Liputan6.com, Jakarta Inri Lesmana, seorang pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), mengaku tak menyangka bisa bertemu secara langsung dengan Presiden Joko Widodo saat penyerahan Nomor Induk Berusaha (NIB) secara simbolis dari Kementerian Investasi, di Gedung Olahraga Nanggala Kopassus, Jakarta Timur. Inri terpilih bersama sejumlah pelaku UMKM lainnya untuk berada di barisan paling depan dan berkesempatan untuk foto bersama Presiden.
Kegiatan ini turut dihadiri oleh Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir dan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Teten Masduki, Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko, dan Ketua Umum Kadin Arsjad Rasjid.
Pada acara itu, sekitar 400 UMKM binaan PT HM Sampoerna Tbk. (Sampoerna) di DKI Jakarta dan sekitarnya, termasuk Inri, resmi menerima NIB. Selain sebagai identitas dan legalitas, NIB juga diharapkan dapat membantu perkembangan usaha para pelaku usaha, seperti kemudahan mendapatkan izin Standar Nasional Indonesia (SNI) dan Sertifikasi Jaminan Produk Halal (SJPH), dan akses permodalan.
Advertisement
NIB Memberikan Kemudahan bagi UMKM
Inri mengaku senang mendapatkan kesempatan itu, yang dinilainya sebagai momen dukungan terhadap pelaku UMKM. Menurut dia, penyerahan langsung NIB oleh Jokowi menambah kepercayaan diri para pelaku UMKM. Harapan Inri, dengan adanya NIB, para pelaku UMKM akan lebih mudah mendapatkan pinjaman dari bank, seperti disampaikan Jokowi.
Dalam pernyataannya, Jokowi mengajak seluruh pelaku usaha untuk segera mendapatkan NIB, yang akan mempermudah pengurusan kredit usaha di bank dan memudahkan pemerintah ketika akan memberikan bantuan kepada pelaku UMKM. “Dengan NIB urus kredit di bank mudah, ada bantuan UMKM mudah, karena semua sudah pegang NIB,” kata Jokowi.
Pertumbuhan ekonomi kuartal pertama 5,1, inflasi masih terkendali, Jadi ini kesempatan semuanya untuk melebarkan sayap usaha dan ekspansi, memberikan kontribusi ekonomi kepada negara tercinta ini,” ujar Jokowi.
Advertisement
Kisah Inri dan Usaha Toko Kelontong
Bagi Inri, penyerahan NIB menjadi bagian dari perjalanannya membangun bisnis toko kelontong yang telah ia pelajari sejak kecil dari sang ayah. Soal perjalanan bisnisnya, Inri mengatakan, ini merupakan cerita yang panjang dan penuh perjuangan. Pertama kali merantau pada 2004 dari Bogor ke Jakarta bersama sang ayah membuka toko kelontong di kawasan Lubang Buaya, Jakarta Timur. Untuk modal, ayah Inri menjual sepeda motornya seharga Rp6 juta, yang digunakan untuk membuka toko itu.
“Tahun 2009, kami membeli tanah 40-50 meter untuk dibangun sekitar Rp60 juta sampai Rp70 juta. Pada tahun 2010, saya lulus SMA, kebetulan sempat cari kerja sana-sini, dan jadi supir pribadi pejabat eselon 2.” Seiring berjalannya waktu, ayah dan ibu Inri memutuskan kembali ke Bogor dan membangun usaha. Inri tetap meneruskan usaha toko kelontong orangtuanya di Lubang Buaya, akan tetapi, beban kredit di bank yang ditinggalkan sang ayah berusaha untuk dilunasi hingga tahun 2014.
Usaha toko kelontong di Bogor saat ini masih berjalan hingga sekarang. Tak hanya satu, Inri memiliki tiga toko kelontong di Kota Hujan itu, berkat perjuangan belasan tahun merintis dan mengembangkan usahanya.
UMKM binaan Sampoerna
Pada 2017, Inri menjadi bagian dari UMKM binaan Sampoerna ketika bergabung ke dalam Sampoerna Retail Community (SRC). SRC merupakan komunitas toko kelontong terbesar yang memiliki anggota lebih dari 160.000 toko kelontong dan 6.000-an paguyuban.
Sebelum bergabung dengan SRC, Inri tak punya bayangan akan membesarkan usaha toko kelontongnya. Ketika bergabung dengan SRC, pemilik toko kelontong Bara Cafe ini mulai merapikan tokonya. Belajar pengelolaan dan penempatan barang-barang di toko, belanja menggunakan aplikasi, dan lain-lain. “Tadinya kita menganggap semua toko saingan, tapi ternyata kita dalam naungan yang sama (SRC) kami sering berbagi informasi barang murah, menambah kenalan, saudara, dan jaringan, saling membantu,” kata dia.
Inri juga sering membantu pemilik toko kelontong lain di SRC yang membutuhkan bantuan pengecatan toko maupun pengadaan rak. Ikatan kekeluargaan di antara anggota SRC juga dinilainya sangat kuat.
Advertisement