Liputan6.com, Jakarta - Automasi adalah fokus utama dari banyak organisasi di ASEAN, namun dalam keadaan yang sulit diprediksi seperti sekarang, apakah hal ini sejalan dengan tujuan Anda?
Josep Garcia dari Red Hat mendiskusikan bagaimana automasi dapat membantu menciptakan template mendasar bagi operasional IT yang memberikan hasil nyata dan dampak positif bagi seluruh organisasi.
Tahun 2020 merupalam tahun yang penuh tantangan bagi banyak bisnis dan menunjukkan bahwa organisasi-organisasi perlu melakukan akselerasi upaya transformasi digital mereka, bukan malah berhenti untuk sementara.
Advertisement
Sebuah studi dari Harvard Business Review melaporkan bahwa 95 persen kalangan eksekutif di Asia Pasifik mengatakan bahwa transformasi digital semakin penting pada 18 bulan terakhir dan sebanyak 40 persen eksekutif di Asia Pasifik dengan cepat merancang dan meluncurkan aplikasi baru ke market, dibandingkan dengan 23 persen eksekutif di kawasan lain di dunia.
Baca Juga
Ketika banyak organisasi melakukan akselerasi program-program transformasi digital, mereka harus mempertimbangkan automasi sebagai langkah yang penting dalam perjalanan mereka.
Saat ini, model-model hybrid IT baru memadukan teknologi private cloud yang tradisional dengan public cloud. Strategi pengelolaan beban kerja model baru ini harus mempertimbangkan aspek biaya, keamanan dan keandalan, serta kepatuhan pada regulasi yang berlaku.
Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh tim IT adalah menemukan cara untuk mengurangi ketergantungan pada proses dan operasional yang dilakukan secara manual.
Dalam sebuah studi IDC yang disponsori oleh Red Hat, sebanyak 86 persen profesional IT berkata, “Automasi sangat sangat krusial dan penting bagi strategi cloud kami di masa depan”.
Melakukan automasi untuk sejumlah task secara individual bisa membantu, tetapi seiring dengan pertumbuhan lingkungan IT Anda, upaya untuk melacak begitu banyak proses automasi individual akan menjadi sangat rumit.
Sebuah laporan dari Forrester Research juga menyatakan bahwa automasi merupakan hal yang wajib atau “boardroom imperative” di seluruh industri dan kawasan geografis.
Di dalam automasi jaringan, pemimpin teknologi harus mencari solusi yang memungkinkan pengguna mengelola policy, enforcement, dan berbagai proses pada level domain.
Problem solving yang dilakukan pada satu tempat pada saat yang bersamaan, akan memudahkan melakukan scalability sehingga perhatian dapat difokuskan pada inisiatif-inisiatif yang lebih strategis.
Menghilangkan Task yang Repetitif adalah Nilai yang Langsung Dapat Dirasakan
Manfaat yang paling nyata adalah penghematan biaya. Automasi pada suatu aktivitas atau serangkaian task akan mengurangi waktu yang diperlukan untuk melakukan task itu secara manual.
Tim IT dapat menerapkan proses-proses baru--membuat DevOps dan DevSecOps, serta memungkinkan mereka membuat aplikasi baru dan melakukan update secara cepat dan dalam skala yang besar.
SingTel dari Singapura telah menciptakan playbook untuk mengkonfigurasi manajemen dan melakukan automasi pada task yang repetitif serta menghabiskan waktu, seperti diagnostic dan pembuatan report.
Ini tidak hanya menciptakan stabilitas yang lebih baik dan uptime pada jaringan, namun juga membebaskan karyawan dari pekerjaan yang bersifat rutin dan berfokus pada tugas-tugas yang dapat meningkatkan pendapatan.
Perancangan software dan operasional IT yang konsisten di seluruh ruang, dari bare metal ke hybrid multi-cloud, akan makin mendorong tercapainya keberhasilan tersebut.
Automasi juga mendukung kerja secara self-service dan pendelegasian. Saat kita bekerja dalam konfigurasi yang baru, seperti sekarang di mana banyak karyawan yang bekerja secara remote, kita semua berada di bawah tekanan sumber daya dan waktu. Pendelegasian dan self-service sangat penting untuk menyikapi tantangan ini.
