat kelangkaan tersebut warga terpaksa membeli di toko yang dijual dengan harga lebih mahal, sampai Rp 18 ribu per tabung, dari harga normal distributor atau pangkalan yang hanya Rp 13 ribu per tabung. (Ado/Yus)