Pria Ini Beberkan Bagaimana Menjalani Hidup Bahagia dan Bebas Penyesalan

Membeberkan tentang hal-hal yang dipelajari seorang pria berusia 68 tahun sepulang mengikuti kegiatan retret hening selama 30 hari

oleh Vatrischa Putri Nur Sutrisno diperbarui 10 Sep 2023, 21:41 WIB
Diterbitkan 10 Sep 2023, 13:59 WIB
Ilustrasi Orang Tua dan Anak Remaja (sumber: unsplash)
Ilustrasi Orang Tua dan Anak Remaja (sumber: unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - Pada akhir tahun 2015, seorang pria tua bernama George Jerjian merasa buntu. Setelah mengalami pengalaman nyaris mati, ia harus berhenti bekerja dan pensiun dini untuk memprioritaskan kesehatannya.

Kesehatan membaik, tetapi sisa hidupnya tidak. George merasa bosan dan tidak memiliki tujuan di masa pensiun, dan hubungan saya pun terganggu. Ia mulai bertanya-tanya, "Apakah hanya ini yang ada?"

Untuk mencari jawaban, ia mendaftar untuk retret hening selama 30 hari di St Beuno's, bekas seminari Yesuit di North Wales yang sekarang menjadi pusat retret spiritual.

Pada awalnya, menghabiskan 30 hari dalam keheningan lebih sulit dari yang George kira. Namun, akhirnya ia dapat bermeditasi tentang bagaimana menjalani hidup yang bahagia dan bebas dari penyesalan. Berikut adalah empat pelajaran yang ia bawa pulang, melansir CNBC:

1. Hanya Berfokus Pada Hasil Akan Membuat Anda Sengsara

Sebelum retret, George adalah seorang yang gila kontrol. Gagasan untuk "melepaskan" di bagian mana pun dalam hidupnya adalah hal yang mustahil.

Tetapi selama latihan di St Bueno, ia diminta untuk berpikir tentang apa yang benar-benar dapat dikendalikan. George menyadari bahwa satu kejadian yang tidak terduga saja bisa membuat hidupnya kacau. Saya merenungkan berapa banyak waktu yang ia habiskan untuk mengkhawatirkan hasil yang tidak dapat saya prediksi atau kendalikan.

Sekarang, ketika ia menginginkan sesuatu yang baik terjadi, ia membayangkan bahwa hal tersebut telah terjadi dan merasa bersyukur karenanya. Pola pikir ini membantunya bergerak maju. Dengan berfokus pada mengambil langkah selanjutnya, George tidak lagi berfokus pada hasilnya.

 

2. Jika Anda tidak Bersyukur, Anda Susah Berpikir Jernih.

Penelitian telah menunjukkan bahwa rasa syukur dapat menghalangi emosi negatif seperti iri hati dan penyesalan, mengurangi stres, dan meningkatkan kebahagiaan.

Selama retret, George mengalami masa-masa sulit dalam hidupnya. Pada satu titik, ia diminta untuk merenungkan semua rumah yang pernah saya tinggali, dan hal-hal baik dan buruk yang terjadi di sana.

Saya tersadar bahwa tidak ada kesempatan dalam hidup saya yang dapat terjadi tanpa adanya krisis sebelumnya, jadi ia harus menghargai setiap momen.

Cobalah latihan ini: Tuliskan semua saat-saat terbaik dalam hidup Anda, atau saat-saat yang paling Anda banggakan. Kemudian, di sebelahnya, tuliskan momen sulit yang memberikan Anda keterampilan atau menciptakan kesempatan untuk mencapai tujuan tersebut.

3. Untuk Menemukan Tujuan, Ikuti Hasrat Anda.

Uang selalu menjadi yang utama dalam kariernya. Ia tidak pernah berhenti untuk mengajukan pertanyaan seperti, "Pekerjaan apa yang harus saya lakukan berdasarkan minat dan perasaan?"

Namun, selama retret, George tidak memikirkan apa pun kecuali perasaannya.

Tiga minggu, George menangis sambil memikirkan semua orang yang telah ia sakiti. Namun pada hari terakhir, air matanya keluar dari tempat yang penuh sukacita dan cinta. Ia menyadari bahwa ketakutan yang sebenarnya adalah menyakiti orang lain, dan bahwa hasrat saya adalah menolong orang lain.

Pada tahun-tahun setelah retret, ia memilih untuk tidak pensiun dan melayani para pensiunan dengan bisnis coaching.

Tanyakan pada diri Anda sendiri: "Apa yang paling saya takutkan? Aktivitas apa yang membuat Anda kehilangan semua rasa waktu?" Coba jawab pertanyaan-pertanyaan ini sebanyak lima kali, dan setiap kali berikan jawaban yang berbeda. Jawabannya mungkin akan mengejutkan Anda.

4. Kita Tidak Selalu Seperti yang Kita Pikirkan.

Selama 60 tahun, George membangun sebuah persona berdasarkan apa yang diinginkan oleh orang tua, guru, atasan, rekan kerja, dan teman-teman.

George tidak pernah berpikir tentang siapa diri saya di luar tekanan-tekanan eksternal tersebut. Ia telah menghabiskan puluhan tahun tersesat dan malu akan siapa dirinya sebenarnya.

Pikirkanlah apakah ada sesuatu tentang diri Anda yang Anda sembunyikan dari dunia. Cobalah untuk merangkul hal itu. Bagi saya, kelembutan dan pengertianlah yang mengubah hidup saya.

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya