Liputan6.com, Jakarta Kemajuan teknologi menaruh dampak di berbagai sektor industri, salah satunya di bidang penyiaran. Situasi ini makin menarik untuk didiskusikan dalam kaitannya dengan khalayak pengguna kercerdasan artifisial di lintas generasi.
Mengenai hal tersebut maka Universitas Satya Negara Indonesia (USNI) bekerja sama dengan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat menyelenggarakan Seminar Nasional dengan tema "Industri Penyiaran di Tengah Maraknya Pengguna Kecerdasan Artifisial pada Hari Rabu, 15 Mei 2024 yang berlangsung secara hybrid.
Kegiatan ini turut menjadi penanda pre-event Hari Penyiaran Nasional ke-91 sekaligus menjadi acara pembukaan Dies Natalis ke-35 USNI Hadir untuk menyambut acara Dr. SIHAR P.H. SITORUS, BSBA., M.B.A., Wakil Walikota Jakarta selatan Edi Sumantri alu sebagai Narasumber dalam acara tersebut Wakil RektorBidang III USNI Dr. Rustono Farady Marta , S.Sos., M.Med.Kom, Komisioner KPI Pusat Amin Shabana S.Sos., M.Si, Ketua Umum ISKI Pusat Dr. Dadang Rahmat Hidayat,Wakil Sekertaris Jendral ASPIKOM Pusat Dr. FitriaWidiya Roosinda S.Sos., M.Si, Akademisi Bidang Hukum Telematika, HaKI, dan Budaya Populer Universitas Indonesia Angga Priancha, S.H., LL.M, serta selaku Moderator Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi USNI Dr. Kristina Nurhayati S.Pd., M.Ikom.
Advertisement
Dalam sambutannya Sihar mengatakan, setiap orang pasti memiliki sosok idola yangmenginspirasi entah karena kesuksesannya atau penampilannya.
Karena hal itu, tidak sedikit orang yang berusaha untuk mengubah dirinya agar kehidupannya seperti orang yang mereka inginkan. Namun sebenarnya, Tuhan telah menciptakan manusia berbeda-beda baik secarakemampuan maupun fisik.
“Menjadi versi terbaik diri sendiri adalah sebuah perjalanan yang membutuhkan dedikasi danusaha yang konsisten. Ada banyak cara untuk mencapai hal ini, tetapi berikut adalah lima cara yang dapat membantumu menjadi versi terbaik diri sendiri”, ujar Sihar.
Selaras dengan Sihar, Edi Sumantri juga menyambut baik acara ini. Menurutnya mahasiswa dan alumni USNI merupakan Agent of Change dimana era digital 5.0 sekarang sudah menjadi role model bagi generasi muda.
“Selamat kepada USNI untuk Dies Natalia USNI ke 35 semoga USNI bisa melahirkangenerasi-generasi yang terus berkembang untuk kemajuan Indonesia”, ucap Edi.
Masuk dalam sesi acara inti, Rustono menjelaskan jika algoritma kecerdasan Artifisial digunakan untuk menganalisis perilaku pengguna daring, menciptakan lingkungan sedemikian rupa agar mereka hanya terpapar dengan konten yang seakan-akan sesuai dengan preferensi dan pandangan mereka sendiri.
Rustono menerangkan bahwa pengguna terpapar hanya pada sudut pandang yang relatif sama, memperkuat bias dan membatasi paparan terhadap sudut pandang alternatif yang bisa saja lebih dibutuhkan oleh pengguna.
“Kecerdasan Artifisial digunakan untuk menyajikan konten yang dirancang untuk mempengaruhi opini dan sikap Masyarakat dengan menyoroti informasi yang memicu reaksi emosional, bahkan meningkatkan polarisasi”, ungkap Rustono.
Terus Berkembang
Amin Shabana selaku Komisioner KPI Pusat mengatakan Kecerdasan Buatan atau Artificial Intelligence (AI) berkembang dengan kecepatan yang tidak diperkirakan sebelumnya dan telah dimanfaatkan secara luas dan memiliki dampak pada pekerjaan dan aktivitas sehari-hari.
Amin juga mengungkapkan, kehadiran AI juga membawa transformasi dan pengembangan pada dunia penyiaran dan industri televisi salah satunya adalah dengan pemanfaatan AI dalam pengawasan penyiaran.
“Kolaborasi policy makers dengan researchers untuk menginvestigasi, mencegah, serta memitigasi pemanfaatan menyimpang dari AI. Secara aktif memperluas jangkauan stakeholders dan experts dalam diskusi terkait tantangan-tantangan yang dihadirkan oleh AI”,jelas Amin.
Senada dengan Amin,Wasekjen ASPIKOM Fitria Widiya menjelaskan bahwa Dinamika informasi yang membanjiri ruang digital, senantiasa diikuti dengan gangguan yang menimbulkan Misinformasi, Disinformasi dan Malinformasi.
“Sistem kecerdasan buatan dapat menghasilkan informasi yang tidak akurat atau menyesatkan seperti Mis dan Disinformasi. Penyebabnya karena berbagai faktor, seperti data pelatihan yang bias, overfitting, atau kompleksitas model yang tinggi,” ungkap Fitria.
Advertisement