Microsoft memanfaatkan automasi untuk mentransformasi cara mereka mengelola jaringan dan automasi jaringan dalam ekosistem partner mereka: yang terdiri dari para vendor hardware, teknologi yang berbeda, maupun kebutuhan multi-vendor.
Bekerja sama dengan komunitas Red Hat Ansible Automation Platform, Microsoft telah meningkatkan kemampuan jaringan untuk para klien enterprise mereka.
Tim TI juga tidak dapat menulis kode dan merancang produk tanpa tata kelola. Tanpa review dan pengawasan berlapis, organisasi-organisasi berisiko membuka celah keamanan dan konfigurasi. Hal ini dapat menyita sumber daya, waktu, dan uang yang berharga gara-gara harus memecahkan masalah yang tidak perlu.
Tata kelola tentang 'siapa yang diizinkan untuk melakukan apa' sangat penting, terutama dalam ekonomi dan bisnis di ASEAN yang sedang mengalami lompatan teknologi. Maka penting bagi mereka untuk mempertimbangkan automasi.
Advertisement
Automasi yang Didorong oleh AI
Data ada di mana saja, jadi ketika Anda mengolah semua informasi itu, Anda ingin AI mendapatkan insight dari data dan memiliki kecerdasan yang tepat untuk melakukan optimalisasi, melakukan perbaikan, dan merespons.
AI dan automasi adalah partner alami, karena AI dapat mendorong automasi. Pada tahun 2021, kami memperkirakan bahwa organisasi-organisasi akan mengombinasikan automasi dengan AI/machine learning untuk membuat layer tambahan pada insight otomatis yang dirancang untuk mengoptimalkan proses bisnis. Tapi mengadopsi AI/machine learning akan menghadapi sejumlah tantangan.
Untuk memanfaatkan AI sepenuhnya, organisasi-organisasi perlu mengelola kompleksitas pada software stack yang terjadi, menyediakan infrastruktur yang diperlukan dengan cepat, menarik data yang relevan, dan membersihkan atau mengubah data yang akan bermanfaat bagi model AI.
Ambil contoh bank-bank di Asia Tenggara yang menggunakan robotic process automation (RPA) untuk memberikan approval terhadap permohonan kartu kredit dan pembayaran otomatis serta memvalidasi berbagai klaim.
RPA dapat memperbanyak serta meniru perilaku dan cara manusia melakukan judgement. RPA juga dapat mereplikasikan tindakan manusia yang didasarkan pada berbagai aturan yang ada.
Dengan demikian, RPA dapat menghemat waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan berbagai task tersebut dan memungkinkan para staf untuk fokus pada inisiatif-inisiatif yang strategis.
Di sektor pemerintahan, organisasi social security di Malaysia, PERKESO, menggunakan proses yang didukung automasi untuk menghemat biaya operasional dan memperluas layanannya.
Berkat bantuan automasi, lebih dari 400.000 pekerja kini dapat melakukan berbagai transaksi, seperti pengiriman dan pembayaran kontribusi, melalui saluran digital PERKESO dan tidak perlu mengunjungi kantor cabang.
Ini tidak hanya membantu PERKESO memberikan layanan yang lebih baik kepada costumer yang ada, tapi juga memperluas jangkauan mandat mereka dan membantu pekerja di sektor yang baru, seperti para pengemudi transportasi online. Sehingga jenis costumer baru ini pun bisa dilindungi oleh hukum.
Automasi memungkinkan organisasi-organisasi memanfaatkan infrastruktur yang ada secara lebih cerdas serta memindahkan infrastruktur legacy ke infrastruktur yang bersifat cloud-native.
Automasi juga menggunakan data untuk menghasilkan insight bisnis yang lebih baik, memastikan keamanan dan kepatuhan pada regulasi yang ada, serta membuat seluruh infrastruktur hybrid IT mereka semakin agile.
Jika penyesuaian adalah sebuah keniscayaan pada tahun ini, maka organisasi-organisasi harus mempertimbangkan automasi sebagai fondasi dari transformasi digital mereka saat ini, agar mereka dapat berkembang.
**Penulis adalah Josep Garcia, Vice President and General Manager, Asian Growth & Emerging Markets (GEMs) di Red Hat