Liputan6.com, Jakarta - Aksi ugal-ugalan pengemudi bernama Wiyang Lautner yang mengendarai Lamborghini merenggut satu nyawa dan melukai dua orang. Hal ini kemudian menimbulkan reaksi dari banyak orang, tidak terkecuali pembalap profesional.
Jimmy Lukita, pembalap ABM Motorsport yang baru saja memenangkan gelar juara umum kelas Super Retro di kompetisi ISSOM, punya pendapat sendiri. Menurutnya, kejadian di Surabaya tersebut adalah bukti ketidakseimbangan hidup.
"Orangtua punya uang, anaknya kemudian diberikan Lamborghini, tapi skill-nya belum mumpuni," ujar Jimmy saat dihubungi awak Liputan6.com.
Baca Juga
Menurutnya, kecelakaan bukan semata disebabkan karena pengemudi mengendarai mobil super yang memang relatif lebih sulit dikendarai. Selain Lambo, faktanya kecelakaan juga terjadi pada mobil-mobil standar.
"Jadi masalah bukan di mobilnya, meskipun sekarang ini memang Lambo banyak kecelakaan. Beberapa tahun lalu, kan ada juga kecelakaan parah Xenia di Tugu Tani yang juga merenggut banyak nyawa," ujar Jimmy.
Hal senada diungkapkan oleh Jusri Palubuhu, Training Director Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC). Menurutnya, kecelakaan karena faktor kendaraan cukup kecil. Pasalnya, mobil sekelas Lamborghini pasti memiliki fitur keselamatan yang cukup mumpuni.
Ia memprediksi kecelakaan lebih karena faktor pengemudi. "Dilihat waktunya pagi hari buta, dan itu adalah Minggu pagi, ada kecenderungan juga pengemudi itu mengantuk. Apalagi pengemudinya masih berusia muda yang malam harinya bisa saja habis begadang atau belum tidur," ujarnya.
Sebagaimana diketahui, Lamborghini menabrak penjual STMJ dan pagar gedung pusat kecantikan, sebelum akhirnya menabrak pohon, pada Minggu pagi. Kepolisian telah mengumumkan bahwa Lambo tersebut berlari dengan kecepatan 80 km/jam.
(rio/sts)
Advertisement